Indonesia Financial Group (IFG) secara aktif berkomitmen untuk meningkatkan literasi industri keuangan nonbank (IKNB) khususnya perasuransian di Indonesia. Ada 3 strategi utama yang diambil IFG: inovasi produk yang sederhana dan terjangkau.
Semarak.co – Seperti asuransi mikro, pengembangan teknologi digital melalui aplikasi One by IFG untuk akses yang lebih mudah, dan peningkatan literasi masyarakat melalui program edukasi yang massif, distribusi buku serta kompetisi jurnalis.
Upaya ini bertujuan mengubah persepsi asuransi dari sekadar pilihan menjadi kebutuhan untuk melindungi masa depan finansial. Diketahui masyarakat Indonesia masih belum banyak yang sadar untuk membeli asuransi. Hal itu terlihat dari hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024.
Dimana angka inklusi asuransi turun dibandingkan dua tahun sebelumnya atau 2022. Yakni 16,63% pada 2022 turun menjadi 12,21% pada 2024. Angka inklusi ini berbanding terbalik dengan literasinya. Dari hasil SNLIK 2024 pula diketahui indeks literasi asuransi naik drastis menjadi 76,25% dari sebesar 31,72% di 2022.
Ini artinya, pengetahuan masyarakat akan asuransi sudah sangat tinggi namun mereka belum mau membeli asuransi dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Ini merupakan tantangan berat bagi industri asuransi. Asosiasi harus bisa kembali meningkatkan kesadaran masyarakat agar angka inklusi bisa meningkat.
Ketua Umum Dewan Asuransi Indonesia (DAI) Yulius Bhayangkara mengatakan, tentunya harus ada dukungan regulasi agar angka inklusi asuransi bisa kembali meningkat. “Kami berharap ada engagement melalui asuransi wajib apapun programnya,” ujar Yulius di Jakarta seperti dilansir duta.co, awal Oktober 2025.
Tidak hanya asosiasi, sambung Yulius, perusahaan asuransi juga memiliki tanggungjawab untuk meningkatkan angkat inklusi itu. “Salah satu yang peduli untuk meningkatkan angkat inklusi itu adalah IFG,” ungkap Yulius.
IFG yang merupakan holding BUMN di bidang asuransi, penjaminan, dan investasi yang berada di bawah naungan Danantara itu memiliki banyak strategi agar literasi dan inklusi asuransi di Indonesia bisa meningkat khususnya di kalangan masyarakat menengah ke bawah.
Sekretaris Perusahaan IFG Denny S. Adji mengatakan, strategi utama IFG dalam meningkatkan literasi yang berdampak terhadap inklusi asuransi di Indonesia adalah dengan fokus pada beberapa pilar kunci yang saling mendukung.
IFG ada 3 strategi utama yang bersifat holistik dan terintegrasi serta berfokus pada tiga pilar utama yang dilakukan IFG. Berikut rinciannya:
- Inovasi Produk Inklusif dan Terjangkau
Asuransi Mikro: IFG melalui anggota holding-nya, seperti Askrindo, menawarkan produk asuransi mikro yang dirancang khusus untuk UMKM dengan premi yang terjangkau dan prosedur yang mudah.
Penyesuaian Produk: Produk disesuaikan dengan daya beli dan kebutuhan spesifik masyarakat di berbagai segmen, termasuk keluarga muda, UMKM, individu, generasi muda, dan segmen syariah.
- Pemanfaatan Teknologi Digital
Aplikasi One by IFG: Platform digital ini menjadi solusi lengkap untuk berbagai produk asuransi, investasi, dan layanan kesehatan, memungkinkan masyarakat mengakses, membeli, dan mengelola produk asuransi dengan mudah.
Aksesibilitas: Pendekatan digital menghilangkan hambatan geografis dan waktu, menjadikan asuransi lebih dekat dan mudah diakses oleh masyarakat.
Layanan Digital: Aplikasi ini juga menawarkan fitur telemedicine dan e-claim yang lebih cepat, mudah, dan transparan.
- Peningkatan Literasi dan Edukasi Masyarakat
Adapun uraian lengkap diuraikan Denny. Pertama adalah edukasi yang memberdayakan, inovasi produk yang terjangkau dan mudah diakses, serta kolaborasi yang berkelanjutan. Di pilar edukasi, IFG dan anggota holding hadir secara langsung di tengah masyarakat untuk membangun literasi.
“Kami memahami bahwa kepercayaan publik perlu diraih kembali dan literasi merupakan fondasinya. Kami tidak hanya memberi teori tetapi simulasi praktis dan mudah dipahami, tentang bagaimana asuransi untuk UMKM dapat melindungi warung mereka dari musibah,” terang Denny.
