Survei Merongrong Nalar (Gibran Cawapres paling Intelektual

Gibran Rakabuming Raka dan Kaesang Pangarep, kedua putra Presiden Jokowi saat wawancara eksklusif dengan Kompas.com, di Solo, Jawa Tengah, Minggu (27/8/2017). Foto: KOMPAS.com

Catatan Ady Amar *)

semarak.co-Lembaga survei Indo Barometer milik M. Qodari merilis surveinya. Aspek intelektualitas kandidat cawapres dari 3 paslon yang akan berkontestasi di Pilpres 2024, yang dibidiknya. Hasil surveinya mencengangkan. Bisa diserupakan kisah gajah mberobos lubang jarum, yang pastinya absurd.

Bacaan Lainnya

Gibran Rakabuming Raka cawapres yang mendampingi Prabowo Subianto, menurut rilis surveinya adalah cawapres paling intelektual. Artinya, intelektualitas seorang Gibran mengalahkan Abdul Muhaimin Iskandar (Gus Imin), dan Prof Mahfud MD.

Ini pastilah cara kreatif dalam merongrong nalar publik. Boleh juga jika saja Qodari dan Indo Barometer lembaga surveinya, itu disebut paling kreatif dalam sajian absurditas survei. Pilihan dari yang dibidiknya itu memang menjual.

Bidikan pada aspek intelektualitas cawapres, bukan sebagaimana biasanya yang lebih pada capresnya. Semua dibuat menjadi paham tanpa perlu mengulik, itu karena salah satu cawapresnya adalah Gibran, yang putra Presiden Jokowi.

Lewat pintu Gibran kreativitas itu dimainkan, dan itu pada aspek intelektualitas cawapres dari ke-3 paslon. Maka, muncul rilis surveinya Gibran paling intelektual ketimbang cawapres lainnya. Risiko dari kreativitas yang dimunculkan, itu bisa jadi bahan tertawaan, yang bisa dikenang sepanjang masa.

Pastilah Qodari tidak perlu pusing, jika ia lantas jadi tertawaan, cercaan, dan bahkan damprat sekalipun. Pastinya ia sudah menghitung berapa harga yang ia terima untuk proyek merongrong nalar publik. Tak perlu juga berharap rilis surveinya itu dipercaya publik.

Buatnya dipercaya syukur, tidak pun gak masalah. Bahkan meski publik muntah karenanya juga gak masalah. Seorang Qodari sudah berhitung dampak yang ditimbulkan dari rilis survei yang melawan nalar publik. Bagaimana bisa ia menjelaskan hasil survei dimana Gibran secara intelektual mengungguli Gus Imin dan Prof Mahfud.

Tak perlu ragukan kreativitasnya untuk bisa menjawab rilis surveinya itu. Qodari lewat kreativitasnya pastilah mampu mencarikan metode dan pertanyaan yang pas, agar jawaban responden mengarah pada apa yang dimauinya. Boleh jika mau menyebut ini survei yang sudah disetting sesuai yang dimaui.

Dan, itu framing bertujuan mengerek elektabilitas Gibran dalam aspek intelektualitas cawapres. Hasil survei dengan memposisikan aspek intelektualitas Gibran di atas kandidat cawapres lain, itu pastilah merongrong nalar sehat publik untuk mempercayai rilis surveinya.

Qodari itu ibarat tengah menjaring ikan di lautan lepas dengan jaring seadanya. Dapat ikan banyak ia bersyukur, sedikit ikan yang terjaring pun tak apa. Seorang Qodari akan terus berjalan bertumbuh dengan kreativitas lainnya, meski itu menghina kewarasannya.

Maka, tak pantas bicara moral apalagi mempertanyakannya. Karena basis rilis surveinya adalah merongrong nalar zonder moral. Dan, pastilah itu takkan ada pertanggungjawaban akademis bisa diberikannya.

Ke depan kita akan terus disuguhi Qodari rilis lembaga surveinya, dan tampaknya pilihan pada aspek absurd, itu akan jadi pilhannya. Makin absurd akan makin sulit nalar sehat bisa diyakinkannya. Buatnya itu tak mengapa. **

*) Kolumnis

 

sumber: WAGroup UMAT ISLAM BERSATU (postJumat17/11/2023/)

Pos terkait