Opini by Zeng Wei Jian
Ahok is back. Yeay. Medsos meradang. Bunyi-bunyian beriziek lagi. Pro & Kontra. Para tokoh ikut komentar. Ahok diplot jadi Komisaris or Dirut BUMN.
PA 212 bereaksi. Langsung direspon Pengamat Wempy yang minta Menhan Prabowo tindak tegas PA 212. “Mereka parasit negara,” katanya.
Setelah rilis statement William PSI aset bangsa, Aktifis Lieus Sungkharisma tandas menyatakan, “Tak ada alasan halangi Ahok jadi komisaris”.
Ahok benar-benar si “Anak Hoki”. Ngga ikut reformasi tapi ikut panen freedom. Ahok dikenal sebagai Kutu Loncat 4 Parpol. Jadi Gubernur Jakarta diongkosin Hashim Joyohadikusumo dan mendompleng Fenomena Jokowi. Lalu Ribut dengan DPRD.
Jurus pencitraan masif. Setiap hari doorstop. Media darling. Syuting di Teras Balaikota. Iron fist. Main pecat. ASN takut. Pegawai Kelurahan & Puskesmas on time layanin warga.
Ahok jadi macan rethorika. Building citra “anti korupsi”. Kata-katanya kasar. Cepat naik darah.
Selain tabur citra hebat sebagai Super Hero, Ahok sedikit demi sedikit nabung disatisfaction. Hari demi hari musuhnya tambah. Karena lepas kontrol, dia menoda agama di Pulau Pramuka. Triger Aksi Bela Islam seantero nusantara.
Ahok kalah Pilkada. Masuk penjara Mako Brimob. Ahoker pasang lilin. Nangis-nangis seperti orang gila. Jejeritan. Dari dalam jeruji besi, dia gugat cerai istrinya. Delik perselingkuhan. Out of prison, Ahok langsung kawin lagi dengan Bripda Puput.
Otomatis selama Pilpres, Ahok ngga ikut jadi Timses. Memang dasarnya si “Anak Hoki”. Ngga ngapa-ngapain, Ahok ingin diberi jabatan Komisaris BUMN. Katanya di PLN atau Pertamina. Desas-desus menyebut gaji 3 milyar per bulan.
Kalo bener, Ahmad Dhani gigit jari deh di dalam penjara. Lieus Sungkharisma keluar banyak duit selama kampanye. Sempat masuk penjara Polda dituduh makar. Ansor alias “Angin Sorga” pun ngga bertiup. Ribuan Relawan Jokowi-Maruf ngga kebagian jatah. Malah Ahok yang dapet. Hoki bener…!!
Karakter Ahok jelas di mata publik. Ahok lemah di management konflik. Selama di Balai Kota, Jakarta ngga pernah WTP. Suka terabas aturan. Berkilah gunakan diskresi.
Jadi Gubernur Jakarta itu satu test case bagi Ahok. Hasilnya; Ribut…!!
Ahli roket SS Nazi yang mengantarkan Apollo Mission ke bulan, Wernher Von Braun mengatakan, “One good test is worth a thousand expert opinions.”
Nama buruk adalah currency yang ditabung Ahok. Bertolak secara diametris dengan yang dikatakan William S. Burroughs; “If you build a good name, eventually, that name will be its own currency.”
Publik ngga bisa stop keinginan Pemerintah Jokowi-Mahruf Amin. Selain kalkulasi rasional mestinya Penguasa Negara mempertimbangkan faktor perasaan mayoritas Umat Islam di masalah Penodaan Ayat Al Maidah 51.
Mesti disadari fenomena Anti Ahok tidak paralel Anti Jokowi. Contohnya Aktifis Tionghoa Justiani Liem yang istrinya Mayor Jenderal Saorip Khadi. Dia Anti Ahok sekaligus Pro Jokowi tulen. Bisa jadi Jokower akan satu suara dengan Anti-Ahok dipersoalan Komisaris BUMN ini.
Seandainya proses ini tidak bisa dihentikan; Ahok tetap diangkat jadi komisaris, maka kutipan Presiden Donald Trump bagus buat Ahok. Katanya; “Change your attitude and gain some altitude. Believe me, you’ll love it up here.”
THE END