Jadi Wadah Produktif, Sekolah Lansia Werdha Santhi Mahottama Bangli Resmi Beroperasi

Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK), Kemendukbangga/BKKBN Nopian Andusti saat membuka acara Pre-Launching ”WARIOR DAY” bertempat di Happy Harvest, Summarecon, Bekasi-Jawa Barat, Selasa (19/08/2025).

Desa Abangsongan di Kabupaten Bangli, Bali, kini memiliki fasilitas inspiratif. Pada Selasa (19/8/2015), Sekolah Lansia Werdha Santhi Mahottama resmi diluncurkan, menandai babak baru bagi para lansia untuk tetap produktif, bersemangat, dan bahagia.

Semarak.co – Peresmian disambut antusias 35 siswa lansia angkatan pertama. Bupati Bangli diwakili Asisten l Sekda Bangli I Made Ari Pulasari mengatakan sekolah lansia ini menjadi langkah maju pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan lansia.

Bacaan Lainnya

Acara peluncuran tersebut menyoroti fakta bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia terus meningkat seiring berakhirnya puncak bonus demografi. Menurut data Pemutakhiran Pendataan Keluarga 2024, penduduk berusia 60 tahun ke atas mencapai 14,80%.

“Di  Bangli, proporsi penduduk lansia mencapai 15,48%. Jika lansia sehat dan produktif, mereka dapat menjadi bonus demografi kedua bagi Indonesia. Namun sebaliknya, jika kesehatan mereka rendah, mereka bisa menjadi beban bagi keluarga,” tulis Kemendukbangga, dirilis humas usai acara melalui WAGroup Jurnalis Kemendukbangga/ BKKBN, Selasa malam (19/8/2025).

Sekolah lansia merupakan pendidikan non-formal yang menempatkan lansia tidak hanya sebagai objek, tetapi juga subjek pembangunan. Konsep dasarnya adalah pendidikan sepanjang hayat (long life education) yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku lansia.

Pembelajaran di Sekolah Lansia Werdha Santhi Mahottama dilaksanakan dua kali sebulan, dengan kurikulum yang memadukan tradisi dan keterampilan modern. Pelaksanaan ini didukung  narasumber ahli dari berbagai instansi.

Perbekel Desa Abangsongan, I Wayan Widana, menyatakan, Kurikulum ini dirancang agar para lansia tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga produktif, memiliki nilai spiritual, dan terus terhubung dengan lingkungan serta budayanya.

Kepala Perwakilan BKKBN Bali Ni Luh Gede Sukardiasih menyatakan dukungannya terhadap inisiatif ini, menekankan pentingnya menyikapi peningkatan jumlah lansia di Indonesia secara bijak.

Menurutnya, peningkatan jumlah lansia yang terjadi seiring dengan berakhirnya bonus demografi dapat menjadi bonus demografi kedua jika mereka sehat dan produktif. Sebaliknya, lansia dengan derajat kesehatan yang rendah dan tidak produktif bisa menjadi beban.

Ni Luh Gede berharap sekolah lansia ini dapat menerapkan program SIDAYA (Lansia Berdaya). Program SIDAYA bertujuan untuk meningkatkan partisipasi lansia melalui sekolah lansia dalam mewujudkan lansia yang SMART (Sehat, Mandiri, Aktif, Produktif, Bermartabat) dengan menerapkan tujuh dimensi lansia tangguh.

Peluncuran sekolah ini mendapat apresiasi tinggi dari Pemerintah Kabupaten Bangli. Asisten l Sekda Bangli menyatakan komitmennya untuk mendukung program ini. “Sekolah Lansia Werdha Santhi Mahottama adalah inovasi luar biasa yang layak dicontoh desa lain,” ungkapnya.

Kemendukbangga/BKKBN Inisiasi Program SIDAYA 

SIDAYA (Lansia Berdaya) adalah program anak bangsa demi mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa intervensi pemerintah dikhawatirkan lansia akan menjadi beban negara, keluarga dan masyarakat. Namun, jika diberdayakan, mereka akan menjadi bagian dari bonus demografi tahap kedua.

Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK), Kemendukbangga/BKKBN Nopian Andusti saat membuka acara Pre-Launching ”WARIOR DAY” bertempat di Happy Harvest, Summarecon, Bekasi-Jawa Barat, Selasa (19/08/2025).

Kegiatan ini diberi nama “Warior Day”, merupakan singkatan dari Warga Senior. Tapi juga diambil dari kata warrior dalam bahasa Inggris, yang berarti pejuang. “Ini selaras dengan Agustus sebagai bulan perjuangan bangsa Indonesia dalam memperingati Kemerdekaan Indonesia yang ke-80,” imbuhnya.

Nopian mengatakan, Sidaya merupakan gerakan yang menunjukkan ansia bukanlah masa berhenti berkarya. Melainkan masa di mana lansia merupakan penyandang usia terindah. “Mereka pernah muda. Orang muda belum tentu menjadi lansia. Menjadi lansia adalah cita-cita semua orang,” ujarnya.

Menurut Nopian, saat ini banyak lansia merasa kesepian, yang sebetulnya disebabkan karena diri mereka sendiri. “Ada cara lain agar tidak sepi. Ikuti kegiatan sosial, ikuti kegiatan sekitar kita. Kalau kita berdiam diri saja di rumah, maka kita akan sepi,” tandas Nopian.

Nopian berharap adanya dukungan kebijakan dari pemerintah dalam arti luas. Sehingga akan ada intervensi positif secara menyeluruh untuk para warga senior yang dikenal dengan sebutan lansia.

Sidaya sendiri merupakan salah satu quick wins Kemendukbangga/BKKBN, sebuah gerakan yang peduli terhadap lansia. Sehingga di usia senja mereka masih dapat berpartisipasi, produktif, sehat dan bermartabat. Juga masih dapat melakukan kegiatan sosial.

“Jangan biarkan mereka berhenti setelah usia purna. Jangan berhenti berkarya setelah pensiun. Para lansia ini kita harapkan mengawali kembali rasa kehidupan berikutnya dan tetap menjadi lansia yang sehat, mandiri, aktif,” harap Nopian. (hms/smr)

Pos terkait