Maraknya gerakan masyarakat bertajuk #2019gantipresiden baik dikenakan pada kaos, hastag sosial media maupun dimainkan sebagai isu oleh elit politik, rupanya efektif mempengaruhi pilihan politik masyarakat. Hal ini terbukti dalam temuan survei LSI Denny JA yang menyatakan gerakan ini membuat posisi Jokowi sebagai kandidat capres semakin goyah.
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Al Faraby mengatakan, meski baru sekitar satu bulan dikampanyekan, akan tetapi gerakan ini semakin populer. Sekitar 50,8 persen publik, kata Adjie, pernah mendengar kampanye ini. Dari separuhnya, sebesar 49,8 persen menyatakan mereka suka kampanye itu.
“Artinya jika kampanye ini makin populer dan masif maka akan mengganggu elektabilitas Jokowi,” terang Adjie dalam rilis survei LSI Denny JA di Rawamangun Jakarta, Senin (14/5).
Kemudian, lanjut Adjie, yang menyebabkan Jokowi semakin goyah ialah isu tenaga kerja asing (TKA). Menurut hasil temuan LSI Denny JA, kendati hanya sekitar 27,2 persen pernah mendengar isu TKA, mayoritas dari mereka atau 76,6 persennya menyatakan tidak setuju. “Ini artinya, jika makin banyak publik yang tahu isu ini, maka resistensi terhadap Jokowi pun makin kuat karena dinilai mendukung masuknya TKA,” papar Adjie.
Lebih jauh lagi, ia mengatakan, akar dari isu TKA ini terjadi lantaran kepuasan kinerja rezim Jokowi – JK dalam sektor ekonomi rendah, terutama terkait lapangan kerja. “Dalam temuan kami, sebanyak 54,3 persen publij tidak puas dengan kinerja pemerintah dalam menyiapkan lapangan pekerjaan. Sisanya 35,5 persen menyatakan puas,” tukasnya.
Survei ini dilakukan pada 28 April – 5 Mei 2018 melibatkan 1.200 responden dengan menggunakan metode sampling multistage random. Margin of eror survei ini sebesar +- 2,9 persen. (lin)