Ekonomi digital di Indonesia tumbuh progresif dalam 5 tahun terakhir dan masih memiliki potensi besar untuk terus berkembang ke depannya. Hal itu disampaikan Indonesia Digital Society Forum (IDSF) dalam webinar series: Pengembangan Ekosistem Ekonomi Digital di Indonesia diikuti pelaku ekonomi digital nasional melalui webinar, Senin (25/3/2024).
semarak.co-Hadir dua pembicara, yaitu Founder IDSF Muhammad Awaluddin dan Direktur Utama PT Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi. Awaluddin menyampaikan, pelaku ekonomi digital di Indonesia terbagi dalam tiga bagian.
Layer pertama adalah industri ICT atau Information and Communication Technology yang meliputi penyedia hardware, software perangkat telekomunikasi dan layanan IT. Layer kedua adalah industri yang memanfaatkan teknologi digital seperti media sosial dan penyedia layanan internet.
“Kemudian, layer ketiga adalah kegiatan ekonomi yang didukung teknologi digital seperti e-commerce,” imbuh Awaluddin dirilis humas IDSF usai acara webinar melalui email semarak.redaksi@gmail.com, Rabu (27/3/2024).
Selama 5 tahun terakhir, terang Awaluddin, para pelaku mampu terus tumbuh dan membawa Indonesia sebagai salah satu negara terdepan di sektor ekonomi digital dunia. Salah satu indikatornya Indonesia berada di peringkat 2 negara di dunia dengan jumlah startup terbanyak.
Ini berdasarkan data dari Buku Putih Strategi Nasional Pengembangan Ekonomi Digital 2030. Bergeliatnya ekonomi digital di Indonesia ini berkat peran pemerintah melalui pembangunan infrastruktur digital, kebijakan digital dan edukasi digital.
Sektor swasta juga berkontribusi melalui pembangunan ekosistem digital, pembentukan tenaga kerja ahli, serta edukasi kepada pelanggan. Bergairahnya ekonomi digital di Indonesia juga menjangkau sektor-sektor utama.
Yakni sektor keuangan, sektor pariwisata & industri kreatif, sektor perdagangan, sektor perindustrian dan sektor pendidikan. “Sektor-sektor utama itu saat ini sudah menggunakan teknologi digital dalam lini operasional dan pelayanan,” jelas Awaluddin.
Tantangan dan strategi pengembangan
Sejumlah indikator menunjukkan Indonesia adalah salah satu negara dengan ekonomi digital terbesar di dunia. Namun demikian, masih ada tantangan yang harus dihadapi. Tantangan bagi ekonomi digital di Indonesia adalah infrastruktur digital yang belum optimal.
“Infrastruktur digital belum optimal, seperti masih rendahnya kecepatan broadband. Pertumbuhan pusat data dan ekosistem juga masih tertahan. Lalu, konten dan aplikasi lokal masih minim,” imbuh Awaluddin yang mantan Direktur utama PT Angkasa Pura (AP) II dan Direktur Wholesale PT Telkom.
Tantangan lainnya adalah terbatasnya ketersediaan SDM di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi. Sejalan dengan ini, IDSF menilai pengembangan ekonomi digital dilakukan dengan enam pilar utama, yaitu Infrastruktur; Sumber Daya Manusia; Iklim Bisnis dan Keamanan Siber; Penelitian, Inovasi, dan Pengembangan Usaha; Pendanaan dan Investasi; serta Kebijakan dan Regulasi.
Di dalam webseries ini, Awaluddin juga memaparkan kerangka kerja (framework) yang disusun IDSF berdasarkan tantangan yang ada, sebagai masukan untuk menjalankan transformasi ekonomi digital di Indonesia. Framework ini diawali adanya Kepemimpinan Digital (Digital Leadership).
“Digital Leadership merupakan domain dari pemerintah dan juga publik. Melalui Digital Leadership akan ada visi & misi pengembangan ekonomi digital, kebijakan regulasi, dan pendanaan oleh pemerintah maupun swasta,” jelasnya.
Kemudian, sambung Awaluddin kembali merinci, Digital Leadership tersebut akan mengarahkan Sumber Daya Digital (Digital Resources) di sisi hulu, dan hilirisasi Layanan Digital (Digital Services).
Rekomendasi IDSF
Sejalan dengan framework tersebut, Muhammad Awaluddin memaparkan IDSF menyampaikan 3 rekomendasi yang dapat dijalankan agar pertumbuhan ekonomi digital dapat diakselerasi dan berkelanjutan. Rekomendasi Pertama, agar Indonesia konsisten dalam arah kebijakan dan strategi pengembangan infrastruktur digital untuk Visi Indonesia Digital 2045.
“Fokus pada pengembangan strategi digital dengan beberapa arah utama, termasuk peningkatan konektivitas internet, digitalisasi sektor ekonomi tradisional, peningkatan literasi digital dan investasi dalam inovasi teknologi,” ujarnya.
Kemudian, rekomendasi Kedua adalah percepatan penerapan arah Industry 4.0 melibatkan integrasi teknologi seperti Internet of Things (IoT), kecerdasaran buatan (AI), big data dan robotika untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas di sektor industri.
Rekomendasi Ketiga adalah membentuk talenta digital juara dengan mempertimbangkan antara lain aksesibilitas pendidikan digital, kolaborasi industri dan pendidikan serta menumbuhkan kesadaran dan minat digital. (smr)