Oleh Pradipa Yoedhanegara
semarak.co– Terlalu premature diumumkannya pelaku penusukan Syeh Ali Jabber sebagai orang yang kondisinya dalam keadaan gangguan kejiwaan, tanpa adanya hasil test psikologi awal yang di keluarkan oleh lembaga resmi yang ditunjuk oleh penyidik polri dalam kaitan kasus penusukan tersebut.
Entah sekedar rumor atau hoax statement yang keluar dari keluarga pelaku yang secara eksplisit menyatakan kalau pelaku menderita penyakit kejiwaan? Selayaknya keluarga membiarkan penyidik polri bekerja untuk mendalami motif lebih dalam kenapa pelaku melakukan penyerangan secara brutal terhadap tokoh ulama sekelas Syeh Ali Jabber.
Agak sedikit aneh dan mengherankan, ketika orang yang mengalami gangguan jiwa, bisa ikut dalam kajian dakwah dengan membawa senjata tajam dan berpakaian sopan?!
Patut diduga adanya unsur rekayasa yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu untuk menjatuhkan setidaknya wibawa Kapolri dan Kepala BIN serta Panglima TNI yang dapat dianggap gagal dalam melindungi ulama maupun masyarakat.
Ulama yang menjadi korban penusukan pun sepertinya terkesan sudah dipilih karena bukan merupakan ulama garis keras, dan condong memiliki kharisma di dalam masyarakat. Terlebih korban penusukan pun telah membuat statement kalau pelaku bukanlah orang gila dan merupakan orang yang terlatih, mengutip pernyataan syeh ali jabber dipelbagai media.
Merujuk statement atau pernyataan diatas, publik lantas banyak berspekulasi dan membuat pernyataan yang pada akhirnya menjadi opini dan upaya penyesatan berfikir, seolah tragedi penusukan tersebut dilatar belakangi oleh kekuasaan negara yang membenci para ulama di tanah air.
Terlebih lagi bulan september, seolah pelaku memiliki paham yang bersebrangan dengan islam atau ajaran komunis dan sebagainya. Secara pribadi saya memiliki ulasan tersendiri dari kejadian tersebut diatas, sebagai sebuah bahan analisa.
Yang jelas intelijen menjadi pihak paling dirugikan, sebab banyaknya opini yang menganggap intelijen gagal dan juga pihak keamanan lainnya, seperti TNI dan Polri yang dianggap gagal memberikan rasa nyaman kepada masyarakat.
Di sini saya melihat adanya pertarungan politik di level elit di tingkat nasional, dalam suksesi Kepala Kepolisian, suksesi Panglima TNI, dan juga suksesi kepala BIN yang sengaja dimainkan oleh pihak tertentu yang kemudian menggulirkan isu tersebut di pelbagai media mainstreams maupun sosial media dengan persoalan stabilitas keamanan didalam negeri yang begitu lemah dan rapuh.
Masa jabatan Kapolri dan Panglima TNI sudah hampir demisioner, dan akan segera berganti tongkat komando serta estafet kepemimpinan di dua institusi tersebut.
Di angkatnya kasus tersebut kepermukaan melalui banyaknya media dengan begitu masiv tidak bisa dipisahkan dari kedua hal tersebut diatas, karena kasus yang mungkin saja sebenarnya kriminal murni; kemudian berubah menjadi sangat politis akibat situasi nasional yang berubah menjadi tidak kondusif.
Istana tampaknya enggan berkomentar atas adanya kasus penusukan terhadap salah satu ulama kharismatik tersebut, dan cenderung diam menanggapi situasi nasional yang sedikit memanas atas adanya tragedi tersebut.
Untuk itu sebaiknya istana memanggil Kapolri, Panglima TNI serta Kepala BIN dan bertanya tentang situasi nasional saat ini serta meminta kapolri untuk mengambil alih proses penyidikan kasus tersebut dari Polda Lampung, agar proses hukumnya bisa lebih terbuka bagi publik.
Selain itu KaPolri dan Panglima TNI bersama Kepala BIN, mau melakukan konfrensi pers secara bersamaan agar dapat menetralisir opini ataupun gesekan politik yang berkembang ke arah politis yang menginginkan upaya percepatan pergantian di tiga institusi tersebut. Setidaknya publik dapat diyakinkan kalau ketiga institusi negara tersebut dalam keadaan baik.
Selain itu, melalui konpers bersama dapat mematahkan rumors yang berhembus kencang mengenai tarik menarik kepemimpinan dalam suksesi kepemimpinan di 3 lembaga negara tersebut, publik harus tetap diyakinkan kalau ketiga institusi tersebut tetap menjadi organisasi yang profesional dan tidak terlibat kepentingan politik dan partai manapun juga di negeri ini. (PYN)
Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Tharieq,
Wassalamualaikum Wr, WB.
Jakarta, 15 September 2020
sumber: WA Group ANIES GUBERNUR DKI (post penulis Selasa 15/9/2020)