Selama 2017, Mandiri Syariah atau Bank Syariah Mandiri (BSM) membukukan kinerja yang baik. Kinerja tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan di hampir semua indikator bisnis bank seperti aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan kualitas pembiayaan, dan muaranya pertumbuhan laba perusahaan.
Direktur Utama Mandiri Syariah Toni EB Subari mengatakan, ketatnya kondisi ekonomi selama 2017 turut meningkatkan persaingan dalam penghimpunan dan penyaluran dana. Namun demikian, sampai akhir triwulan IV DPK yang dihimpun Mandiri Syariah berhasil tumbuh sebesar 11,37% (year on year). Atau meningkat sebesar Rp7,95 triliun dari Rp69,95 triliun per Desember 2016 menjadi Rp77,90 triliun, di Desember 2017.
“Alhamdullilah, kami bersyukur atas pencapaian tersebut dan berterimakasih kepada stakeholders atas kepercayaannya kepada Mandiri Syariah. Dari total dana tersebut sebesar 51,80% atau Rp40,36 triliun merupakan dana murah (low cost fund) yang tumbuh 16,36% dibanding periode sama pada Desember 2016, sebesar Rp34,68 triliun. Komposisi low cost fund meningkat dari 49,58% di Desember 2016 menjadi 51,80% di Desember 2017,” sebut Toni saat paparan kinerja perusahaan di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis (8/3).
Pertumbuhan dana murah tersebut, lanjut Toni, ditopang tabungan yang naik 13,13% menjadi Rp31,39 triliun per posisi Desember 2017. Ini dari semula Rp27,75 triliun per posisi Desember 2016. Giro pun naik sebesar 29,31% (year on year) menjadi Rp8,96 triliun per posisi Desember 2017 dibanding posisi Desember 2016 sebesar Rp6,93 triliun.
“Posisi tabungan Mandiri Syariah berada di peringkat sembilan perbankan nasional yang menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap Mandiri Syariah. Strategi penghimpunan dana ke depan adalah dengan terus meningkatkan komposisi dana murah yaitu tabungan dan giro untuk menekan cost of fund,’’ ungkap Toni didampingi seluruh direksi.
Peningkatan DPK mendorong aset bank syariah pelat merah per Desember 2017 naik 11,55% (yoy) menjadi Rp87,94 triliun dibandingkan sebesar Rp78,83 triliun per posisi Desember 2016. Untuk pembiayaan, sampai dengan Kuartal IV 2017, anak usaha Bank Mandiri ini berhasil menyalurkan sebesar Rp60,69 triliun atau tumbuh 9,20% dibanding Rp55,58 triliun pada Desember 2016.
“Penumbuhan pembiayaan tersebut diimbangi dengan perbaikan kualitas pembiayaan yang tercermin dari penurunan NPF Nett turun dari 3,13% menjadi 2,71%,” ujarnya.
Sejalan dengan refocusing bisnis bank, segmen ritel mencatatkan pertumbuhan lebih tinggi dibanding wholesale. Segmen ritel yang terdiri atas pembiayaan di bidang Konsumer, Pawning, dan UMKM tumbuh sebesar 11,48% semula Rp30,78 triliun menjadi Rp34,31 triliun.
Adapun pembiayaan segmen corporatetumbuh 5,50% (year on year) semula Rp24,77 triliun menjadi Rp26,13 triliun. Untuk korporat, Mandiri Syariah membidik sector korporat Murni terutama terkait infrastruktur, BUMN, pendidikan, perkebunan, kesehatan dan supply chain.
Sementara untuk pembiayaan segmen UMKM, Mandiri Syariah memiliki portofolio sebesar 21,77%. Fee Based Income juga tumbuh 9,67% menjadi Rp943 miliar dari semula Rp860 miliar.
Dengan perkembangan bisnis tersebut, kata Toni EB Subari, Perseroan membukukan laba bersih tahun 2017 sebesar Rp365 miliar atau naik 12,22% (yoy) dari semula Rp325 miliar pada tahun 2016.
Pertumbuhan laba ditopang oleh meningkatnya margin bagi hasil bersih dan fee based income yang pada tahun 2017 naik Rp701 miliar atau secara tahunan tumbuh14,35% menjadi Rp5,58 triliun. Margin bagi hasil bersih tumbuh sebesar Rp617 miliar atau 15,35% (year on year) menjadi Rp4,64 triliun dibandingkan Rp4,02 triliun. Pertumbuhan Margin Bagi Hasil Bersih tersebut didorong oleh pertumbuhan pembiayaan dan perbaikan kolektibilitas pembiayaan.
Di sisi lain, perusahaan dapat mengendalikan biaya overhead yang naik hanya 0,26%. Laba operasional meningkat Rp692 miliar atau tumbuh 42,93% menjadi Rp2,30 triliun, terutama karena peningkatan margin bagi hasil bersih dan fee based income.
Mandiri Syariah merupakan satu-satunya bank syariah yang masuk Buku III dengan ekuitas sebesar Rp7,31 triliun atau tumbuh 14,42% dibandingkan Triwulan IV tahun 2016 sebesar Rp6,39 triliun.
Pada akhir 2017 perusahaan induk yakni Bank Mandiri menyuntikkan setoran modal sebesar Rp500 miliar sehingga posisi modal disetor perusahaan pada tahun 2018 ini hampir Rp3 triliun. Dengan penambahan modal tersebut Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 15,86% mengalami peningkatan sebesar 1,85% dibandingkan periode sebelumnya sebesar 14,01%. Dari sisi efisiensi dengan indikator CER pun Mandiri Syariah membaik yang berada di level 52,84%.
Ke depannya Mandiri Syariah akan terus mempertajam target segmen, memperbaiki bisnis model dan penyempurnaan kualitas layanan. “Kami juga bersyukur dapat bersinergi dengan induk perusahaan di dalam penetrasi pasar salah satunya melalui Layanan Syariah Bank (LSB) di outlet Bank Mandiri,” katanya.
Saat ini Mandiri Syariah mulai masuk ke bisnis berbasis online melalui kerjasama dengan Tokopedia dan Bukalapak dalam bentuk fasilitas transaksi dan penawaran pembiayaan. ‘’Kami memang harus bersiap menghadapi perubahan masyarakat dan budaya termasuk di bidang keuangan,’’ kata Toni.
Untuk itu, Mandiri Syariah akan terus bertransformasi, termasuk membuka sinergi dengan perusahaan atau e-commerce yang memiliki reputasi baik di masyarakat. Dengan kinerja yang cukup baik, Mandiri Syariah bisa menggelar program mengalirkan berkah di mana program tersebut melibatkan 412 cabang BSM di seluruh Indonesia dengan total dana yang dikeluarkan mencapai Rp20,38 miliar dalam bentuk renovasi tempat ibadah, beasiswa atau bangunan sekolah. Selain itu untuk mendorong pariwisata, Mandiri Syariah pada 2017 meresmikan beroperasinya Masjid Al Amin Syariah Mandiri di desa Kinahrejo Yogyakarta. (lin)