Sekretaris Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Sesmendukbangga)/ Sekretaris Utama BKKBN Budi Setiyono menyatakan, saat ini semua negara berupaya keluar dari jerat perlambatan ekonomi global dengan mencari sumber pertumbuhan baru yang inklusif, berkelanjutan, dan tahan krisis.
Semarak.co – Di tengah berbagai strategi yang diajukan, mulai dari investasi teknologi, reformasi fiskal, sampai percepatan hilirisasi, ada satu kunci penting yang seringkali luput dari perhatian: pemberdayaan ekonomi perempuan.
“Berbagai penelitian internasional memperlihatkan partisipasi perempuan bukan hanya isu keadilan sosial, melainkan strategi ekonomi yang terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan hingga 8% atau lebih, apabila dilakukan secara komprehensif,” ujarnya, dirilis humas usai acara melalui WAGroup Jurnalis Kemendukbangga/BKKBN, Rabu (19/11/2025).
Budi melanjutkan, sesuai dengan tekad presiden, dengan jumlah perempuan mencapai setengah dari populasi, kapasitas ekonomi nasional sesungguhnya bergantung pada sejauh mana perempuan diberi ruang untuk berkarya, mengambil keputusan dan berinovasi.
Salah satu tantangan utama pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini adalah rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam satu dekade terakhir menunjukkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan berkisar di angka 53–55%, jauh di bawah laki-laki yang lebih dari 80%.
Rendahnya partisipasi ini mencerminkan adanya hambatan struktural—mulai dari beban kerja domestik yang tidak terdistribusi secara adil, budaya patriarki, hingga akses pendidikan dan pelatihan yang tidak merata.
Padahal, menurut Budi, jika TPAK perempuan naik 10 poin saja, berbagai studi ekonomi makro memperkirakan pertumbuhan ekonomi dapat meningkat signifikan, bahkan berkontribusi ke tambahan output 5–8%. Angka ini dapat dicapai karena tiga alasan kunci.
Pertama, penambahan tenaga kerja produktif, yaitu ketika lebih banyak perempuan masuk pasar kerja, kapasitas produksi nasional meningkat. Ini berarti lebih banyak barang dan jasa yang dapat diciptakan, yang langsung mendorong Produk Domestik Bruto (PDB).
Kedua, diversifikasi keterampilan dan perspektif, di mana perempuan membawa cara berpikir, pola kepemimpinan, dan kepekaan sosial yang berbeda. Kombinasi ini memperkaya proses inovasi dan pengambilan keputusan di berbagai sektor.
Ketiga, peningkatan pendapatan rumah tangga. Ketika perempuan bekerja, pendapatan keluarga bertambah, konsumsi meningkat, dan kemampuan investasi rumah tangga juga naik. Semua ini mendorong pertumbuhan dari sisi permintaan. (hms/smr)





