Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Rini Widyantini menyatakan, Pagelaran Gandrung Sewu yang melibatkan 1,400 penari wujud nilai luhur Banyuwangi yang dituangkan dengan harmonis oleh seniman, pengusaha, dan dukungan birokrasi.
Semarak.co – Rini menyatakan, Pagelaran Gandrung Sewu refleksi betapa kuatnya sebuah sinergi ketika semua pihak bersatu. Pemerintah, masyarakat, seniman, dan pelaku usaha, bergerak bersama dengan semangat yang sama.
“Gandrung Sewu memberi pesan bahwa setiap keberhasilan besar selalu lahir dari kolaborasi dan kebersamaan yang tulus,” ungkap Rini, dirilis humas usai acara melalui WAGroup JURNALIS PANRB, Minggu pagi (26/10/2025).
Rini menjelaskan sinergi yang dilakukan dalam pagelaran Gandrung Sewu adalah contoh penerapan reformasi birokrasi tematik, sebuah konsep yang menciptakan birokrasi untuk lebih fokus menyelesaikan masalah.
Reformasi birokrasi tematik yang digaungkan adalah untuk pengentasan kemiskinan, peningkatan investasi, mendorong hilirisasi, ketahanan pangan, peningkatan kualitas dan akses layanan Kesehatan, serta peningkatan kualitas pendidikan.
Rini mengapresiasi Pemkab Banyuwangi yang menerapkan reformasi birokrasi tematik dengan tepat dan implementatif. “Gandrung Sewu menjadi langkah nyata birokrasi pemerintah untuk pengentasan kemiskinan, serta menarik investasi dengan pendekatan budaya,” ujar Rini.
Baginya, Banyuwangi contoh dalam menggali potensi lokal menjadi daya tarik nasional bahkan dunia. Ratusan bahkan ribuan penonton memadati area pagelaran. Tradisi yang telah dijaga selama berabad-abad, disulap menjadi lebih bermanfaat untuk rakyat.
Rini mengungkapkan, tarian Gandrung menguatkan memori akan kekayaan budya bangsa dan gotong royong yang menjadi jati diri bangsa ini. Ia berharap kolaborasi ini dapat terus dipertahankan dalam membangun Indonesia dari daerah.
“Budaya yang diwariskan dengan cinta, dikelola dengan profesional, dan dipromosikan dengan semangat gotong royong, kini menjadi sumber kebanggaan dan kesejahteraan masyarakat,” pungkas Rini.
Gandrung adalah tarian khas Suku Osing, masyarakat asli Banyuwangi. Tarian ini dipentaskan sejak ratusan tahun lalu, tepatnya saat Kerajaan Blambangan masih berdiri. Gandrung merupakan ritual sakral, sebagai simbol dan ungkapan syukur kepada Sang Maha Kuasa setelah masa panen.
Awalnya, Gandrung hanya boleh ditarikan oleh garis keturunan penari sebelumnya. Namun sejak tahun 1970-an, tarian ini semakin diminati oleh banyak kalangan yang bukan keturunan penari Gandrung.
Saat ini Tari Gandrung tidak hanya menjadi ritual seusai masa panen, dan bukan sekadar hiburan rakyat. Gandrung dinobatkan menjadi warisan budaya Indonesia dan menjadi daya tarik utama pariwisata, terutama sejak digerlarnya festival Gandrung Sewu pada 2012. Sejak saat itu, pagelaran kolosal ini menjadi agenda wajib setiap tahun.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan pentas Gandrung Sewu adalah etalase bagi perputaran ekonomi masyarakat. Menurutnya seluruh kekuatan Banyuwangi mulai dari pemerintah, penari, seniman, dan pelaku usaha lainnya disatukan dalam pagelaran ini.
Kolaborasi itu tentu berdampak pada penurunan angka kemiskinan di Banyuwangi. Birokrasi yang dikelola dengan baik, bisa menjadi alat utama bagi pemerintah untuk meningkatkan ekonomi warganya. (hms/smr)





