Sebuah pesawat kargo raksasa kepunyaan Amerika Serikat (AS) terpantau mendarat di Bandara Ben Gurion, Tel Aviv, Israel, pada hari Jumat (28/11-25), membawa truk militer Oshkosh yang sarat peralatan berat.
Semarak.co – Media Kan News melaporkan, pesawat Antonov An-124 tersebut landing langsung dari Uni Emirat Arab (UEA), menandakan keterlibatan militer AS yang terus berlanjut bahkan di tengah genosida Gaza.
Data penerbangan dari berbagai kantor pusat penerbangan resmi telah fixed mengonfirmasi rute tersebut. Kiriman yang terpantau tersebut menambah aliran rutin suplai militer yang masuk ke negara Zionis Israel setiap pekan.
Menurut Center for International Policy, Israel telah menerima lebih dari 4,2 miliar dolar AS perlengkapan militer AS antara Oktober 2023 hingga Mei 2025. Pengiriman tersebut mencakup tank, bahan peledak, amunisi, dan suku cadang pesawat.
Selain itu, Amerika Serikat dikabarkan juga telah mengucurkan senilai 3,3 miliar dolar AS per tahun dalam program Foreign Military Financing dan sebanyak 500 juta dolar AS untuk pertahanan rudal.
Transfer senjata yang berlangsung tanpa henti memicu perdebatan panas di Washington. Sejumlah anggota Kongres memeringatkan, pengiriman senjata tanpa syarat dapat membuat AS ikut bertanggung jawab jika militer Israel menggunakan peralatan itu dalam serangan yang menewaskan warga sipil.
Mereka menuntut syarat ketat dan jaminan penuh bahwa Israel bertindak sesuai hukum humaniter internasional. Kelompok HAM menegaskan bahwa kehancuran di Gaza menimbulkan tanggung jawab politik dan moral bagi Amerika Serikat.
Mereka menyerukan investigasi independen atas dampak senjata buatan AS dalam genosida tersebut. Opini publik AS juga mengalami perubahan. Jajak pendapat terbaru menunjukkan 51% warga AS menolak peningkatan bantuan militer untuk Israel, sementara hanya 39% yang mendukungnya.
Para analis menilai, tren ini dapat menekan para legislator untuk meninjau kembali kebijakan AS terhadap Israel. Meski ada tekanan tersebut, pemerintahan AS belum menunjukkan tanda-tanda perubahan kebijakan.
Pejabat hanya menyatakan bahwa mereka “mengharapkan Israel melindungi warga sipil” dan membuka akses bantuan kemanusiaan ke Gaza, seperti dilansir arrahmah.id dari Kan News serta media Israel pada 1/12-2025.
Uni Emirat Arab juga terus memertahankan hubungan erat dengan Israel, meskipun genosida Gaza telah menewaskan sekitar 70.000 warga Palestina. Media Israel melaporkan bahwa proyek kereta cepat UEA –Israel tetap berlanjut selama agresi berlangsung.
Saluran i24 News menyebut bahwa Menteri Transportasi Israel, Miri Regev, telah melakukan kunjungan tidak dipublikasikan ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pekan lalu untuk mendorong proyek tersebut. (net/aid/kn/24n/kim/smr)





