Oleh Zak Sorga *)
Semarak.co – Mengamati pertunjukan teater yang ditampilkan oleh 13 sutradara dalam Kurasi Festival Teater Jakarta Pusat (FTJP) tanggal 22 dan 23 Juli 2025 ini saya sebagai juri berpendapat bahwa kurasi bukanlah sekedar pemaparan konsep pertunjukan baik secara lisan atau tertulis, tapi yang lebih utama adalah penampilan pertunjukan itu sendiri.
Seorang sutradara mesti menyadari bahwa yang diamati oleh juri (juga penonton) adalah murni kematangan pertunjukan di atas panggung, bukan retorika yang disampaikan saat pemaparan konsep. Ini bukan berarti konsep tidak penting.
Konsep tetap penting tapi pemaparan konsep hanyalah sarana untuk membuka ruang dialog antara sutradara dengan juri jika ada bagian dari pertunjukan yang serasa “mengganjal”, membingungkan atau kurang jelas.
Jadii vokus dari Kurasi FTJ adalah tetap pada kesiapan dan kematangan pertunjukan. Sejauh mana pemahaman sutradara bersama grupnya terhadap karakter naskah, karakter tokoh-tokoh yang dimainkan, kesiapan dan kematangan sutradara dalam menampilkan adegan yang dia pilih.
Semua ini akan terlihat dalam pertunjukan meski hanya diberi waktu 15 menit. Lantas apa yg perlu ditampilkan sutradara dalam pertunjukan kurasi teater ini? Secara umum sama seperti saat menggarap pertunjukan secara utuh; menafsirkan naskah, mewujudkan karakter tokoh-tokohnya.
Lalu mewujudkan adegan diatas panggung, melatih dan menggarap para aktor agar menguasai peran yang dimainkan, bekerja sama dengan penata artistik, penata musik dan kostum untuk mewujudkan adegan yang mau ditampilkan adalah pekerjaan yang secara maksimal mesti dikuasai oleh sutradara.
Cara memilih adegan yang akan ditampilkan.
Pilihlah adegan yang bisa menampilkan potensi lakon yang akan dipertunjukan. Hal ini akan meliputi potensi naskah dimana saat menonton pertunjukan yang hanya 15 menit ini penonton langsung bisa memahami atau minimal bisa menafsir jalan cerita dan konflik yang dalam naskah tersebut.
Potensi kedua yang perlu ditampilkan adalah potensi penyutradaraan, bagaimana Sang Sutradara bisa menampilkan dramatik dan keindahan adegan yang dia buat. Termasuk keutuhan artistik, costum dan musik yang tidak sekedar tempelan atau main comot dari musik (rekaman) karya orang lain.
Potensi berikutnya adalah potensi keaktoran. Banyak sekali Sutradara yang belum serius menggarap aktor-aktornya. Secara tehnis keaktoran terutama vokal rata-rata masih lemah dalam mengekspresikan emosi dari setiap ucapan yang disampaikan.
Sehingga adegan terkesan monoton dan tidak berkembang. Banyak Aktor yang memegang peran penting lemah di artikulasi dan penguasaan ruang. Keseriusan dalam menggarap akting para aktor ini bisa mudah dilaksanakan kalau sutradara menguasai tafsir dari naskah yang dia garap.
Baik tafsir tentang latar belakang sosial dari kejadian yang ada dalam naskah, tafsir visual dan adegan, tafsir dialog yang diucapkan tokoh-tokohnya, juga gaya pendekatan pertunjukannya, dengan konsep drama realis modern, klasik, seni rakyat, komedy atau yang lain. Semua gambaran ini mesti dirumuskan secara nyata oleh sang sutradara. Sekian semoga bermanfaat.
*) Ketua Juri Kurasi FTJP
Sumber: facebook akun pribadi @Zak Sorga (https://www.facebook.com/share/p/1EMe6qeZim/)