Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat dr Hasto Wardoyo menerima audiensi Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), Jumat (26/4/2024) di kantor BKKBN Pusat Kawasan Cawang, Jakarta Timur.
semarak.co-dr Hasto menyoroti keberhasilan Kabupaten Musi Rawas Sumsel dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) yang juara 1. Hal itu dapat dilihat dari Angka Prevalensi Kontrasepsi Modern atau Modern Contraceptive Prevalence Rate (mCPR) atau kesertaan berKB modern di Kabupaten Musi Rawas sudah tinggi.
Ia pun menyebutkan Total Fertility Rate (TFR) Provinsi Sumsel hampir mendekati angka nasional, yaitu 2,26. Ini berarti untuk KBnya masih perlu digencarkan karena masih di atas rata-rata nasional di atas 2,1. Peluang untuk menurunkan stunting adalah dengan menurunkan jumlah angka kelahiran.
“Kalau di Musi Rawas TFRnya 2,26, ya jadi masih di atas sedikit dari Sumsel. Sehingga kalau jumlah kelahirannya turun, angka stuntingnya juga akan turun. Yang paling sulit itu jumlah stunting masih tinggi tapi jumlah kelahirannya sudah rendah,” ujar dr Hasto.
Ia juga menjelaskan bahwa angka kawin muda di Provinsi Sumatera Selatan khususnya di Kabupaten Musi Rawas. “kawin muda di Sumsel 36 per seribu. Artinya, setiap seribu perempuan kalau ditanya pernah hamil di usia 15 tahun- 19 tahun di sana jumlahnya 36 orang,” terangnya.
“Memang kalau untuk urusan kawin muda, Musi Rawas berada di urutan kedua setelah Musi Rawas Utara. Sementara di kota pasti yang kawin tidak usia muda,” demikian dr Hasto menambahkan seperti dirilis humas usai acara melalui WAGroup Jurnalis BKKBN, Sabtu (27/4/2024).
dr Hasto menambahkan bila melihat data, ia optimis penduduk Kabupaten Musi Rawas memiliki peluang meningkatkan kesejahteraannya di masa periode bonus demografi saat ini. Setiap 100 penduduk Musi Rawas yang kerja hanya memberi makan dengan rasio ketergantungan 47/46 orang.
“Angka ini masih akan turun. Optimistis bahwa ke depan penduduk sejahtera bisa dicapai. Saya kira ini modal yang baik di mana tren mCPR juga cukup baik,” papar dr Hasto yang mantan Bupati Kulon Progo, Jawa Timur.
Sementara Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Musi Rawas, Hj. Suwarti mengatakan, stunting di Kabupaten Musi Rawas disebabkan dua faktor. Pertama, disebabkan kemiskinan karena di kabupaten ini masih banyak keluarga berisiko stunting. Terutama keluarga yang dikategorikan ekonomi lemah.
Kedua, keluarga dengan ekonomi kuat. Kebanyakan keluarga ini memiliki pengetahuan cukup, namun tidak fokus mengurusi anak. Pola pemberian makanan tidak memperhatikan asupan gizi seimbang. “Sehingga banyak juga yang stunting,” jelas Suwarti yang juga menjabat sebagai Wakil Bupati Musi Rawas.
Data menunjukkan, pada 2021 angka prevalensi stunting di Kabupaten Musi Rawas mulai melandai dari 28,3% menjadi 25,11% di 2022 dan di 2023 jadi 21,3%. Suwarti menjelaskan alasan mengapa beberapa kecamatan di wilayahnya mempunyai KRS (keluarga berisiko stunting) dalam jumlah banyak.
“Kecamatan yang memiliki keluarga berisiko stunting yaitu Megang Sakti dan Muara Kelingi (masih tinggi) diakibatkan banyaknya pendatang menyebabkan kepadatan penduduk. Kecamatan dengan jumlah KRS rendah adalah Purwodadi dan Tiang Pumpung Kepungut. Karena lingkungannya bagus dan penduduknya asli setempat,” ujarnya.
Suwarti mengakui ada beberapa wilayah yang perlu mendapat perhatian terkait air bersih layak minum. Wilayah itu adalah Kecamatan Jayaloka, Suku Tengah Lakitan Ulu Terawas, Selangit. Sementara jamban belum standar ada di Kecamatan Sumber Harta, Selangit, Suku Tengah Lakitan Ulu Terawas, Megang Sakti, Muara Lakitan.
Di bagian lain dirilis sebelumnya, puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31 akan berlangsung 29 Juni 2024 di Kota Semarang, Jawa Tengah. Namun, beberapa rangkaian kegiatan telah dilaksanakan, baik di tingkat provinsi maupun pusat.
Penata Kependudukan dan KB Ahli Madya BKKBN Kalimantan Barat (Kalbar) Muslimat mengucap, “Alhamudulillah, untuk tingkat provinsi sudah dilakukan beberapa lomba Kampung KB, pelayanan KB di Tempat Praktek Mandiri Bidan (TPMB), klinik swasta dan beberapa kegiatan edukasi gizi bersama Forum GenRe sudah dilaksanakan.”
Saat itu berlangsung Pencanangan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) XXI, Peringatan Harganas ke-31, dan Pencanangan PKK KB Kesehatan Tingkat Provinsi Kalbar. Muslimat berharap peringatan Harganas tahun ini menjadi momentum gotong royong dalam penurunan angka stunting di Kalbar.
Berdasarkan apa yang disampaikan Penjabat (Pj.) Gubernur Kalbar yang diwakili Staf Ahli Pemprov Kalbar, angka stunting di Kalbar turun 3,3% dari 27,8% di 2021 menjadi 24,5% di 2022. Muslimat mengatakan dalam peringatan Harganas ke-31 tahun ini, Kalbar mengirimkan dua nominator untuk mengikuti lomba di tingkat nasional, yakni Tempat Praktek Mandiri Bidan dan Kampung KB.
Dalam rangkaian kegiatan peringatan Harganas ke-31 ini, beberapa kegiatan sosial digelar BKKBN. Di antaranya pelayanan KB gratis yang digelar seluruh Indonesia. “Untuk Kalimantan Barat kita gelar pelayanan KB gratis dengan memadukan kegiatan Hari Kartini yang jatuh pada 21 April, memberikan pelayanan KB gratis Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan nonMKJP,” ungkapnya.
Pada peringatan Harganas ke-31 tingkat provinsi, BKKBN juga menggelar kegiatan penyuluhan dengan sasaran kelompok Bina Keluarga Balita (BKB), pemeriksaan kesehatan calon pengantin (catin), sosialisasi gizi anemia dan pemberian tablet tambah darah serta gelar dagang Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA) binaan BKKBN Kalbar.
“Peringatan Harganas setiap tahun diselenggarakan secara terintergrasi dengan pencanangan BBGRM dan pencangan PKK KB Kesehatan tingkat Provinsi Kalbar,” tutup Muslimat di sela kegiatan di Halaman Kantor Camat Pontianak Barat, Kamis (25/4/2024) seperti dirilis humas BKKBN Pusat melalui WAGroup Jurnalis BKKBN, Sabtu (27/4/2024). (smr)