Ribuan peserta antusias mengikuti Webinar Sosialisasi Program Sekolah/Madrasah Siaga Kependudukan yang disiarkan melalui media sosial (medsos) Youtube akun resmi BKKBNOfficial dari Jakarta, Rabu (29/06/2024).
semarak.co-Tak hanya membahas tentang bagaimana isu-isu kependudukan, tapi juga hubungannya dengan peran remaja dalam mengatasi permasalahan kependudukan. Generasi muda perlu tahu, ternyata isu kependudukan mempunyai hubungan timbal balik pada banyak sektor.
Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Bonivasius Prasetya Ichtiarto mengatakan, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman generasi muda tentang keterkaitan timbal balik antara dinamika kependudukan dengan kehidupan sosial, ekonomi, politik dan lingkungan hidup.
“Dengan begitu, diharapkan timbul kesadaran dari generasi muda untuk turut serta mewujudkan pembangunan berwawasan kependudukan,” papar Bonivasius saat membuka webinar seperti dirilis humas usai acara melalui WAGroup Jurnalis BKKBN, Minggu malam (2/6/2024).
BKKBN, terang Bonivasius, telah menggandeng Kementerian Agama (Kemenag) sebagai mitra potensial dalam pelaksanaan Madrasah Siaga Kependudukan (MSK). Salah satu Madrasah yang telah berhasil menerapkan MSK, yaitu MAN 1 Kabupaten Malang.
Dikatakan Bonivasius bahwa inovasi Man 1 Malang pada Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) antara lain penobatan Madrasah Peduli Stunting, penunjukan siswa dan siswi menjadi Gus dan Ning Berencana.
Selain itu, bersama dengan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) bekerja sama Puskesmas Ketawang melakukan pemeriksaan Hb, gula darah, aksi bergizi, screening faktor risiko penyakit tidak menular pada usia produktif; dengan Tim Pendamping Keluarga ikut mendampingi balita berisiko stunting.
Salah satu pengajar di MAN 1 Malang Ifatul Laili Sa’adah mengatakan, termasuk bekerjasama dengan posyandu melakukan penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan balita; Generasi Berencana MAN 1 Malang memanfaatkan media sosial dalam rangka penyebarluasan informasi terkait kegiatan SSK MAN 1 Malang.
Ternyata, menurut Ifatul, SSK memiliki sejumlah manfaat bagi para siswa. Di antaranya sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa akan pendidikan kependudukan, mencerminkan keluarga berkualitas, memiliki pengetahuan akan masalah dan manfaat kependudukan.
“Mengurangi drop out atau putus sekolah dan permasalahan lainnya yang banyak terjadi di sekolah. Selain itu juga meningkatkan pengetahuan tenaga pendidik dan peserta didik akan manfaat dan dampak dari kependudukan,” tambahnya dirilis humas BKKBN Pusat.
Permasalahan Kependudukan
Sementara itu, dalam paparannya, Penata Kependudukan dan KB Ahli Pertama BKKBN, Miptah AR, S.Sos, menjelaskan mengapa SSK menjadi salah satu upaya BKKBN mengatasi permasalahan kependudukan.
“Menurut sosiolog Universitas Harvard, Edward O. Wilson, jumlah maksimal penduduk bumi adalah 10 milyar. Sementara itu pada tahun 2022 jumlah penduduk dunia telah mencapai 8 milyar. Bila program Keluarga Berencana (KB) tidak terlaksana, maka proyeksi penduduk dunia di tahun 2050 akan mencapai 11 milyar. Ini sangat mengkhawatirkan,” ungkapnya.
SSK, kata Miptah, mengintegrasikan materi Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) ke dalam pembelajaran di sekolah, kegiatan kesiswaan, bimbingan konseling, serta penyediaan Pojok Kependudukan.
“Konsep integrasi materi Bangga Kencana dengan kurikulum merdeka bukan mata pelajaran baru namun masuk ke dalam mata pelajaran yang sudah ada. Tak perlu menambah jam pelajaran, konsep integrasi justru mempertajam materi yang dibahas,” imbuhnya.
Misalnya, katanya, dalam pelajaran Geografi di mana para siswa membuat piramida penduduk dan membuat peta kepadatan penduduk. Adapun isu-isu kependudukan di antaranya pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk, penataan persebaran dan pengarahan mobilitas, pembangunan keluarga, dan penguatan tata kelola administrasi.
Termasuk juga program peningkatan kualitas, penyiapan kehidupan berkeluarga dan wawasan kependudukan bagi remaja, seperti Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), pendidikan karakter usia remaja agar terhindar dari pernikahan dini, seks bebas dan napza.
Terdapat pula penyiapan kehidupan berkeluarga dan kecakapan hidup, memiliki sikap dan perilaku yang lebih bertanggung jawab mengelola sumber daya yang ada. Menurut data BKKBN, secara nasional SSK telah diterapkan di seluruh provinsi dengan total 792 sekolah.
Acara webinar ini juga menghadirkan narasumber dr. Noer Aziza, M.Biomed yang membahas tentang Kesehatan Reproduksi Remaja; dan Direktur Bina Ketahanan Remaja BKKBN, Dr. Edi Setiawan, S.Si, M.SE, M.Sc, yang juga membahas tentang Ketahanan Remaja. (smr)