Adhi Karya Terus Talangi Proyek Pembangunan LRT Jabodetabek

Adhi Karya sudah lama menalangi proyek ini terlebih dahulu. Nilai proyek yang sudah ditalangi Adhi Karya sebesar Rp 2 triliun. Ini berasal Penyertaan Modal Negara (PMN) di 2015 sebesar Rp 2,4 triliun dan sisanya kas internal perusahaan. Adapun dana talangan Rp 7 triliun kembali, kata dia, akan dicari sumber pendanaannya dari obligasi dan pinjaman perbankan yang akan dilakukan secara bertahap.

Direktur Utama Adhi Karya Budi Harto mengatakan, tahun ini pihaknya kembali menalangi proyek ini senilai Rp 7 triliun, untuk mengejar target progres pembangunan sebesar 40%. Adapun progres pembangunan LRT Jabodebek tahap pertama ini sekitar 13%. Meski demikian, ia mengaku saat ini proses obligasi masih pada tahap pemilihan beauty contest untuk penjamin emisi atau underwritter.

“Rp 7 T untuk tahun ini, Adhi karya sudah siap untuk mendanai urusan pendanaan itu, untuk target rampung tahun ini 40%. Sumber dananya dari obligasi dan perbankan. Saat ini masih penunjukan underwritter. Besarnya Rp 7 triliun secara bertahap. Itu ada dari bank BUMN dan swasta juga ada,” tutur Budi, saat ditemui di Kementerian Perhubungan, Jakarta, Jumat (10/2).

Kas perusahaan saat ini, nilai Budi, masih cukup melakukan pendanaan untuk pekerjaan LRT yang masih terus berlangsung. Untuk itu ia mengaku optimis, target pengerjaan LRT sebesar 40% hingga akhir tahun bisa terlaksana. “Kira-kira sampai pertengahan cukuplah (pendanaan). Masih optimis,” tukasnya.

Lebih jauh Budi mengatakan, setidaknya perlu mengajukan pinjaman ke perbankan dalam negeri sekitar Rp4 triliun tahun ini. Uang tersebut diperlukan untuk menutup pendanaan awal proyek pembangunan LRT Jabodebek yang diperkirakan menghabiskan Rp7 triliun di tahun ini. Secara rinci, dari kebutuhan pendanaan awal sebanyak Rp7 triliun tersebut, Adhi Karya telah memberikan sebanyak Rp2 triliun yang berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp1,4 triliun dan Rp600 miliar kas perusahaan.

Direktur Keuangan Adhi Karya Harris Gunawan menyebutkan, perusahaan akan merilis obligasi di tahun ini sebesar Rp3,5 triliun. Di mana sebanyak Rp1 triliun mengalir untuk proyek LRT Jabodebek. Otomatis, Adhi Karya membutuhkan pencairan pinjaman dari perbankan sekitar Rp4 triliun. Hanya saja, pinjaman ke perbankan bisa menyusut bila pemerintah jadi menyuntik sekitar Rp1 triliun untuk proyek LRT Jabodebek sesuai wacana awal.

Selain itu, pinjaman ke perbankan bila kembali menyusut bila pengajuan PMN dari Adhi Karya diterima oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kementerian Keuangan. “Itu masih digodok pemerintah. Dalam satu bulan ini ditentukan pemerintah. Bisa berubah, bisa lebih, bisa tetap,” katanya.

Untuk pinjaman perbankan, Adhi Karya menyebutkan akan mencari peruntungan baik ke perbankan BUMN maupun perbankan swasta. Adapun pemenuhan pendanaan awal sebanyak Rp7 triliun sangat penting ditutup perusahaan. Pasalnya, saat ini progress pembangunan proyek baru mencapai 12 persen. Sedangkan perusahaan setidaknya harus menyelesaikan sekitar 40 persen di akhir tahun ini untuk mengejar target penyelesaian LRT Jabodebek pada 31 Mei 2019 mendatang.

Di bagian lain Departemen LRT PT Adhi Karya menerima kunjungan lapangan dari Department of Occupational Safety & Health Malaysia Prasarana and MRCB George Kent Sdn. Bhd. di Precast Sentul. Kesempatan kunjungan ini untuk melihat langsung serta berbagi ilmu (sharing knowledge) dalam pembangunan Light Rail Transit (LRT) yang sedang dilaksanakan oleh ADHI. Kunjungan ini terkait rencana pembangunan LRT3 di Malaysia.

Pasalnya, Malaysia ingin mempelajari teknologi yang digunakan Adhi Karya dalam pembangunan LRT. “Pihak Malaysia sedang mempelajari teknologi U-Shaped Girder yang telah digunakan oleh ADHI untuk pembangunan LRT di negaranya,” ujar Manager Corporate Communication Adhi Karya Farid Budianto dalam rilisnya, Minggu (12/2).

Saat ini Adhi Karya dan delegasi dari Malaysia berbagi ilmu mengenai produksi girder transportasi. Hal itu dimulai dari penggunaan untuk mobilisasi girder hingga proses erection. “Adhi Karya memperoleh apresiasi positif dari delegasi Malaysia atas kebersihan plant serta kecepatan pekerjaan yang telah dilakukan,” ungkap Farid.

Chief Executive Officer Prasarana Rail & Infrastructure Projects Sdn Bhd. (PRAISE) Khairani Mohamed mengakui Indonesia lebih dahulu membangun proyek LRT. Dalam hal ini Adhi Karya jadi pionir menggunakan teknologi U-Shape Girder. “Teknologi Adhi Karya terkait dengan konsultan SYSTRA yang turut mendesain U-Shape Girder untuk LRT3 di Malaysia,” ujar Khairani. (snc/dtf/inv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *