Kelola Dana Tapera, Hasil Kajian Bisnis BTN Pilih Akuisisi Anak Usaha Baru

Dirut BTN Maryono saat terbitkan EBA SP BTN04 bersama PT SMF di BEI

PT Bank Tabungan Negara (BTN) siap mengakuisisi anak usaha baru yang berbentuk perusahaan manajemen investasi. Aksi korporasi tersebut digelar guna menggarap potensi pendanaan jangka panjang pasca beroperasinya Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera).

Direktur Utama BTN Maryono mengatakan, dalam payung hukum Tapera, entitas bank diberikan dua opsi pilihan untuk mengelola dana tersebut. Sebagai bank kustodian atau memiliki manajemen investasi. Dari hasil kajian bisnis perseroan, kata Maryono, bank pelat merah ini memutuskan untuk mengambil opsi kedua.

“Nantinya, entitas manajemen investasi yang akan diakuisisi tersebut bakal digunakan untuk mengelola dana Tapera secara profesional dan komersial. Pada September tahun ini, kami akan membeli anak usaha dalam bentuk manajemen investasi. Ini sebagai salah satu langkah kami mengamankan sumber pembiayaan jangka menengah panjang termasuk yang bersumber dari Tapera,” ujar Maryono, di Jakarta, Rabu (11/7).

BTN juga menilai langkah strategis tersebut dilakukan lantaran melihat prospek yang semakin cerah usai relaksasi kebijakan loan to value (LTV) di sektor perumahan yang ditetapkan Bank Indonesia (BI). “Kebijakan tersebut menjadi keuntungan bagi BTN dengan core business pembiayaan perumahan,” sambung Maryono.

Bank bersandi emiten bursa BBTN ini juga meyakini dengan relaksasi LTV, perseroan akan mampu mencapai target pertumbuhan pembiayaan pada tahun ini. Apalagi, tambah Maryono, mulai paruh kedua tahun ini BTN sudah bisa menggunakan dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).

Skema FLPP pada tahun ini dipandang akan menguntungkan posisi BTN. Pasalnya, pada skema baru, sebanyak 75% dananya berasal dari pemerintah, sedangkan 25% sisanya bersumber dari PT Sarana Multigriya Finansial (SMF). Dengan penambahan fasilitas tersebut, Maryono menyebut skema tersebut juga bisa menggunakan dua sumber pembiayaan yakni Subsidi Selisih Bunga (SSB) dan FLPP.

Sementara itu, untuk memperkokoh sumber pembiayaan, BTN juga terus berinovasi mengembangkan produk-produk low cost fund. Di antaranya, perseroan telah menyiapkan program menarik untuk produk tabungan dan giro.

“Kami telah menyiapkan program low cost fund yang menarik untuk mendukung rencana pembiayaan kami yang ekspansif. Semua langkah tersebut kami siapkan agar BTN tetap menjadi leader di bidang perumahan dan kami optimistis target bisnis pada tahun ini akan tercapai,” jelasnya.

Sebagai informasi, hingga Mei 2018, BTN telah menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) senilai Rp 187,61 triliun, naik 17,15% dari Rp 160,14 triliun pada periode yang sama tahun 2017. Laju pertumbuhan simpanan masyarakat di BTN tersebut juga terpantau masih berada di atas rata-rata posisi kenaikan DPK di industri perbankan nasional.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, pertumbuhan DPK secara industri hanya naik di level 8% year on year (yoy) pada April 2018. Dari sisi penyaluran kredit dan pembiayaan, perseroan mencatatkan laju kenaikan di atas rata-rata industri perbankan.

Per Mei 2018, BTN telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp 209,23 triliun atau tumbuh 20,58% yoy dari Rp 173,52 triliun. Sebaliknya, data OJK menyebutkan kredit perbankan secara nasional hanya tumbuh sebesar 9% yoy per April 2018. (lin/kon)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *