Perjalanan wisata yang dilakoni karyawan PT Pelni Akhmad Sujadi dari Kilometer Nol di Sabang Nanggroe Aceh Darussalam hingga Kilometer Nol di Merauke Papua menjadi catatan inspiratif bagi traveler. Sujadi pun berbagi pengalaman tentang perjalanannya itu.
Alhamdulillah, syukur dipanjatkan kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Atas perkenanMu memperjalankan hambamu ke Kilo Meter Nol di Sabang pada 2013 dan Kilo Meter Nol di Merauke pada 3 Februari 2018.
Sebelumnya tahun 2015 diperjalankan ke pulau terluar di Siau, Lirung, Keratung, Sulawesi Utara. Tahun 2016 diperjalankan ke Natuna, Kepulauan Riau. Tahun 2017 diperjalankan ke Moa dan Kisar di Maluku Barat Daya Provinsi Maluku yang bertasan langsung dengan Timor Leste.
Dari 34 provinsi, sudah 30 yang kami kunjungi. Untuk Pulau Sumatera tinggal Provinsi Riau. Kalimantan yang belum dikunjungi tinggal Kalimantan Selatan. Pulau Sulawesi menyisakan Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah. Untuk Pupua Alhamdulilla sudah ke Raja Ampat, Sorong, Timika, Agats, Merauke dan Jaya pura, dari sudut selatan hingga paling timur.
Berkelana ke seluruh provinsi bukan kesempatan mudah. Apalagi kalau dengan biaya sendiri, tentu sangat berat. Beruntung perusahaan BUMN tempat saya bekerja dan mengabdi PT Pelni memberikan kesempatan istimewa ini. Hanya doa untuk seluruh pimpinan, karyawan di kapal dan di darat yang dapat kami panjatkan untuk kejayaan Pelni.
Ketika ke Kilo Meter Nol di Sabang hamparan Lautan Hindia mengelilingi pulau paling barat Indonesia. Lautan Hindia menghiasi pulau di sebelah barat Pulau Sumatera itu harus ditempuh dengan perjalanan laut dari Banda Aceh. Angin semilir dan dalamnya laut serta deburan ombak tak pernah lepas dari telinga. Memandang ke seluruh penjuru, semua lautan. Sebelum pulang kami diberikan sertifikat yang ditandatangani Wali Kota Sabang oleh pengelola wisata sebagai tanda pernah berkunjung ke Kilo Meter Nol Indonesia.
Kunjungan berikutnya ke Kalimantan Barat. Kami sempat ke Tugu Katulistiwa. Setelah kunjungan, kami mendapatkan sertifikat dari pengelola Wisata sebagai tanda pernah ke Tugu Katulistiwa. Posisi Kalimantan Barat sebagai daratan di batas negara dengan Malaysia dan Brunai, terdapat pelayanan bus antara negara, baik bus DAMRI maupun bus swasta untuk mobilitas warga di perbatasan. Pemandangan di Kalimantan Barat lebih banyak hutan, sungai dan jembatan panjang.
Ketika kunjungan ke Kabupaten Anambas, kami mengunjungi Pulau dan Kota Tarempa, ibu kota Kabupaten Kepulauan Anambas. Kabupaten Anambas merupakan pemekaran dari Kabupaten Natuna, wilayahnya juga didominasi laut, kami ke tempat penangkaran ikan Napoleon serta ke Pulau Penjalin berwisata bawah laut. Di Kabupaten Anambas, ada 126 pulau namun hanya 26 pulau yang dihuni. Pulau-pulaunya kecil dan lebih didominasi wilayah lautan.
Pulau Natuna
Demikian pula ketika ke Pulau Natuna untuk melihat langsung Tol Laut Pelni. Palau terluar berbatasan langsung dengan negara Malaysia, Filipina dan negara-negara ASEAN ini, wilayahnya juga didominasi lautan, Laut Cina Selatan. Setelah Presiden Jokowi ke Natuna, sekarang Bandaranya dipermak, terminalnya diperlebar dan landasan pacunya diperpanjang agar pesawat berbadan lebar dapat singgah di Natuna.
Tidak itu saja, pulau Natuna yang dihiasai lukisan batu-batu besar oleh Sang Kholiq pencipta alam semesta seperti di Belitung ini, kini makin maju dengan adanya Tol Laut. Kapal Pelni yang singgah 2 minggu sekali dapat membantu menurunkan harga. Pemerintah juga membangun pangkalan TNI di Pulau Natuna. Sehingga dengan adanya Markas TNI di Natuna, pulau terluar ini lebih ramai.
Kepulauan Karimunjawa juga menjadi obyek wisata laut dan dikunjungi kapal-kapal PT. Pelni (Persero) sejak 2015 lalu dengan menggelar wisata bahari ke pulau yang terletak antara Pualau Jawa dan Pulau Kalimantan yang masuk wilayah kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Alhamdulillah sudah mendapat kesempatan 2 kali ke sana. Sebagai wilayah kepulauan, laut menjadi pemandangan dan keakraban dalam keseharian.
Pulau Komodo dan Labuan Bajo yang menjadi wisata unggulan Pelni juga didominasi laut. Setidaknya ada 2 pulau yang wajib dikunjungi bila ke Labuan Bajo, Pulau Kelor dan Pulau Rincha sebagai tempat hidup species komodo yang juga sebagai obyek wisata. Selain Pulau Komodo wisata bawah laut di pink beach atau pantai pink juga banyak penyelam menikmati indahnya alam bawah air. Tak terlewatkan obyek wisata Gua Rangko juga perlu dikunjungi bila ke Labuan Bajo.
Sebelum ke Labuan Bajo, kita tengok sejenak ke Takabone Rate, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan. untuk ke obyek wiatasa Taman Nasional Takabone Rate ditempuh dari Makasar menggunakan kendaraan darat menuju ujung selatan Pulau Sulawesi. Menyeberang laut dengan kapal Ferry ASDP bersama kendaraanya. Lalu menyusuri pantai ke ujung paling selatan di Pulau Selayar. Untuk dapat menyelam bawah laut harus naik kapal cepat ke Takabone Rate. Sebagai kabupaten kepulauan, tentu laut menjadi sahabat warga di pulau paling selatan yang bentuknya memanjang seperti pembatas air.
Atas undangan Bupati Talaud, rombongan Dirut Pelni yang saat itu dipimpin Sulistyo Wimbo Harjito, kami menghadiri pertemuan dengan bupati dilanjutkan menghadiri Festifal Manee, budaya tangkap ikan di laut pada hari dan jam tertentu, di mana dalam setahun sekali di Manee, laut akan surut hingga daratan kering dalam 3 jam.
Sebelum kering para nelayan menggiring ikan dengan rangkaian akar pohon dan daun kelapa ratusan meter ke suatu kolam, lalu ketika laut surut para pengunjung beramai-ramai menuju kolam dan menangkap ribuan ikan yang terkurung di kolam. Waktu itu festifal ini dihadiri Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pujiastuti.
Perjalanan ke wilayah paling utara di timur laut Indonesia saat itu hanya dapat dijangkau dengan kapal laut. Rombongan direksi PT Pelni menggunakan KM. Sangiang, kapal tipe 500 pax berangkat dari Bitung pada pukul 19.00. Selepas tali, dari Pelabuhan Bitung praktis selama 3 hari 3 malam pergi pulang, HP hanya dilihat, dibolak balik tidak bisa digunakan karena tidak ada sinyal. Yang lebih terkesan ketika kami semua mabok laut, melayari 5 pulau, muntah 7 kali karena ombat sangat tinggi.
Kabupaten Kepulauan Talaud wilayahnya lebih dari 100 pulau, hanya sekitar 37 pulau dihuni. Selebihnya tidak berpenghuni. Laut menjadi pemandangan sehari-hari warga. Kapal laut menjadi andalan distribusi orang dan barang. Ombak dan badai di wilayah ini sering menghambat pelayaran. Daerah ini menjadi penghasil ikan, apalagi pasca penenggelaman kapal pencuri ikan, nelayan lebih mudah dalam melaut dan hasil tangkapanya berlimpah. Ikan Tuna juga besar-besar dan murah.
Wakatobi merupakan gabungan nama pulau. Wanci, Kaledupa, Tomiang dan Binongko. Wakatobi menjadi obyek wisata bahari yang dikunjungi kapal Pelni. Untuk ke pulau indah di Provinsi Sulawesi Tenggara itu, kini lebih mudah karena Pelni menyediakan KFC Jetliner yang setiap minggunya menyambangai Wakatobi, Kendari, Kolaka dari Baubau. Kapal buatan Norwegia ini tiketnya terjangkau hingga kantong tipis. Kami ke sana pada akhir 2014 dan pertama kali snorkeling dan diving, meskipun saat itu belum punya sertifikat menyelam.
Pulau Halmera
Provinsi Mauluku Utara yang sebelumnya beribu kota di Ternate, selama 20 hari Pelni menyelenggarakan BUMN Hadir Untuk Negeri, tim kami memandu siswa dari Riau yang dikirim Pertamina dan mengirim pula siswa Mauluku Utara ke Kalimantan Utara. Selain memandu di Maluku Utara yang ibukotanya sudah dipindahkan ke Sofifi di Palau Halmahera, Pelni bersama Perum Perindo dan Pelindo 4 juga mengirimkan 20 siswa ke Provinsi Kalimantan Utara. Sehingga diperjalankan ke Kalimatan Utara.
