Prodi Pariwisata Institut STIAMI Perkenalkan Bir Pletok Untuk Jaga Kearifan Lokal

Festival Budaya Betawi dalam rangkaian acara Puncak Peringatan 35 Tahun Institute Stiami

Puncak peringatan 35 tahun Institut STIAMI dimeriahkan kegiatan Jalan Sehat di Silang Monas Barat Daya, Jakarta Pusat, Minggu (8/4). Kegiatan yang mengusung konsep ‘Festival Budaya Betawi’ ini sebagai upaya menjaga kearifan lokal mengingat institut yang berdiri pada, 27 Januari 1983 ini di tengah-tengah masyarakat Betawi.

Sekretaris Eksekutif Institut STIAMI Dedy Kusna Utama mengatakan, jalan sehat yang dikemas dengan Festival Budaya Betawi’ ini sebagai bentuk pengabdian dari kampus agar bisa terus bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

“Kampus STIAMI berada di daerah DKI Jakarta tepatnya di Jakarta Pusat di daerah Pangkalan Asem, dan ini tentunya bagian dari pengabdian masyarakat. Kita jangan hanya menjadi menara gading seolah hanya tumbuh sendiri tapi tidak bermanfaat. Kami ingin memberi manfaat kepada masyarakat,” ujar Dedy di sela kegiatan.

Dengan kegiatan ini, harap Dedy, mahasiswa bisa menyadari budaya lokal tidak kalah dengan budaya asing. Ke depan, pihaknya akan menjadikan festival budaya Betawi sebagai agenda rutin tahunan. “Dengan agenda ini bisa turut berkontribusi dalam pengembangan budaya Betawi,” ujarnya.

Wakil Rektor III Institut STIAMI M. Agus Chalik  menambahkan, 35 tahun Institut STIAMI semakin menunjukkan eksistensi STIAMI semakin dipercaya oleh masyarakat. Dan diangkatnya Festival Budaya Betawi dalam kegiatan ini juga bagian dari pengembangan program studi Pariwisata Institut STIAMI.

Dalam festival ini mahasiswa dibekali pengenalan ikon Betawi yang sudah di-Pergub-kan Gubernur DKI Jakarta. Ada 8 ikon budaya khas Betawi yang ditetapkan dalam Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2017. Yaitu ondel-ondel, kembang kelapa, ornamen gigi balang, baju sadariah, baju kebaya kerancang, batik betawi, kerak telor, dan bir pletok.

Karenanya, kata Agus, dalam festival tersebut, mahasiswa prodi pariwisata memperkenalkan minuman ‘Bir Pletok Zaman Now’. Keberadaan prodi pariwista ini diharapkan mampu menciptakan generasi bangsa yang dapat mengoptimalkan potensi pariwisata yang ada.

“STIAMI percaya pariwisata akan menjadi program studi populer yang dapat membanggakan universitas maupun Indonesia. Dan pada tahun 2019 pariwisata menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia,” tambahnya.

Dari kegiatan ini, harap dia, mahasiswa bisa mengenal budaya betawi lebih baik sehingga ada ikon dan brand melekat bahwa Institut STIAMI peduli pada pariwisata dan pengembangan budaya betawi.

Institut STIAMI juga memberikan penghargaan kepada tokoh pelestari budaya Betawi, yaitu Biem Benyamin  (putra ketiga alm Benyamin Sueb), Reza Rahadian (aktor), dan Ben’s Radio. Acara puncak peringatan ke-35 Institut STIAMI ini dimulai dengan senam dan jalan sehat, yang juga dimeriahkan dengan penampilan band kampus dan aneka doorprize. (lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *