Dalam semangat memperingati Sumpah Pemuda ke-97 tahun 2025, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) kembali menggelar Bulan Bahasa dan Sastra (BBS) 2025 dengan tema Bahasa Indonesia Berdaulat, Indonesia Maju.
Semarak.co – Kepala Badan Bahasa Kemendikdasmen Hafidz Muksin mengatakan, kegiatan tahunan ini menjadi momentum penting untuk menegaskan kembali peran bahasa Indonesia sebagai simbol persatuan dan identitas bangsa, sebagai pilar penting menuju Indonesia Emas 2045.
Dilanjutkan Hafidz, Bahasa Indonesia bukan sekadar alat komunikasi, melainkan manifestasi kedaulatan bangsa. Bahasa Indonesia hadir sebagai simbol kebangsaan, identitas, dan kebanggaan kita sebagai bangsa merdeka. Semangat Bulan Bahasa tahun ini menjadi bagian dari upaya nasional menuju Indonesia Emas 2045.
Dengan semangat Bulan Bahasa dan Sastra, mari kita wujudkan Bahasa Indonesia Berdaulat, Indonesia Maju, sejalan dengan visi Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045. Kedaulatan bahasa menjadi fondasi penting bagi kedaulatan bangsa,” tegas Hafidz dalam sambutannya.
Dalam kesempatan tersebut, Hafidz juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang berperan aktif dalam menyukseskan kegiatan kebahasaan dan kesastraan di seluruh Indonesia. Mulai dari pemerintah daerah, sekolah, perguruan tinggi, komunitas literasi, hingga media massa.
Sejak pertama kali diselenggarakan tahun 1980, Bulan Bahasa dan Sastra telah menjadi ikon nasional yang memperingati semangat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, khususnya ikrar menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Tahun ini, Badan Bahasa bersama seluruh satuan kerja di pusat dan daerah menggelar berbagai kegiatan kebahasaan dan kesastraan yang melibatkan masyarakat dari 30 provinsi di Indonesia. Berikut beberapa kegiatan utama yang digelar selama perayaan BBS 2025,
“Yaitu Penghargaan Adibahasa, Diberikan kepada pemerintah provinsi yang berhasil dalam pembangunan kebahasaan dan kesastraan,” imbuh Hafidz di Acara Puncak Bulan Bahasa dan Sastra 2025 di Hotel Pullman kawasan S Parman Grogol Jakarta Barat, Selasa malam (28/10/2025)
Penghargaan Sastra Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Diperuntukkan bagi sastrawan dengan karya berkualitas dan konsisten berkontribusi bagi sastra Indonesia. Apresiasi Giat UKBI Adaptif, Mendorong partisipasi sekolah dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia.
Pemilihan Duta Bahasa Tingkat Nasional, Melahirkan generasi muda mitra Badan Bahasa dalam mengimplementasikan trigatra bangun bahasa. Festival Musikalisasi Puisi, Festival Handai Indonesia, dan Lomba Mendongeng bagi Penyandang Disabilitas Netra, Ajang kreatif untuk menumbuhkan kecintaan terhadap bahasa dan sastra.
Lomba Cerdas Mengulas Buku dan Laman Penjaring Literasi Indonesia, Mendorong literasi aktif dan reflektif di kalangan pelajar. Seminar Kebahasaan Antarbangsa MABBIM, Wadah diplomasi kebahasaan antara Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Pameran Pembangunan Kebahasaan dan Kesastraan, Menampilkan inovasi dan capaian program pengembangan bahasa dan sastra di Indonesia. Acara puncak BBS 2025 juga dimeriahkan dengan Pentas Sastra di Badan Bahasa, Festival Kata, serta peluncuran berbagai produk kebahasaan terbaru.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menumbuhkan kebanggaan dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai identitas dan kekuatan bangsa.
Mendikdasmen Mu’ti mengapresiasi konsistensi Badan Bahasa dalam menjaga semangat Sumpah Pemuda dan menegakkan kedaulatan bahasa Indonesia di tengah derasnya arus globalisasi. Bahasa Indonesia harus menjadi penghela ilmu pengetahuan dan sarana membentuk karakter bangsa.