Perjalanan selama bekerja di Pelni memberikan kesempatan istimewa, pada 2014, kami diperjalankan ke Raja Ampat. Obyek wisata bahari yang sangat terkenal hingga ke manca negera. Berawal dari Sorong, Papua Barat, saat itu KM. Tatamailau sebagai hotel terapung ke Waisai, Wayag dan semua obyek wisata di Kabupaten Raja Ampat. Karena sebagai hotel terapung, kapal akan menjadi sarana utnuk penginapan, hiburan, makan, , mandi, ibadah hingga hajat semua di kapal.
Untuk menuju obyek wisata, kapalnya berangkat dari Sorong lalu kapal akan bergeser ke beberapa titik terdekat ke obyek wisata. Lalu dengan perahu warga, Pelni mengajak wisatawan mengunjungi berbagai obyek wisata yang ada di Raja Ampat. Ketika kembali dari wisata, turun dari kapal, peserta tour sudah sarapan, mandi dan berhias di kapal, tour dengan Pelni memiliki pengalaman lebih menakjubkan.
Setelah ke Raja Ampat kesempatan berikutnya ketika mengikuti tim ekspedisi keliling Nusantara dengan kapal dan sepada. Diwali dari Makasar Tim Pelni bersama komunitas sepeda dari Sesat, ITB, DKI Jakarta naik KM. Tidar, Kapal Pelni dari Makasar-Baubau-Ambon-Banda Neiran dan berakhir di Tual. Wisata keliling Nusantara ini murah, cukup bawa sepeda naik kapal. Ketika kapalnya sandar, dengan sepeda keliling kota beberapa jam sesuai jadwal kapal sandar, ketika kapal akan berangkat pesepeda masuk lagi melanjutkan perjalanan dengan kapal laut.
Pada Agustus 2017, menyertai kunjungan kerja Komisi V DPR RI, diperjalannkan lagi ke Pulau Moa dan Kisar, Maluku Barat Daya, Provinsi Ambon. Dalam kunjungan ke Kapubaten Kepulauan hasil pemekaran dari Kabupaten Kepulau Maluku Tenggara itu, didapati penduduknya sedikit, padang savananya sangat luas dan pantainya indah, sayangnya susah sinyal. Kerbau, sapi dan kuda dilepas liar/ Namun karena belum ada kapal ternak, peternak belum dapat menikmati harga lebih tinggi. Pulau Kisar dan Moa merupakan pulau terdepan berbatasan laut dan berhadapan langsung dengan Timor Leste.
Awal Februari ini diperjalankan lagi ke Papua. Terbang menuju Timika mengawali kerja untuk menyampaikan bantuan kemanusiaan “Pelni Peduli Asmat” ke Kabupaten Asmat. Penyerahan bantuan dingkut dengan pesawat dari Jakarta dan dibawa dengan KM. Tatamailu dari Timika dan sebagian diangkut dengan KM. Leuser dari Merakau. Penyerahan dilakukan Nakhoda KM. Tatamailu Capt. Ridwan Wjayanto di dermaga Pelabuhan Agats.
Penasaran dengan kota di atas papan, kami sempat ke Posko, Rumah Sakit dan Kantor Sub Cabang Pelni di Kota Agats, ibu kota kabupaten Asmat. Kota Agats merupakan kota di atas rawa-rawa. Infrastruktur yang serba terbatas menjadikan Kabupaten Asmat menjadi paling tertinggal diantara Kabupaten di Indonesia. Tidak ada kendaraan bermotor berbahan bakar BBM, yang ada motor listrik dan gerobak dorong ditarik masnuis sebagai angkutan barang.
Usai menyerahkan bantuan, melanjutkan perjalanan ke Merauke. Tim Pelni meggunakan kapal laut. Sekitar 50 jam kami berlayar dengan Fandi dan Bayu dari Rumah Sakit Pelni. Kepala Cabang Merauke Junes Sitorus , mengajak kami ke Kilo Meter Nol Merauke-Sabang, perbatasan Republik Indonesia dengan Papua Nuginie di Merauke. Lengkap sudah nyannyain dari “Sabang sampai Merauke berjajar pulaa-pulau. Sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia” Alhamdulillah sudah menginjak wilayah dalam nyanyian.
Alhamdulillah rasa syukur kupanjatkan kepada Allah dan terima kasih tak terhingga kepada PT Pelni yang memberikan kesempatan istimewa ini. Doaku mengiringi setiap langkahku untuk Pelni tercinta. Pelni Maju, Pelni Jaya. Pelni JUARA (Jujur Unggul Adaptasi Ramah Akurat).
Salam Indonesia.