BNI Syariah bersama Jurnalis Ekonomi Syariah (JES) menggelar workshop untuk mengedukasi para wartawan mengenai perbankan syariah di gedung BNI Syariah, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (16/4). Di mana perkembangan perbankan syariah dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Ini dapat dilihat dari market share perbankan syariah yang telah berhasil keluar dari five percent traps.
Ketua umum JES Kristopo mengatakan, walaupun market share perbankan syariah telah tembus 5%, perbankan syariah masih harus terus berusaha meningkatkan market share lagi di masa depan agar semakin banyak masyarakat yang terbantu dengan adanya perbankan syariah.
“Salah satu upaya perbankan syariah untuk meningkatkan market share adalah dengan melakukan sosialisasi produk dan layanannya ke masyarakat. Ini mengingat tingkat literasi keuangan syariah nasional baru mencapai 8% (survey OJK 2017). Kegiatan sosialisasi ini tentunya tidak terlepas dari peran rekan-rekan jurnalis yang kian aktif melakukan pemberitaan terkait perkembangan industri keuangan syariah khususnya pemberitaan terkait produk layanan BNI Syariah,” ujar Kristopo.
Dalam hal pemberitaan tersebut, lanjut Kris, dibutuhkan pemahaman yang memadai terkait istilah-istilah yang digunakan di perbankan syariah. Mulai dari produk, layanan hingga pada istilah serta penerapan akad-akad yang biasa digunakan agar dapat mempertajam isi pemberitaan dan memberikan pemahaman yang tepat kepada masyarakat.
“Alhamdulillah, melalui kegiatan workshop ini kami para wartawan sangat terbantu dalam memahami tentang keuangan syariah khususnya perbankan syariah sehingga kami dapat menghasilkan tulisan yang berkualitas” ucap Kris.
Workshop perbankan syariah dengan tema “Meneropong Celah Bisnis Melalui Akad-akad di Perbankan Syariah” dibuka Direktur Kepatuhan dan Risiko BNI Syariah Tribuana Tunggadewi dan sebagai narasumber Agustianto Mingka, Ketua V Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) dan Pemimpin Divisi Keuangan BNI Syariah Wahyu Avianto, ikut hadir Rima Dwi Permatasari, Corporate Secretary BNI Syariah.
“Dengan adanya kegiatan ini kami berharap dapat memberikan manfaat kepada rekan-rekan jurnalis untuk meningkatkan pemahaman terkait perbankan syariah khususnya akad-akad perbankan syariah. Hal ini sesuai dengan corporate value Hasanah Banking Partner, BNI Syariah senantiasa berupaya menjadi solusi perbankan syariah bagi seluruh masyarakat yang universal dan modern.
Sehingga keberadaan BNI Syariah dapat menjadi partner yang Hasanah untuk nasabah, tidak hanya berorientasi pada keuntungan dunia, melainkan juga memberikan kebaikan (Hasanah) untuk kehidupan akhirat (Hasanah Way),” ujar Tribuana Tunggadewi dalam sambutannya.
Pemimpin Divisi Keuangan BNI Syariah Wahyu memaparkan, akad Hawalah itu tidak hanya dari bank konvensional, tapi juga dari sesama bank konvensional yang ingin pengalihan pembiayaan atau utang nasabah. “Jumlah keinginan nasabah ini sangat besar. Karena masyarakat bebas memilih untuk pengalihan utangnya atau take over.
Sekarang ini memang belum bisa sesama bank syariah dan termasuk sifat jual beli karena barang itu sudah dimiliki nasabah. Kecuali sifatnya investasi. Nah, untuk mengatasi ini, dibutuhkan variasi akad, salah satunya Hawalah,” tuturnya.
Adapun segmen Hawalah yang diincar BNI Syariah, menurut Wahyu, pada masyarakat yang ingin bersyariah karena potensinya masih sangat besar. Perpindahan nasabah ini, nilai dia, dipicu masalah layanan, kecepatan, margin, prizing, jangka waktu, dan yang mau lebih praktis karena alasan dekat dengan rumah tinggalnya.
Lebih jauh Wahyu mengaku tidak mengambil produk mana jadi target dari sekian banyak produk akad yang masih ditawarkan syariah. “Kami tidak mematok target berapa produk mau diambil lagi, karena kita melihat variasinya sudah cukup banyak. Jadi kita isi celah-celah y ang belum punya solusinya, seperti perpindahan piutang Hawalah ini,” imbuhnya.
Justru target BNI Syariah saat ini, kata dia, sedang mengembangkan digital bisnis untuk akad-akadnya. “Tahun ini, BNI Syariah membentuk divisi baru namanya Divisi Bisnis Digital dengan dua pilar fokusnya, pertama sisi banking proses tentang kemudahan-kemudahan uintuk membuka tabungan. Kedua digital start up, kita fokus bagaimana membuat aplikasi yang memudahkan pada travel, jamaah umroh, sehinggga semua cukup lewat ponselnya,” tuntasnya. (lin)