Oleh Sholihin MS *)
semarak.co-Jika saja Gibran bukan anak penguasa, jangankan jadi cawapres, jadi Walikota Solo saja jika dilakukan Pemilihan secara jurdil dipastikan tidak akan lolos. Menurut Panitia Pemilihan yang juga Ketua DPC PDIP Solo Bambang Pacul, proses pendaftaran kandidat cawalkot Gibran tidak normal karena “diselundupkan” di mana tidak melalui proses verifikasi karena proses verifikasi sudah selesai.
Atas “perintah” Ketum PDIP Gibran bisa lolos jadi Walikota Solo. Sayangnya Gibran sekarang jadi “anak durhaka” karena justru menikam induk semangnya di hadapan umum. Gibran mewarisi karakter ayahnya: otak kosong tapi banyak bersilat lidah, senang kepalsuan (ijazah sarjananya diduga palsu).
Lalu senang berbohong, diduga korupsi (laporan Ubaidillah Badrun), tidak punya kompetensi memimpin secara lurus, tidak punya ide dan gagasan, boneka oligarki taipan, dan berjiwa otoriter dan penjajah. Jika Gibran dipaksakan untuk dimenangkan oleh Jokowi dengan menyalahgunakan kekuasaannya, maka akibat yang sangat buruk bakal menimpa Indonesia:
Pertama, Bisa jadi kekuasaan Prabowo sebagai Presiden akan disetir oleh oligarki taipan. Sehebat-hebatnya presiden, jika sudah berhutang budi kepada oligarki taipan, akan takluk di bawah kendalinya. Selama rezim Jokowi berkuasa, hampir seluruh kebijalannya di bawah kendali oligarki taipan.
Kedua, Prabowo diprediksi bakal mengikuti gaya otoriter Jokowi. Jiwa kstaria Prabowo telah berubah. Prabowo saat ini berbeda dengan Prabowo di 2019. Saat ini Prabowo telah menjadi: arogan, sombong, otoriter, mudah meledak emosinya, sering melecehkan ulama dan habaib, dan lebih berpihak kepada oligarki.
Ketiga, Usia Prabowo yang sepuh berpotensi untuk udzur dan tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai presiden secara sempurna. Sangat mungkin kepemimpinan Prabowo harus dibebankan kepada Gibran. Bisa dibayangkan kalau Gibran mengambil alih jabatan Presiden, dipastikan akan main babat sana babat sini tanpa ilmu dan kebijaksanaan.
Keempat, Jika Gibran dianggap jadi “benalu” di pemerintahan, bisa jadi Prabowo akan memarkirkan Gibran untuk jadi pajangan saja. Sudah hampir dipastikan Gibran tidak akan mampu mengemban tugas-tugas berat sebagai wapres, ibarat anak SD yang harus mengerjakan tugas kuliah mahasiswa. Jika dipaksakan, semuanya akan berantakan.
Kelima, Jika Prabowo masih di bawah kendali oligarki taipan, dipastikan penegakan hukum tidak akan berjalan baik, korupsi bakal tetap meraja lela. Bukan saja Jokowi dan keluarganya yang bakal lolos dan tidak diproses hukum, tapi penegakkan hukum bagi koruptor dan pelanggar HAM tidak bakal terjadi. Negara bakal kacau dan China komunis bakal tetap mencengkeram (menjajah) Indonesia.
Seharusnya para tokoh bangsa termasuk para ketum Parpol sadar akan kemungkinan terjadinya “Jokowi jilid II” yang akan membawa Indonesia terbelah (apalagi Prabowo benci ulama dan umat Islam serta pendukung Israel), korupsi tetap merajalela, oligarki taipan tetap tidak tersentuh hukum, dan rakyat tetap menderita (apalagi Prabowo lebih membela pengusaha daripada kaum buruh).
Masih belum sadarkah rakyat Indonesia akan bahayanya pasangan Prabowo-Gibran bagi Indonesia ke depan? Semoga di 2024 Indonesia bisa keluar dari krisis multidimensi dan berganti kepemimpinan yang mampu membawa Indonesia bersatu kembali, maju, adil, makmur, dan sejahtera.
Bandung, 13 J. Awwal 1445
*) Pemerhati Sosial dan Politik
sumber: WAGroup KSATRIAN⚔️COPYDARAT♻️ANIES✈️RI🇮🇩1🏳️🇩🇿🏴 (postSelasa28/11/2023/sholihinms)