Akui Potensi Restrukturisasi Kredit Masih Kecil, Bank Mandiri Tunjuk Rully Setiawan Jadi Corporate Secretary

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo (kemeja putih) di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (5/3/2020). Foto: internet

Bank Mandiri menunjuk Rully Setiawan sebagai Corporate Secretary atau sekretaris perusahaan (sekper) Bank Mandiri. Rully menggantikan posisi Rohan Hafas yang dipromosikan menjadi Senior Executive Vice President (SEVP) Corporate Relation Bank Mandiri.

semarak.co -Vice President Corporate Communications Bank Mandiri Rudi As Aturridha mengatakan, sebagai sekper, nantinya Rully akan bertanggung jawab dalam mengelola strategi dan aktivitas komunikasi Bank Mandiri sebagai bagian dari upaya penguatan reputasi perseroan.

Bacaan Lainnya

“Selain itu, Rully juga akan mengelola penyaluran Corporate Social Responsibility serta kepatuhan terhadap regulator, termasuk dalam pengelolaan brand Bank Mandiri,” ujar Rudi As Aturridha, dalam siaran persnya yang dilansir WA Grup Media BUMN, Jumat (6/3/2020).

Rully sebelumnya adalah Regional CEO Bank Mandiri wilayah Bali dan Nusa Tenggara sejak 2018. Pria kelahiran tahun 1978 ini bergabung di Bank Mandiri sejak 2001 melalui program pengembangan pimpinan atau Officer Development Program.

Selain itu, lanjut Rudi, ia juga akan mengelola penyaluran corporate social responsibility (CSR) serta kepatuhan terhadap regulator, termasuk dalam pengelolaan brand Bank Mandiri.

Di bagian lain Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar menyebutkan potensi restrukturisasi kredit masih kecil meskipun telah ada wabah Virus Corona atau COVID-19 yang mulai masuk ke Indonesia.

Royke mengatakan hal tersebut masih dapat dikendalikan karena hingga saat ini Bank Mandiri belum menerima adanya laporan dari perbankan lain yang ingin mengajukan restrukturisasi kredit.

“Masih kecil lah (potensi restrukturisasi). Sektornya kalau kami lihat atau yang bisa kami baca pariwisata sama perhotelan,” kata Royke di Gedung OJK, kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Kamis (5/3/2020).

Tak hanya itu, Royke menyatakan kredit yang diberikan oleh Bank Mandiri kepada sektor pariwisata juga tidak banyak, yakni untuk perhotelan hanya kurang dari 3 persen. “Mandiri kan enggak banyak di sektor itu karena untuk hotel kita kurang dari 3 persen,” ujarnya.

Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan kelonggaran bagi korporasi untuk melakukan restrukturisasi pinjamannya di bank tanpa harus berada di level kolektibilitas 3 (Kol-3) untuk memitigasi dampak virus corona.

Dewan Komisioner Pengawas Perbankan OJK Heru Kristyana mengatakan untuk kreditur dengan nilai pinjaman di atas Rp10 miliar maka pihaknya memberikan relaksasi mengenai restrukturisasi kreditnya. “Untuk di atas Rp10 miliar kita berikan relaksasi mengenai restrukturisasi kreditnya jadi bank enggak menunggu macet dulu,” katanya.

Sementara itu Wakil Menteri (Wamen) BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan bahwa empat Bank BUMN sedang mengupayakan untuk dapat melonggarkan suku bunga kredit usaha kecil (small business).

“Yang untuk suku bunga KUR (Kredit Usaha Rakyat/KUR) kan sudah enam persen. Kredit Pemilikan Rumah juga sudah rendah. Memang yang kita lagi upayakan yang ‘small business’. Nanti yang ‘small business’ ada penurunan. Yang untuk kredit usaha kecil ya,” kata Tiko, sapaan akrab Kartika di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/3/2020).

Tiko berharap perbankan juga bisa menyesuaikan besaran bunga untuk sektor kredit lainnya. Empat bank BUMN yang dimaksud, Bank Mandiri, Bank BRI, PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk (BBNI), dan PT Bank Tabungan Negara (BTN). “Iya empat Bank BUMN mengupayakan,” kata mantan Dirut Bank Mandiri.

Pada Kamis ini (5/3/2020), setelah rapat dengan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, sejumlah pimpinan bank berkomitmen mempercepat transmisi dari kebijakan moneter guna menjaga pertumbuhan ekonomi, di tengah tantangan global terutama wabah Virus Corona (COVID-19).

Airlangga Hartarto berharap perbankan segera menyesuaikan diri dengan dampak dari transmisi kebijakan BI yang menurunkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate serta rasio Giro Wajib Minimum (GWM) valuta asing (valas) dan rupiah.

““Rapat dengan BI, OJK, dan Kemenkeu pagi ini untuk mendengarkan masukan dari CEO perbankan. Kemudian kebijakan yang diambil BI dan OJK harapannya transmisi penurunan suku bunga BI bisa dirasakan oleh masyarakat,” kata Airlangga di Gedung OJK, Jakarta, Kamis (5/3/2020).

Selain berkaitan dengan stimulus dari BI dan OJK serta penurunan suku bunga, Airlangga juga mengungkapkan bagaimana langkah pemerintah dalam mendorong sektor riil di tengah situasi ekonomi saat ini.

“Pemerintah akan lakukan paket [kebijakan] kedua, impor-ekspor sekaligus, lalu dari bank situasi kredit dan dana nasabah di bank dan langkah penguatan apa yang dilakukan,” kata dia.

Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, perbankan membutuhkan waktu untuk menyalurkan kredit setelah Bank Indonesia menurunkan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) valuta asing (valas) dan rupiah.

“Kita monitor, kita track bagaimana transmisinya. Ini kami kawal supaya ditransmisikankepada pricing di lending karena ini perlu waktu,” kata Wimboh di tempat yang sama. (net/lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *