Oleh Dr. Syahganda Nainggolan *)
semarak.co-Di antara para pelayat yang memenuhi Masjid AZ Zahra Gudang Peluru, Jakarta, beberapa hari lalu, untuk men Sholat kan Alm. Faisal Basri, terselip seorang berpakaian hitam di Shaft kedua. Tidak banyak orang mengenalinya, terhimpit diantara pelayat lainnya.
Untung Dr. Ahmad Yani, SH berada disebelahnya, tanpa sengaja, sehingga saya dapat melihatnya dari baris ketiga. Orang itu bernama Jenderal Gatot Nurmantyo, mantan Panglima TNI. Sholat Jenazah dilakukan secara hikmat setelah Sholat Ashar. Sholat Jenazah dipimpin anak alm. Faisal Basri.
Sedang shalat Ashar dipimpin Ustadz Bachtiar Nasir. Berbagai tokoh-tokoh datang ke Masjid setelah melayat ke kediaman almarhum, yang jaraknya 7 menit berjalan kaki. Eggi Sudjana, Jumhur Hidayat, Anton Permana, Dr. Ahmad Yani, dan beberapa teman aktifis lainnya.
Sepanjang perjalanan ke Masjid mendengarkan canda-canda tentang Eggi Sudjana. Eggi sebelumnya melihat berbagai karangan bunga duka cita. Di antaranya dari Ir. Jokowi. Melihat karangan bunga itu, Eggi langsung memasukkan tangannya kebagian2 bunga seperti mencari sesuatu.
Ketika orang-orang mempertanyakan tingkah Eggi, sedang mencari apakah? dia menjawab sedang mencari ijazah Jokowi. Pihak keluarga yang melihat video tingkah Eggi tersebut memohon agar hal tersebut tidak disebarkan. Sebab, dianggap kurang etis pada acara duka. Eggi memahaminya.
Desak-desakan Sholat jenazah akhirnya selesai. Beberapa orang yang mengenali Jenderal Gatot Nurmantyo (GN) berebut menyalami. Seorang tentara yang sholat di saf pertama minta selfi dengan GN. Saya menemani GN ke tempat pengambilan sepatunya.
Namun, setelah berkali-kali mencari ditempat dia meletakkan sepatunya, sepatu tidak ditemukan. Saya menawarkan GN untuk memakai sendal saya, namun dia menolak. Ajudan GN yang datang menghampiri diperintah nya segera menjemput. GN datang naik sepeda motor diboncengi ajudan.
Menurutnya demi alasan tepat waktu. Sepeda motor datang ke depan Masjid. Beberapa tentara berbincang dengannya. GN yang tenang tanpa sepatu membuat orang-orang salah tingkah. Jenderal ini biasa aja. Dia akan ke kuburan untuk pemakaman, sambil ditengah jalan beli sendal. Saya meluncur ke pemakaman Menteng Pulo, tempat almarhum dikebumikan.
Ustad Valentino Dinsi ikut menumpang karena temannya entah kemana. Ishak Rafik, aktifis alumni UI, yang semula saya tawarkan bersama ke makan, tampak mengambil mobilnya di dekat mobil saya. Sepanjang jalan ke makam saya mendiskusikan sepatu hilang ini dengan Valentino. O, ya ustadz Valentino ini sempat sangat populer ketika membangun koperasi 212 Mart.
Tentu hilangnya sepatu seorang jenderal purnawirawan, yang pernah diduga akan melakukan pemberontakan pada Jokowi, baik ketika aktif maupun ketika membangun konsolidasi kekuatan bersama aktifis dalam organisasi KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia), menjadi misteri.
Pertama, lingkungan Masjid itu adanya di dalam kompleks kelas menengah, sehingga sedikit kemungkinan pencuri sepatu datang ke sana. Dan sepatu hilang hanya satu dari semua jemaah. Kedua, GN sendiri datang dengan “gaya penyamaran” yang hampir tidak seorangpun tau siapa dia.
Pikiran saya menjadi liar tentang hilangnya sepatu ini. Sebab, kematian Faisal Basri, sebagaimana juga Rizal Ramli dan Lieus Sungkharisma, masih menyisakan misteri. Meski Faisal dikatakan sakit, tapi agenda ceramahnya sudah terjadwal hingga beberapa waktu ke depan.
Misalnya, Jumhur mengatakan Faisal akan mengisi ceramah di Serikat Buruh elektronik dan logam SPSI pada tanggal 14/9. Artinya, sakitnya bukan sakit yang mengarah pada kematian. Faisal Basri merupakan sosok oposisi kelas utama (seperti Said Didu dan Rocky Gerung).
Sebab serangannya pada kekuasaan bukan saja menyangkut pemerintah, namun juga oligarki rakus disektor tambang dan minyak goreng. Untuk itu pasti kekuatan yang berusaha melenyapkan dia berkeliaran sepanjang hidupnya.
Berkeliaran para “musuh-musuh” aktifis ini tentu saja ada didalam lingkungan Masjid tempat di Sholat kannya jenazah. Mungkin mereka memberi “pesan” kepada GN melalui pencurian sepatu itu. Itulah pikiran liar saya. Apalagi ketika saya melihat GN sangat tenang ketika mengetahui sepatunya hilang.
Kenapa GN harus diberikan pesan? Ini misteri, hanya dunia intelijen yang mampu menjawabnya. Jika itu pesan negatif bagi aktifis, ya tentu semua harus waspada. Di kuburan saya melihat GN dari kejauhan. Di dekat saya Andi Sahrandi, aktifis alumni ITB berumur 80 tahun masih gagah.
Soetrisno Bachir mantan ketua PAN dan Chico Hakim, yang kemarin membela Rocky Gerung yang berkelahi dengan Silfester, di acara Inews. Beberapa tokoh-tokoh alumni UI berkelompok. Seperti biasa GN tidak berbaur dengan para “selebriti” politik.
Itu khas dia sebagai orang intelijen. Saya memberi tahu Jumhur dan pasukannya tentang keberadaan GN. Selesai acara pemakaman, Jumhur dan semua tokoh buruh, termasuk Daeng, berfoto bersama Jenderal GN itu. Beberapa teman saya undang makan malam sehabis melayat di Warung Aceh di sebelah Masjid Al Fatimah Tebet Barat.
Alon, alias Dr. Teuku Syahrul Anshari, SH, tokoh aktifis Undip dahulu, pemilik resto mentraktir teman2. Said Didu, Eggi Sudjana, Jumhur, Arif Minardi Sekjen SPSI, Daeng tokoh Buruh, Chudri Sitompul, SH (eks deputi Rektor UI) dan Helmy Fauzi (eks Dubes RI di Mesir) diantara aktifis yang puas dengan menu makanan Aceh.
Tentu saja cerita politik terkait PSN Bodong, PIK2, hubungan Megawati-Jokowi, gerakan mahasiswa dll menjadi bagian akhir sesi pelayatan Alm. Faisal Basri ini. Faisal Basri adalah tokoh Besar bangsa kita. Semua tokoh (pemberontak) hadir melayat. Semua mendoakan semoga beliau masuk surga. Selamat jalan Sang Pejuang.
*) Sabang Merauke Circle
sumber: WAGroup KSATRIAN MUHIBBIN PANJI HITAM PATRIOT NKRI (postSelasa10/9/2024/usman)