Kontraktor pelat merah PT PP bertekad mengembangkan konsep Building Information Modeling (BIM) pada setiap proyek kontruksinya. BIM sudah dikembangkan PT PP sejak 2015 dan sedikitnya 13 dari 25 rencana proyek hingga semester satu 2017 telah menggunakan BIM. Untuk bisa menggenjot pemanfaatan dari BIM, PT PP mengaku sangat bergantung dari stakeholder dan instansi terkait. Baik pemerintah dalam kapasitas utama sebagai regulator maupun swasta.
Direktur utama PT PP Tumiyana mengatakan, investasi pengadaan BIM dinilai kecil bila dibandingkan dengan pemanfaatannya. Jadi lebih mementingkan investasi orang ketimbang uangnya. Perseroan berupaya untuk memulai gerakan kesadaran digitalisasi sebagai sendi dan cara kerja baru dunia konstruksi di Indonesia. Untuk digela media sharing knowledge mengenai perkembangan teknologi digital, khususnya di dunia kontruksi yang menghadirkan para pakar luar negeri dengan tajuk PP Digital Construction Day Internasional Conference 2017.
“BIM adalah seperangkat teknologi, proses, kebijakan yang seluruh prosesnya berjalan secara kolaborasi dan terintegrasi dalam sebuah model digital. Secara gambling, diterjemahkansebagai gambar tiga dimensi. Di mana semua unsure dalam gambar bisa memiliki data terkait kuntitas, harga, dan schedule-nya,” ungkap Tumiyana pada acara semacam seminar yang mengambil subtema Build Before Construct dirangkai acara ulang tahun PT PP ke 64 di kawasan Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (4/10).
Saat ini, lanjut Tumiyana, dunia bisnis mengalami era disrupt di mana perusahaan-perusahaan start up dapat menumbangkan perusahaan yang lebih dulu berdiri. Era disrupt didorong oleh adanya perkembangan dunia digital dan sector konstruksi akan terkena dampak transformasi digital ini. “Memang adopsi digital pada sector konstruksi jauh lebih lambat disbanding sector lainnya,” ujar Tumiyana sambil mendampingi Deputri Restrukturisasi Kementerian BUMN Aloysius Kiik Ro yang mewakili Menteri BUMN Rini Soemarno dan Danish Sumadilaga, Kepala Litbang Kementerian PUPR.
Efesiensi biaya dan produktifitas, peningkatan mutu dan akurasi waktu selalu jadi tantangan dari tahun ke tahun bidang konstruksi. “Jadi dengan BIM memungkinkan pelaku yangterlibat proyek bekerja secara kolaborasi, mengoptimalkan produktifitas SDM dan kegiatan proyek secara tepat, cepat, akurat, efektif, dan efesien selama proses umur siklus bangunan,” ungkapnya.
Sementara Aloysius mengatakan, BUMN memang diminta menjadi agen. Baik agen pembangunan maupun agen perubahan pada setiap perekonomian. “Total asset BUMN hingga semester 2017 ini mencapai Rp 7,035 triliun. Ini menambahkan kuat untuk pembiayaan infrastruktur. Karena itu, dalam insfrastruktur, Kementerian BUMN mendorong digitalisasi. Sebenarnya sudah banyak dilakukan dan berjalan hingga sekarang, seperti ERP di BUMN karya, kartu ATM Himbar dari empat bank BUMN, dan kartu BUMN untuk Rumah UKM, serta banyak lagi,” ungkapnya.
Danish menambahkan, PT PP telah menjadi pelopor dan pionernya pemanfaatan dari BIM. Dengan 13 pilot project, menurut Danish, harus didukung Kementerian PUPR, Kementerian BUMN, dan stakeholders lain. “BIM ini suatu alat bantu yang berguna untuk kecepatan, murah dan memberi nilai tambah. Kalau dulu dengan menggunakan manual, seperti pensil untuk mendesain satu proyek konstruksi, sekarang dengan menggunakan animasi. Kementerian PUPR pun akan mendorong penggunaan BIM ini sebagai salah satu pengembangan di industry konstruksi,” tutupnya. (lin)