Sastrawan yang juga pendiri Majalah Tempo Goenawan Mohamad berkaca-kaca menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) berdusta terkait proses pencalonan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka maju menjadi bakal calon wakil presiden (cawapres) di pemilihan presiden (pilpres) 2024.
semarak.co-Hal ini diungkapkan Goenawan berdasarkan pengalaman dari rekannya, Erry Riyana Hardjapamekas yang sempat bertemu Jokowi sebelum Mahkamah Konstitusi (MK) membuat putusan yang akhirnya memuluskan jalan Gibran sebagai bakal cawapres.
Saat itu Erry Riyana berbicara dengan Jokowi soal kemungkinan putusan MK. Ketika itu, Jokowi disebut sempat menanyakan apa yang harus dilakukan terkait putusan MK tersebut. Lantaran saat itu MK belum membacakan putusan, Erry memberi saran agar Jokowi meminta Gibran tidak usah maju cawapres.
“Pak Jokowi ini tanya, Saya harus kerjakan apa? Gembira kan Erry karena Jokowi dianggap mendengar keresahan Masyarakat,” kata Goenawan menirukan cerita pengalaman Erry Riyana di acara Rosi yang bertajuk Rakyat Percaya Siapa: Jokowi, Ketua MK atau Gibran yang tayang di Kompas TV, Kamis malam (2/11/2023).
Dilanjutkan Goenawan, “Kata Erry, Gini aja Pak, kalau nanti MK sudah memutuskan atau akan memutuskan bahwa Gibran lolos, Bapak beritahu Gibran jangan maju, kamu kembali aja ke Solo dan tetap kembali ke PDI-P. Saat itu, Presiden Jokowi memberi respons yang positif terhadap saran dari Erry Riyana.”
Bahkan, sambung Goenawan, Jokowi dikatakan meminta agar saran Erry Riyana itu dicatat oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno. Berdasarkan sikap Jokowi ketika itu, ia mengatakan, Erry Riyana merasa lega karena sarannya didengar dan akan ditindaklanjuti oleh Presiden.
Namun, kemudian hingga saat ini tidak ada tindak-lanjut dari Presiden Jokowi terkait saran dari Erry. “Setelah itu, tidak ada pernyataan soal itu. Karena itu dusta ya? Lalu, siapa yang bisa kita percaya. KPK tidak bisa dipercaya lagi. MK tidak bisa dipercaya lagi. Presiden yang kita sayangi tidak bisa dipercaya lagi. Lalu siapa? Itu krisis yang serius,” kecam GM, sapaan akrabnya.
Pendiri Komunitas Salihara itu pun menilai ada potensi krisis yang lebih serius jika nantinya terjadi konflik di pemilihan umum (Pemilu) 2024, sementara tidak ada wasit yang dapat dipercaya. “Sekarang bisakah kita percaya kepada wasit yang dipercaya pemerintah?” tanya GM dilansir hajinews.co.id — 03/11/2023.
Kemudian GM melanjutkan, “Kalau enggak ada wasit, (permainan) sepak bola saja bertengkar, apalagi ini. Apakah itu tidak merusak? Tidak menyebabkan generasi muda yang ingin berpolitik mengatakan bahwa politik itu tipu menipu, bukan pengabdian.”
Teteskan air mata karena kecewa dalam program Rosi itu, Goenawan pun mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap Presiden Jokowi yang dinilai ingin memperpanjang kekuasaannya lewat Gibran Rakabuming Raka. Bahkan, Goenawan yang sebelumnya dikenal sebagai pendukung Jokowi tersebut meneteskan air mata ketika menceritakan keresahan hatinya.
Mula-mula, pembawa acara Rosiana Silalahi menanyakan bagaimana suasana hati Goenawan saat menuliskan surat kekecewaan atas sikap Jokowi. Goenawan lantas menyatakan bahwa dirinya merasa sangat berat. “Ya sangat berat. Berat sekali. Bukan karena saya memuja Jokowi. Karena mengharapkan sebenarnya Indonesia punya pemimpin yang bisa diandalkan kata-katanya,” katanya.
Ia kemudian menceritakan bahwa Indonesia banyak sekali mengalami trauma sejak 1965 hingga setelah reformasi. Trauma karena pergantian kekuasaan yang berdarah, perlawanan terhadap rezim Orde Baru, penculikan aktivis, kerusuhan rasial hingga kekerasan terhadap minoritas.
“Itu kan banyak sekali trauma. Kan perlu suatu dasar kepercayaan bersama. Jangan lagi terulang (trauma). Jadi, ketika itu Pak Jokowi enggak bisa saya pegang lagi dan saya tidak melihat ada pemimpin lain, dan saya sampai sekarang belum lihat, saya sedih. Saya sedih lho,” katanya lagi Goenawan lantas melanjutkan kalimatnya.
Namun, saat itu, matanya tampak berkaca-kaca. Pria 82 tahun itu mengungkapkan, sejak kecil dirinya diminta untuk menanamkan harapan terhadap Tanah Air Indonesia. Menurutnya, menjadi orang Indonesia bukan hanya sekedar nasib, melainkan juga membawa amanah bagi keselamatan bangsa.
“Saya ini dari kecil disuruh berharap, Tanah Air kan itu nasib ya, tapi juga amanah. Nasib kita kan tidak bisa kita merasa. Kita tidak ditakdirkan menjadi orang Manchuria, (tapi) orang Indonesia. Bukan permintaan kita jadi orang Indonesia. Bukan memilih, tapi juga Amanah,” ujar sastrawan.
“Karena begitu di tengah (perjalan kehidupan) kita harus membikin (bangsa) kita selamat,” demikian GM melanjutkan sambil masih berkaca-kaca. Tampak di sudut matanya, air mata menggenang. Goenawan pun sempat terdiam. Meskipun sedih dan kecewa, Goenawan Mohamad mengatakan, masih ada harapan yang bisa diciptakan.
Di bagian lain Rocky Gerung kembali menyuarakan kritiknya terhadap Jokowi. Kali ini, ia mengungkap kisah yang menurutnya adalah jejak kebohongan orang nomor satu di negeri ini. Awalnya Rocky Gerung mengatakan, Jokowi ketagihan kekuasaan dan dirinya sejak awal sudah mencium semacam jejak despotisme.
Ini diungkap Rocky dalam tayangan video yang diunggah channel YouTube Rocky Gerung Official dikutip Rabu (1/11/2023). “Bahasa tubuh yang dipalsukan, seolah merakyat. Saya tahu itu kiri kanan kamera yang di set-up untuk menciptakan bahwa beliau adalah rakyat biasa,” kata Rocky dilansir hajinews.co.id, 02/11/2023.
Mantan dosen Filsafat Universitas Indonesia (UI) itu lantas berkisah pada satu waktu, ketika dirinya memberi kuliah umum di Universitas Negeri Surakarta tempat Jokowi masih menjabat Wali Kota Solo. “Saya terpaksa buka rahasia-rahasia kecil. Saya kasih ceramah datang note kecil di meja saya, terus dibilang, Pak Rocky nanti setelah selesai ada yang mau bicara. Saya pikir dosen, saya iyain,” tuturnya.
Tak lama setelah itu, Rocky akhirnya bersedia mendatangi sebuah warung angkringan tempat yang dijanjikan oleh pesan khusus tadi. “Lalu datang tiga anak muda, membawa pesan dari seorang senior Kota Solo. Mereka nggak sebut namanya, tapi katanya tokoh penting politik dari tahun 66,” kenangnya.
“Pernah masuk penjara yang adalah pemimpin rakyat dari sebuah partai yang sudah terlarang. Waktu itu belum terlarang. Dia tokoh pemuda sangat senior dia paham tentang cultur politik Kota Solo. Namun sayangnya, sosok tersebut sudah meninggal. Tapi asistennya bilang begini, ada pesan khusus dari bapak itu buat Pak Rocky, karena waktu itu sibuk dipamerkan Jokowi,” tuturnya.
Beberapa point yang dibahas adalah soal pemindahan pasar, hingga jalan rusak. “Memang berhasil. Tetapi dua utusan tadi yang ke saya bilang, jangan sekali-kali percaya pak. Kalau ada jalan bolong di Kota Solo, besok pagi sudah mulus lagi. Dua orang ini bilang ke saya itu adalah bohong,” imbuhnya.
Menurutnya, itu dilakukan bukan karena kemampuan komunikasi atau kemampuan diplomasi dari Jokowi. Melainkan setelah dilakukan money politik. “Disogok baru dibenerin, demikian juga jalan bolong enggak pakai APBD dipanggil aja pengusaha besok pagi selesai,” kutip Rocky.
Dilanjutkan Rocky, “Jadi dari awal punya kesan orang ini (Jokowi) betul-betul ingin menampak kekuasaan dengan memulai bangun pencitraan. Algoritma ini bisa saya baca. Kalau kemudian ini berlanjut sampai sekarang, karena memang dari awal Jokowi itu ketagihan kekuasaan.
“Itu dasarnya tuh. Wataknya memang begitu. Apalagi dalam sebuah pidato dia bilang saya tidak memerlukan oposisi. Indonesia bahkan tidak butuh posisi,” katanya.
Rocky berpendapat, bagaimana mungkin Jokowi ada di dalam sistem demokrasi yang tidak mau ada oposisi, tapi para penyembahnya bilang bahwa sang presiden sedang berupaya menghasilkan demokrasi ala Indonesia.
“Apa yang mau dia lakukan? Dia justru hasil dari demokrasi. Itu yang membangun demokrasi pertama adalah Presiden Habibie diteruskan oleh Gus Dur dilanjutkan oleh SBY,” tegas Rocky yang lebih dikenal pengamat politik daripada filsafat. (net/hji/smr)
sumber: hajinews.co.id — 03/11/2023 di WAGroup AMAR MARUF NAHI MUNKAR (postSabtu3/11/2023/)