Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Rini Widyantini pembukaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di Sekolah Rakyat Menengah Pertama 10 Bogor, Senin (14/7/2025).
Semarak.co – Rini menyampaikan, dalam penyelenggaraan Sekolah Rakyat, pihaknya berperan dalam penataan kelembagaan dan pemenuhan kebutuhan guru. Dukungan ini sebagai tindak lanjut dari Inpres No. 8/2025 tentang Pengentasan Kemiskinan dan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem.
“Kami terus memastikan agar peran ini dapat kita jalankan dengan baik,” ujar Rini, dirilis humas PANRB usai acara melalui WAGroup JURNALIS PANRB, Senin malam (14/7/2025).
Pembukaan MPLS juga dihadiri Menko Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar dan Menteri Sosial Saifullah Yusuf. Menko Muhaimin, atau yang akrab Cak Imin, menjelaskan berdirinya sekolah ini adalah cara cepat pemerintah untuk memutus rantai kemiskinan.
Sekolah Rakyat yang berlokasi di Sentra Terpadu Inten Soewono ini memiliki jumlah siswa sebesar empat rombongan belajar dengan 100 siswa. Secara umum Sekolah Rakyat adalah program pendidikan gratis berbasis asrama yang ditujukan untuk anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem.
Tujuan utamanya adalah untuk memutus mata rantai kemiskinan melalui pendidikan berkualitas. Program ini merupakan inisiatif pemerintah untuk memberikan akses pendidikan yang setara bagi semua kalangan, khususnya mereka yang kurang mampu.
Sudah ada 100 titik Sekola Rakyat, terdiri 32 Sekolah Rakyat Menengah Pertama, 44 Sekolah Rakyat Menengah Atas, dan 24 Sekolah Rakyat Terintegrasi. Dalam mendukung pelaksanaan belajar mengajar di Sekolah Rakyat, Kementerian PANRB berperan menetapkan kebutuhan dan formasi guru.
Mensos Saifullah Yusuf menjelaskan, rekrutmen Sekolah Rakyat tanpa ada tes akademik. Namun didasarkan pada kondisi sosial ekonomi keluarga yang termasuk miskin dan miskin ekstrem. Sistem sekolah yang berasrama ini membangun kebiasaan positif, serta membangun rasa bangga sebagai bangsa Indonesia.
“Sekolah Rakyat membekali peserta didik dengan kurikulum nasional, kurikulum khusus, dan kearifan lokal. Serta membekali siswa dengan life skill,” pungkas Saifullah Yusuf. (hms/smr)