PT Kimia Farma menggelar rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST 2018 yang memutuskan perubahan susunan pengurus perseroan. Antara lain memberhentikan dengan hormat Farid Wadjdi Husain sebagai Komisaris Utama dan Dewi Fortuna Anwar sebagai Komisaris.
Melalui RUPST juga sekaligus mengangkat dengan hormat Untung Suseno Sutarjo sebagai Komisaris Utama, Nurrachman Komisaris Independen, dan Chrisma Aryani Albandjar sebagai komisaris.
Direktur utama Kimit Farma Honesti Basyir mengatakan, mereka yang berhenti dikarenakan sudah habis masa baktinya. Untuk itu dipandang perlu untuk sekaligus mengangkat penggantinya.
“Karena yang berhenti setelah habis masa tugasnya ada dua orang, maka dua orang pula yang diangkat sekaligus,” ujar Honesti usai RUPST kepada wartawan di Hotel Borobudur, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Kamis (20/4).
Di bagian lain Honesti mengatakan, perusahaan farmasi pelat merah ini akan mengakuisisi tiga rumah sakit tahun ini. Demi menggarap strategi unorganik tersebut, emiten berkode saham KAEF ini sudah menganggarkan dana sekitar Rp 500 miliar hingga Rp 600 miliar.
Akuisisi Rumah Sakit
“Langkah ini merupakan salah satu strategi untuk memperkuat posisi KAEF dalam ekosistem bisnis. Target kami adalah pengguna BPJS. Pada 2019 itu jaminan kesehatan akan menjangkau semua lapisan masyarakat, artinya akan ada sekitar 270 juta demand,” ujar Honesti.
Dengan sasaran pasar pengguna fasilitas jaminan kesehatan atau BPJS Kesehatan, KAEF mengincar rumah sakit kelas C dan D. Adapun tiga rumah sakit incaran KAEF berlokasi di Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Dengan kepemilikan rumah sakit ini, Kimia Farma berharap dapat tumbuh lebih besar dan unggul dari perusahaan farmasi lainnya. Saat ini, Kimia Farma tercatat memiliki bisnis dari hulu hingga hilir di industri farmasi, seperti pabrik hingga gerai apotek untuk menjual produk farmasi kepada konsumen secara langsung.
Baca: Ribuan Offline Jadi Kekuatan, Kimia Farma pun Kembangkan Apotek Online
“Kimia Farma mengalokasikan belanja modal atau capital expendicture (capex) sebesar Rp 3,5 triliun di 2018. Belanja modal tersebut akan digunakan untuk membiayai perluasan bisnis serta mendukung operasional perusahaan tahun ini,” sebutnya.
Belanja tersebut terbagi atas Rp 1,2 triliun untuk organik dalam pembiayaan perbaikan beberapa pabrik di Banjaran dan Cikarang. Sementara sisanya sebesar Rp 2,3 triliun anorganik untuk mengakuisisi tiga rumah sakit dan satu perusahaan farmasi. “Tahun 2018, capex itu kita alokasikan Rp 3,5 triliun, yaitu Rp 1,2 triliun organik dan Rp 2,3 anorganik,” ujarnya.
Sumber pendanaan yang digunakan untuk aksi korporasi tersebut berasal dari kas internal dan sindikasi perbankan. Hingga kini, terdapat beberapa perbankan BUMN yang siap mendanai rencana akuisisi tersebut. “Tahun ini kita juga masih memiliki jatah penerbitan medium term notes (MTN) atau surat utang jangka menengah sebesar Rp 600 miliar,” tutupnya. (lin)
Dewan Komisaris
Komisaris Utama: Untung Suseno Sutarjo
Komisaris Independen: Wahono Sumaryono
Komisaris Independen: Nurrachman
Komisaris: Muhammad Umar Fauzi
Komisaris: Chrisma Aryani Albandjar
Dewan Direksi
Direktur Utama: Honesti Basyir
Direktur Keuangan: IGN Suharta Wijaya
Direktur Pengembangan Bisnis: Pujianto
Direktur Produksi dan Supply Chain:Verdi Budidarmo
Direktur Umum dan Human Capital: Arief Pramuhanto