Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Wakil Kepala BKKBN Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka, menekankan pentingnya menjadikan riset sebagai dasar kebijakan publik.
Semarak.co – Hal tersebut disampaikan Isyana pada Diseminasi Kajian Rekomendasi Kebijakan (Kaji Reka) Seri III Tahun 2025, yang mempertemukan peneliti, akademisi, pejabat daerah, serta ASN BKKBN untuk membahas hasil kajian berbasis bukti (evidence-based policy).
“Kaji Reka bukan sekadar forum ilmiah, tetapi ruang bagi ASN BKKBN untuk menjadi pemimpin perubahan sosial. Mereka harus mampu membaca fenomena dan menerjemahkannya menjadi solusi kebijakan yang nyata,” ujar Isyana, dirilis humas usai acara melalui WAGroup Jurnalis Kemendukbangga/BKKBN, Jumat (24/10/2025)
Isyana menilai, Kemendukbangga/BKKBN bekerja di antara dua dunia yang perlu dijembatani, yaitu dunia kesehatan reproduksi dan dunia sosial-budaya. “Di satu sisi kita berbicara tentang alat kontrasepsi dan kesehatan reproduksi, namun di sisi lain kita bergelut dengan nilai, budaya, dan perilaku masyarakat,” katanya.
Isyana juga menegaskan bahwa kebijakan yang baik lahir dari riset, bukan dari krisis. Kebijakan yang baik bukanlah perbaikan setelah bencana sosial terjadi, melainkan langkah antisipatif yang lahir dari hasil kajian yang kuat.
Isyana mengatakan pentingnya agar hasil riset ini dimanfaatkan langsung di lapangan. “Bukan hanya disimpan sebagai laporan, tetapi dibagikan kepada penyuluh KB, kader, dan keluarga agar mereka memiliki pengetahuan terbaru berbasis data dan bukti,” ujarnya.
Melalui Kaji Reka, Kemendukbangga/BKKBN meneguhkan komitmen memperkuat budaya riset, kolaborasi lintas sektor, dan kebijakan yang berpihak pada keluarga Indonesia menuju Indonesia Emas 2045. (hms/smr)





