Menteri Koperasi (Menkop) dan UKM Teten Masduki mengatakan bahwa forum Asia-Pacific Economic Cooperation Small Medium Enterprises Working Group (APEC SMEWG) menjadi forum strategis menuntaskan tantangan UMKM melalui advokasi berbagai tantangan serius dihadapi UKM.
semarak.co-Tantangan tersebut, kata Menkop Teten, mencakup permasalahan akses pembiayaan, akses pemasaran, entrepreneurship, hingga penciptaan ekosistem digital di sektor UKM. Ia mengajak seluruh delegasi APEC SMEWG meningkatkan kolaborasi dan kerja sama dalam menghadapi berbagai tantangan baik di kawasan APEC atau global.
“Hal ini penting dilakukan karena sektor UKM selama ini menjadi tulang punggung bagi perekonomian,” kata Menkop Teten dalam sambutan pembukaan 57th APEC SMEWG di Merusaka Hotel, Nusa Dua, Bali, Rabu (24/4/2024).
Menurut Menkop Teten, forum 57th APEC SMEWG memiliki arti penting bagi ekonomi anggota APEC, khususnya bagi Indonesia karena ajang ini menyediakan platform kolektif untuk mengatasi tantangan bersama dalam pengembangan UKM.
57th APEC SMEWG digelar pada 24-25 April 2024 di Bali dihadiri oleh 19 delegasi dari 21 ekonomi anggota APEC. Dalam forum ini Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) mewakili Indonesia berperan sebagai focal point sekaligus sebagai tuan rumah.
Menkop Teten menegaskan, berdasarkan data dari IMF (International Monetery Fund), kegiatan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik berkontribusi terhadap sekitar dua pertiga pertumbuhan ekonomi global. Rantai pasok dari kegiatan ekonomi di kawasan APEC ini salah satunya ditopang oleh sektor UMKM.
“Saya juga berharap melalui forum internasional tersebut dapat melahirkan gagasan dan ide bersama untuk meningkatkan daya saing UKM di tengah kemajuan teknologi yang pesat,” ujar Menkop Teten dirilis humas usai acara melalui pesan elektronik redaksi semarak.co, Jumat sore (26/4/2024).
Di forum ini, kata Menkop Teten, pihaknya saling bertukar wawasan, praktik terbaik dan strategi yang bertujuan memberdayakan UKM untuk berkembang dalam lanskap global yang terus berkembang, dengan sesi berbagi khusus yang fokus pada strategi pemulihan pandemi Covid-19 di antara anggota APEC.
Menkop Teten percaya melalui forum APEC SMEWG dapat menjadi platform utama dari berbagai pihak untuk berbagi praktik-praktik terbaik dari masing-masing anggota. Dia berharap delegasi yang hadir dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk terlibat dalam dialog aktif dan meningkatkan kolaborasi di kawasan APEC untuk mendorong kemajuan UKM.
Di forum ini, sambung Menkop Teten, kita harus manfaatkan kesempatan untuk memperkuat kemitraan, mendorong kolaborasi, dan membuka jalan menuju masa depan yang lebih cerah bagi UKM di kawasan (APEC).
Di hadapan para delegasi, Menkop Teten menyatakan, saat ini Indonesia sedang membangun industri manufaktur skala menengah berbasis komoditas. Untuk itu program industrialisasi dan hilirisasi sedang dilakukan melalui pembangunan rumah produksi bersama (RPB) yang terus digalakkan untuk mencapai target tersebut.
Upaya ini merupakan solusi untuk mewujudkan industri manufaktur skala menengah yang dapat mengatasi masalah urbanisasi, meningkatkan pertumbuhan industri, memperluas lapangan kerja berkualitas, dan menjaga kelestarian sumber daya alam.
Di tempat sama Sekretaris Kementerian Koperasi (Sesmenkop) dan UKM Arif Rahman Hakim menilai, dalam forum 57th APEC SMEWG ini dijadwalkan sejumlah agenda sharing session yang membahas seputar praktik sukses dari masing-masing anggota dalam upaya menumbuhkembangkan sektor UKM.
Dari forum tersebut diharapkan Indonesia dapat mengambil peran untuk mendorong kinerja ekspor produk UKM. “Tentu kita ingin pelaku UKM kita bisa lebih berdaya saing, lebih mandiri, dan mempunyai kemampuan akses terhadap teknologi dan bisa menyediakan lapangan kerja yang lebih produktif,” kata Arif.
Beberapa produk UKM nasional di sektor perikanan, perkebunan dan pertanian saat ini semakin mampu bersaing dengan anggota APEC. Dia berharap ke depan melalui forum resmi ini, peluang ekspor produk olahan perikanan, perkebunan, dan pertanian semakin terbuka lebar.
“Produk kita terutama yang berbasis lokal cukup bagus seperti hasil olahan perkebunan, pertanian, dan perikanan sudah mampu menambah devisa,” demikian Arif Rahman Hakim dipenutup rilis humas Kementerian Koperasi (Kemenkop) dan UKM.
Di bagian sebelumnya dirilis humas Kemenkop dan UKM, Indonesian Consortium for Cooperative Innovation (ICCI) menyelenggarakan Webinar Research Expose bertajuk Koperasi dan Generasi Muda Selasa (23/4/2024).
Webinar tersebut mengupas hasil jajak pendapat Identifikasi Program Penjangkauan dan Pengembangan Generasi Muda pada Koperasi yang dilaksanakan bulan Maret sebelumnya.
Dalam pembukaan Ketua Komite Eksekutif ICCI Firdaus Putra HC memberi pengantar, “Tahun 2022 kami melakukan survei dengan 614 responden koperasi tentang Status SDM Koperasi. Menemukan secara demografis anggota koperasi dari Generasi Z sangat rendah komposisinya, hanya 6%.”
Artinya, terang Firdaus, hanya ada 6 dari 100 anggota koperasi yang berusia 12-27 tahun di koperasi. Hal tersebut kontras dengan melihat demografi Indonesia justru didominasi Generasi Y (25%) dan Z (27%).
Bila kita bandingkan dengan pengguna internet dan pengguna bank digital, grafiknya selaras dengan perubahan demografi. Nah, demografi anggota koperasi ternyata selaras dengan sektor pertanian, di mana petani Generasi Z sangat rendah (2%).
Jadi koperasi dengan pertanian mengalami masalah serupa, ancaman involusi SDM. Jajak pendapat dilakukan untuk mengidentifikasi program penjangkauan dan pengembangan generasi muda pada koperasi.
Anggota Jaringan Inovator Koperasi (JIK) Alvita Arnisa memaparkan di hadapan 222 peserta. “Jadi ditemukan sebanyak 93% responden menyatakan pengembangan generasi muda sangat penting dilakukan. Artinya 9 dari 10 orang memiliki padangan serupa,” ulasnya.
Namun hanya 39,5% koperasi yang menyatakan sudah memiliki program tersebut. Jajak pendapat itu diikuti oleh 159 responden yang berasal dari 28 provinsi berbeda. Jajak pendapat juga mengidentifikasi lima bauran program yang dinilai responden paling feasible dikerjakan koperasi.
Pada isu employment adalah bagaimana koperasi mengembangkan kerjasama B2B dengan bisnis-bisnis anak muda. Pada isu entrepreneurship, responden menilai bahwa koperasi perlu menyelenggarakan inkubasi atau pendampingan bisnis.
Selain itu pada isu equalities, yakni bagaimana koperasi perlu memerankan generasi muda sebagai kader. Education, responden menilai bahwa sosialisasi atau penyuluhan perlu diberikan kepada generasi muda. Terakhir pada isu engagement, koperasi perlu menggunakan media sosial secara intensif agar terakses oleh generasi muda.
Head of Partnership & Resource Mobilization International Cooperative Alliance Asia Pasifik Mohit Dave mengatakan, riset ICA tentang Young People and Cooperatives: A Perfect Match? Global Thematic Research Report (2021) menemukan hanya 40% koperasi di Indonesia yang memiliki hubungan dengan generasi muda. Nampaknya temuan ICCI di atas sama dengan riset ICA sebelumnya.
Akademisi FEB Universitas Indonesia yang juga koordinator mata kuliah koperasi di sana Emy Nurmayanti mengatakan, hasil jajak pendapat ini harus menjadi alarm bagi koperasi. Bagaimana merespon perubahan demografi dan teknologi dengan baik. Koperasi harus melakukan inovasi produk dan layanannya agar relevan.
“Digitalisasi juga perlu dilakukan untuk memberi kemudahan. Di sisi lain, tepat sekali untuk menggunakan media sosial sebagai kanal promosi, sangat relevan. Bisnis startup berbentuk koperasi memiliki survival rate sebesar 80%,” terang Emy dirilis humas Kemenkop dan UKM melalui pesan elektronik redaksi semarak.co, Kamis (25/4/2024).
Jauh lebih tinggi dari pada startup non koperasi yang hanya sebesar 40% (The Co-op Economy Report 2020). Pilihan seperti itu juga relevan bagi generasi muda di Indonesia dalam konteks entrepreneurship dan employment.
Presiden Direktur BMI Grup Kamaruddin Batubara menanggapi bahwa karyawan 1500an orang yang rata-rata usianya 24 tahun. “Kami aktif mengelola media sosial, semua kanal kami gunakan termasuk TikTok. Tak ketinggalan kami juga memiliki program inkubasi bisnis,” ungkap Kamaruddin.
“Tiap tahun kami selenggarakan BMI Goes to School untuk sosialisasi ke SMA/ SMK. Jadi beberapa bauran program yang dijelaskan di awal, sebagian sudah kami kerjakan. Nah nampaknya pada program ini pihaknya mengalami tantangan. Padahal lahan dan modal sudah disediakan.
Grup koperasi dengan anggota mencapai 240 ribuan dan aset 1,3 triliun rupiah itu juga memiliki program pertanian bagi milenial. “Hasil panen mereka juga siap kami tampung, tapi hanya sedikit generasi muda yang minat,” imbuhnya.
Staf Ahli Kemenkop dan UKM Riza Damanik yang dijadwalkan menjadi salah satu penanggap sayangnya tak bisa hadir karena halangan mendadak setelah mendapatkan kabar kesehatan dari keluarganya.
Melalui pesan pendek Riza memberi catatan bahwa hasil jajak pendapat ini menjadi masukan berharga bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan dan program yang relevan. (smr)
Hasil riset selengkapnya dapat diunduh di: https://s.id/risettw1