“Kita ingin generasi muda berpikir, berbicara, dan berkarya dengan bahasa Indonesia. Sekarang ada fenomena xenomania, yakni kecenderungan masyarakat lebih bangga menggunakan istilah asing dibanding bahasa Indonesia,” papar Mendikdasmen Mu’ti dalam arahannya puncak acara Bulan Bahasa itu.
Hal ini perlu diantisipasi melalui penguatan pendidikan bahasa dan literasi nasional di sekolah maupun ruang publik. “Mari kita menjadi generasi yang bangga, mahir, dan maju dengan bahasa Indonesia. Dunia harus melihat bahwa kita adalah bangsa yang besar, bermartabat, dan berdaulat,” tuturnya.
Bulan Bahasa dan Sastra 2025 tidak hanya menjadi ajang seremonial, tetapi juga gerakan kebangsaan yang melibatkan pemerintah daerah, akademisi, komunitas sastra, media, dan pelajar di seluruh Indonesia. Melalui kegiatan ini, Badan Bahasa berharap bahasa Indonesia semakin berperan sebagai pemersatu bangsa sekaligus memiliki daya saing global.
Sebelumnya Kemendikdasmen melalui Pusat Pemberdayaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menyelenggarakan Festival Handai Indonesia (FHI) 2025 di Jakarta, Senin (27/10/2025).
Ajang internasional tahunan ini kembali menjaring talenta – talenta terbaik dari warga negara asing yang fasih berbahasa Indonesia dan mendalami budaya, yang disebut Handai Indonesia. Kegiatan ini diadakan untuk menyediakan wahana unjuk kemahiran dan kreativitas warga negara asing dalam bertutur dan menulis kreatif dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Kepala Badan Bahasa Hafidz Muksin mengapresiasi yang tulus atas semangat dan ketekunan para nomine peserta terbaik FHI 2025 dalam belajar bahasa Indonesia. Mereka berusaha membuktikan kemampuan dan kreativitasnya dalam menggunakan bahasa Indonesia sehingga dapat menjadi nomine peserta terbaik dalam festival ini.
Ditambahkan Hafidz, FHI dirancang untuk memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai sarana, yang tidak hanya mendekatkan warga dunia dengan Indonesia, tetapi juga saling menghubungkan di antara warga dunia untuk secara bersama-sama lebih memahami Indonesia.
“Melalui lomba-lomba bertutur kreatif dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam festival ini, para handai Indonesia, bestie-nya Indonesia, atau best friends of Indonesia menunjukkan keluasan wawasan, kelapangan perasaan, dan kedalaman pemahaman mereka tentang Indonesia yang patut diberi apresiasi,” ungkapnya.
FHI keenam ini sudah diselenggarakan sejak tahun 2020 dan terus mengalami perkembangan dari segi format penyelenggaraan dan jumlah peserta. Tahun ini, FHI menghadirkan format penyelenggaraan yang berbeda dari tahun sebelumnya.
FHI 2025 menerapkan sistem penilaian satu tahap melalui pengiriman karya video secara daring. Hal ini sedikit berbeda dengan FHI 2024 yang menggunakan sistem penilaian berjenjang dengan babak penyisihan dan babak final.
Perubahan ini dirancang untuk memberikan kesempatan yang lebih luas bagi handai Indonesia di seluruh dunia untuk berpartisipasi dalam festival ini. FHI 2025 dilaksanakan melalui lima jenis lomba berbahasa Indonesia, yaitu lomba bercerita, bernyanyi, berpantun, berpidato, dan berpuisi.
Jumlah pendaftar FHI 2025 sebanyak 436 orang yang berasal dari 60 negara. Karya peserta berupa video penampilan dikirim secara daring kepada panitia, kemudian dinilai oleh dewan juri dan dihasilkan 35 orang nomine peserta terbaik yang berasal dari 23 negara.
Secara alfabetis 23 negara tersebut ialah sebagai berikut: Afganistan, Amerika Serikat, Argentina, Australia, Filipina, India, Italia, Jepang, Kamboja, Kirgiztan, Korea Selatan, Malaysia, Pakistan, Peru, Republik Demokratik Kongo, Rusia, Sudan, Thailand, Timor Leste, Turki, Uzbekistan, Vietnam, dan Yaman.
