Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menggelar peringatan Hari Santri Nasional 2025 yang dirangkaikan dengan tasyakur khataman 30 juz Al-Qur’an oleh para santri Sekolah Cendekia BAZNAS (SCB).
Semarak.co – Kepala Divisi Pendidikan dan Dakwah BAZNAS Farid Septian menyampaikan apresiasi kepada 11 santri SCB yang berhasil menyelesaikan hafalan 30 juz Al-Qur’an. Ia menekankan pentingnya mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
“Kami mengucapkan tahniah kepada para santri yang telah khatam 30 juz. Kami berharap hafalan ini tidak hanya menjadi memori, tapi diamalkan dalam akhlak dan perilaku,” ujarnya, dirilis humas usai acara melalui WAGroup Baznas Media Center (BMC), Kamis (23/10/2025).
Farid juga mengingatkan para santri agar jangan puas hanya dengan hafalan. “Teruslah menuntut ilmu dan memberi kontribusi bagi bangsa dan umat. Ingatlah bahwa kalian pernah merasakan manfaat dari zakat, infak, sedekah, atau CSR. Kelak, giliran kalian memberi manfaat bagi masyarakat,” lanjutnya.
Kepala Sekolah Cendekia BAZNAS Ahmad Kamaluddin Afif menyatakan, SCB berkomitmen menghadirkan pendidikan berkualitas yang setara dengan sekolah unggulan nasional, meskipun seluruh biaya pendidikan di sekolah ini ditanggung sepenuhnya oleh dana zakat.
“Santri SCB saat ini telah memasuki angkatan ke-9. Alhamdulillah, hingga angkatan ini, sudah lebih dari 100 santri yang berhasil menuntaskan hafalan 30 juz Al-Qur’an. Ini semua berkat dukungan penuh BAZNAS RI dan para muzaki,” kata Kamaluddin.
Ia mengingatkan santri akan pentingnya menjaga amanah zakat yang menjadi sumber pembiayaan pendidikan mereka. “Saya selalu katakan kepada santri, dalam diri kalian mengalir darah zakat. DNA-nya zakat, denyut nadinya zakat. Maka jagalah amanah itu dengan menjadi pribadi yang berintegritas, berkarya, dan bermanfaat bagi sesama,” tegasnya.
Lebih lanjut, Kamaluddin mendorong para santri untuk menjadi “Santri Paripurna” yang tidak hanya unggul dalam bidang keagamaan, tetapi juga memiliki kapasitas untuk berdaya dan berkarya di tengah masyarakat.
“Santri yang ideal adalah santri yang mengaji dan mengkaji, santri yang berdaya dan berkarya, serta tidak hanya salih secara personal, tapi juga muslih – mampu memperbaiki lingkungan di sekitarnya,” imbuhnya. (hms/smr)