Ditambahkan Denny, atau bagaimana asuransi jiwa dapat melindungi masa depan keluarga melalui manfaat santunan saat terjadi risiko meninggal dunia. Kedua, inovasi produk adalah kunci aksesibilitas.
Melalui anggota holding seperti Jasa Raharja, Jasa Raharja Putera, IFG Life, Jasindo, Askrindo, dan lainnya, IFG menghadirkan produk ‘sachet’ dengan premi terjangkau. Contoh nyatanya adalah produk LifeSAVER dari IFG Life yang memberikan perlindungan terhadap cedera akibat kecelakaan.
Baik ringan maupun berat, mencakup berbagai fasilitas kesehatan, mulai dari rumah sakit, klinik, dan apotek dengan premi mulai Rp 25.000 per bulan.
Terdapat juga produk Third Party Liability (TPL) dari Jasa Raharja Putera yang memberikan perlindungan bagi pengemudi atau pemilik kendaraan apabila terjadi kecelakaan yang menyebabkan kerusakan harta benda maupun cedera pada pihak ketiga.
Dengan TPL, tertanggung terlindungi dari beban finansial berlebih dan memperoleh kepastian dalam penyelesaian klaim. Ketiga, kolaborasi adalah amplifier bagi IFG. Denny mengaku IFG bermitra dengan banyak stakeholder mulai dari regulator, perusahaan, universitas dan komunitas lainnya
Yaitu untuk menyampaikan edukasi dan pemahaman akan produk asuransi ini melalui berbagai kanal informasi untuk menjangkau publik. Dengan Kolaborasi ini, IFG dan anggota holding juga fokus pada pengembangan produk inklusif yang sederhana dan terjangkau.
“IFG memang menyasar langsung beberapa kelompok seperti keluarga muda, UMKM, individu, generasi muda, sektor strategis pemerintah, dan segmen syariah untuk diberikan edukasi terkait asuransi,” tutur Denny lagi.
Karena itulah, IFG harus menyesuaikan produk yang dimilikinya agar mudah diakses masyarakat. Produk-produk ini kata Denny disesuaikan dengan daya beli serta kebutuhan spesifik masyarakat. Hal itu untuk memastikan bahwa perlindungan finansial dapat diakses secara luas dan mudah.
Contohnya adalah asuransi mikro yang ditawarkan oleh anggota holding seperti Askrindo yang menjamin kemudahan bagi UMKM dengan premi terjangkau. Saat ini IFG juga menggunakan pendekatan digital untuk peningkatan aksesibilitas terhadap berbagai produk.
Serta memperluas jangkauan melalui aplikasi One by IFG. Aplikasi ini mengintegrasikan berbagai produk dan layanan finansial dari anggota holding IFG, baik asuransi jiwa, asuransi umum, investasi, dan akses layanan kesehatan digital bahkan hingga konsultasi secara daring dengan dokter.
Melalui One by IFG, masyarakat dapat dengan mudah mengakses, membeli, dan mengelola produk asuransi dan investasi. Kemudahan akses digital ini menghilangkan hambatan geografis dan waktu serta menjadikan asuransi lebih dekat dengan masyarakat.
Kolaborasi ini memungkinkan penyampaian edukasi dan produk asuransi melalui saluran yang sudah dikenal dan dipercaya oleh masyarakat, seperti program pendidikan atau kemitraan dengan lembaga keuangan lokal.
Di bagian lain Denny mengingatkankan soal posisi auditor internal sebagai mitra strategis dalam memperkuat tata kelola, manajemen risiko, dan kontrol (GRC) yang ujungnya akan memberi kepercayaan masyarakat atau nasabah.
Sebagai bagian dari Danantara Indonesia, terang Denny, IFG percaya bahwa penguatan tata Kelola dan GRC merupakan landasan strategis untuk memastikan transformasi bisnis berjalan sehat, transparan,dan berkelanjutan.
“Audit internal bukan sekadar fungsi pengawasan, melainkan mitra strategis yang mengawal arah perubahan ekonomi Indonesia,”ungkap Denny S.Adji kepada media dalam acara Konferensi Nasional The Institute of Internal Auditors (IIA) Indonesia 2025 pada 27-28 Agustus 2025 di Medan, Sumatra Utara, Selasa (2/9/2025).
Sebagai wujud nyata, kata dia, IFG juga memperkuat aspek kontrol melalui penerapan four eyes principles, yakni mekanisme pengawasan berlapis yang memastikan setiap Keputusan penting mendapatkan persetujuan dari dua pihak berwenang.