Para nomine tersebut berprofesi, antara lain, sebagai mahasiswa, guru, sukarelawan, pemengaruh, profesional, pegawai pemerintah negara sahabat, dan pegawai kedutaan negara sahabat di Indonesia. Untuk memberikan apresiasi kepada 35 orang nomine peserta terbaik FHI 2025, pada 25—31 Oktober 2025 dilaksanakan kegiatan Apresiasi FHI 2025 di Jakarta.
Sementara itu, pada 27 Oktober 2025 dilaksanakan acara Puncak Apresiasi FHI 2025 untuk memberikan penghargaan peserta terbaik I—III dari setiap lomba. Berikut data peserta terbaik I—III setiap lomba dalam FHI 2025 yang menerima penghargaan dari Badan Bahasa, Kemendikdasmen.
Dalam laporan pada acara Puncak Apresiasi FHI 2025, Kepala Pusat Pemberdayaan Bahasa dan Sastra, Iwa Lukmana, menyampaikan bahwa banyaknya jumlah handai Indonesia yang berpartisipasi dalam FHI 2025 tidak lepas dari dukungan berbagai pihak.
Terutama Kementerian Luar Negeri melalui Direktorat Diplomasi Publik dan Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, termasuk para Atase Pendidikan dan Kebudayaan, lembaga penyelenggara program pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di dalam dan luar negeri, serta para pengajar dan pegiat BIPA.
Bagi peserta FHI 2025, ajang ini bukan sekadar lomba, melainkan tempat untuk menjalin persahabatan dan merayakan keberagaman. Salah seorang peserta terbaik lomba bernyanyi dalam FHI 2025, Kristen D., penggemar dangdut asal Amerika Serikat yang pernah berduet dengan Sang Raja Dangdut H. Rhoma Irama, menyampaikan rasa bangganya menjadi salah satu peserta FHI.
“Sebagai penyanyi dangdut dari Amerika, saya belajar bahasa Indonesia secara daring seminggu sekali dengan tutor dari Indonesia. Saya mengikuti FHI karena ingin menambah pengalaman baru dan mempraktikkan bahasa Indonesia saya, terutama dalam bernyanyi.
Di sini saya senang sekali karena bertemu dengan banyak orang dari berbagai negara yang sama-sama belajar bahasa Indonesia. Banyak dari mereka yang juga menyukai dangdut,” ujarnya.
Salah satu nomine peserta terbaik lomba berpidato FHI 2025 adalah Takumi Nakamura, mahasiswa Bahasa Indonesia asal Jepang. Ia mengikuti FHI karena termotivasi oleh pengalamannya sebagai mahasiswa pertukaran di Universitas Indonesia dan keterlibatannya dalam teater Laskar Pelangi.
“Saya ingin mengikuti FHI untuk memberikan pendapat saya tentang pendidikan Indonesia,” kata Takumi.
Juri Lomba Berpuisi Sastrawan Agus Sarjono mengaku kaget melihat keseriusan peserta dari berbagai negara. “Orang luar negeri bisa mengenal Indonesia dengan cara yang unik dan ramah lewat karya sastra. Penyelenggaraan FHI ini merupakan cara yang luar biasa untuk memperkenalkan Indonesia ke seluruh dunia,” tuturnya.
Juri Lomba Bercerita, Awam Prakoso, menambahkan bahwa FHI adalah perayaan persahabatan antarbangsa. “Festival ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia bisa menjadi jembatan budaya yang menghubungkan dunia dengan Indonesia. Peserta telah menjadi duta persahabatan Indonesia,” pujinya.
Dalam kesempatan acara Puncak Apresiasi FHI 2025 tersebut, Badan Bahasa, Kemendikdasmen juga menyampaikan penghargaan kepada sejumlah Perwakilan Republik Indonesia (PRI) di 10 negara dengan kategori pemelajar BIPA terbanyak.
Kesepuluh negara dengan PRI yang aktif mengembangkan program pembelajaran BIPA tersebut ialah Amerika Serikat, Australia, Filipina, India, Jerman, Korea Selatan, Mesir, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam.
Selain itu, penghargaan khusus diberikan kepada Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo, Mesir atas kinerja dan dedikasi dalam menuntaskan pendirian Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. (hms/smr)