Prinsip ini menjadi instrumen penting untuk menjaga akuntabilitas dan mencegah potensi risiko dalam pengambilan keputusan bisnis. IFG berkomitmen menghadirkan praktik terbaik di bidang asuransi, penjaminan, dan investasi.
“Kami ingin mendorong perubahan paradigma industri asuransi nasional, dari sekadar common practice menjadi best practice. Transformasi ini bukan hanya memperkuat daya saing industry keuangan, tetapi juga memberikan nilai nyata bagi perekonomian nasional,” jelas Denny,
Managing Director Internal Audit Danantara Indonesia Achmad Hidayat menekankan urgensi transformasi audit internal tidak bisa lagi ditunda. “AI dan data analytics bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas, mendeteksi risiko lebih dini,” imbuh Hidayat.
“Dan memberikan nilai tambah yang nyata bagi organisasi. Namun teknologi hanyalah alat, nilai sejati audit tetap terletak pada rasa ingin tahu, empati, dan pemikiran kritis auditor,” ujar Hidayat di acara yang sama.
Terpisah Direktur Bisnis Individu IFG Life Fabiola Noralita menyebut minimnya literasi dan miskonsepsi masyarakat menjadi tantangan utama peningkatan kesadaran perlindungan. Rendahnya penetrasi dan literasi asuransi di Indonesia menunjukkan masih besarnya tantangan dalam meningkatkan edukasi keuangan.
“Banyak masyarakat yang belum menyadari bahwa asuransi bukan sekadar biaya, melainkan investasi perlindungan jangka panjang bagi diri dan keluarga,” ujar Fabiola dalam keterangan tertulis, Senin, 08 September 2025, 22:22 WIB.
Data IFG Progress mencatat angka Indonesia tertinggal dibanding Vietnam (2,2%), Filipina (2,5%), Malaysia (3,8%), Thailand (4,6%), hingga Singapura (12,5%). Bahkan dibanding Tiongkok (3,9%) dan India (4,0%), posisi Indonesia masih di bawah.
Selain itu, Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 yang dilakukan OJK bersama BPS menunjukkan tingkat literasi asuransi nasional hanya 45,45%, jauh di bawah rata-rata negara lain di kisaran 60–70%.
IFG Life mengidentifikasi sejumlah miskonsepsi yang memengaruhi rendahnya kesadaran berasuransi. Antara lain anggapan bahwa klaim sulit, premi mahal, hingga persepsi bahwa asuransi hanya untuk kalangan tertentu.
Perusahaan menegaskan proses klaim kini dapat dilakukan secara digital melalui aplikasi One by IFG tanpa biaya tambahan, termasuk di luar kota besar. Asuransi jiwa bukan hanya bermanfaat setelah nasabah meninggal dunia melainkan juga memberi perlindungan finansial saat menghadapi risiko penyakit kritis.
Untuk itulah, kata Fabiola, PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) terus menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan literasi keuangan di Indonesia, khususnya di kalangan generasi muda. Salah satu upaya melalui kuliah umum bertema Literasi Keuangan dan Perkembangan Industri Asuransi di Institut Teknologi Del (IT Del), Sumatera Utara.
Kepala Eksekutif Pengawasan Perilaku PUJK, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi memaparkan, indeks literasi keuangan nasional meningkat dari 65,43% pada 2024 menjadi 66,46% di tahun 2025. Sementara itu, indeks inklusi keuangan juga naik signifikan dari 75,02% menjadi 80,51%.
“Sinergi antar pemangku kepentingan seperti yang dilakukan oleh IFG Life dan Mandiri Inhealth bersama OJK dan IT Del ini sangat penting untuk memperluas jangkauan literasi dan inklusi keuangan, terutama di kalangan generasi muda,” ungkap Friderica dalam keterangan resmi, Rabu (14/5).
Direktur Kepatuhan Mandiri Inhealth, Marihot H. Tambunan, menekankan pentingnya edukasi keuangan sejak dini, termasuk di bangku kuliah. “Setiap tahap kehidupan memerlukan pemahaman keuangan yang baik, agar mampu mencapai tujuan finansial dan menghindari risiko keuangan,” ujarnya.
Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko IFG Life Eli Wijanti menambahkan literasi keuangan merupakan fondasi dalam membangun kesadaran terhadap pentingnya perlindungan finansial.
“Risiko kehidupan kerap datang tanpa diduga, namun dengan perencanaan keuangan yang matang, kita dapat meminimalkan dampaknya dan melindungi masa depan keluarga,” jelasnya. (net/hms/smr)