Penyair Taufiq Ismail Beber Komunis Bantai 120 Juta Orang di 75 Negara

Penyair Taufiq Ismail. foto: internet/ 20170504

Penyair angkatan 1966 Taufiq Ismail menyebutkan bahwa komunis telah membantai 120 juta orang di 75 negara selama periode 1917-1991 sehingga harus dilawan. Sastrawan yang menandatangani Manifesto Kebudayaan (Manikebu) ini mengungkapkan, Komunis melakukan kudeta di 75 negara selama 69 tahun pada 1918-1987 dan berhasil mendirikan 28 negara komunis di dunia.

semarak.co-Uni Soviet merupakan negara terbesar yang melakukan pembantaian, yakni 61 juta orang. “Selama 74 tahun Komunis itu rata-rata membunuh 1.621.621 orang setiap tahun atau 4.504 orang per hari atau tiga orang per menit di 75 negara,” ujar Taufiq saat berkunjung ke redaksi LKBN Antara di Jakarta, Jumat (27/5/2016) ditemui Direktur Pemberitaan Aat Surya Safaat.

Bacaan Lainnya

“Dari jumlah itu, Stalin bertanggung jawab atas pembantaian terhadap 43 juta orang, sekitar 39 juta orang mati di kamp-kamp kerja paksa. Pada saat itu pegawai negeri yang menentang komunis dipecat dan disuruh kerja paksa tanpa diberi makan,” demikian Taufiq menambahkan.

Selanjutnya, pelaku pembantaian terbesar kedua adalah Komunis China. Sejak 1949 hingga 1987, komunis di Negeri Tirai Bambu itu telah membunuh 40 juta orang warga setempat. Disusul Kamboja di bawah rezim Khmer Merah pimpinan Pol Pot yang selama periode April 1975-Desember 1978 telah membantai dua juta orang atau 28,57 persen dari jumlah penduduk.

“Korban total seluruh Perang Dunia, perang lokal abad ke-20 hanya 38 juta jiwa atau sepertiga korban komunis. Selain itu, jumlah penduduk 28 negara yang melarikan diri mencapai 35 juta orang karena tidak tahan dengan kemelaratan dan penindasan selama periode 1917-1971,” ujar Taufiq yang semasa kuliah aktif di organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII).

Di dunia, lanjut dia, terdapat empat algojo komunisme, yakni Lenin di Uni Soviet selama periode 1917-1923 telah membunuh 500 ribu orang, Stalin di Uni Soviet pada 1925-1953 membunuh 43 juta orang, Mao Tse-tung di China selama periode 1947-1976 sebanyak 70 juta orang, dan Pol Pot di Kamboja membunuh dua juta orang pada 1975-1979.

Sebagian karena mati kelaparan, kegagalan panen, dan ekonomi. Menariknya, pimpinan Nazi dari Jerman Adolf Hitler mengagumi Stalin. Namun, Hitler membantai 25,6 juta jiwa, sedangkan Stalin membantai 43 juta.

“Komunis secara terang-terangan menulis tujuan mereka adalah merebut kekuasaan dengan kekerasan, namun Partai Komunis di seluruh dunia menutup-nutupinya,” ujar penulis lagu berjudul Ketika Kaki dan Tangan Bicara yang dipopulerkan mendiang Chrisye.

Oleh karena ideologinya yang muluk-muluk sebanyak 24 negara sosialis-komunis tersebut pada 1991 bubar berantakan. Sementara di Indonesia, Komunis telah tiga kali berupaya merebut kekuasaan, yakni pada 1926, 1948, dan 1965. Namun, ketiga-tiganya gagal dan sejak 1966, komunis menjadi partai terlarang.

“China dan Vietnam berkhianat secara ideologi karena mengambil jalan kapitalis yang saat ini menjadi makmur, sedangka Korea Utara dan Kuba bertahan secara ideologis, namun rakyatnya tetap melarat sampai sekarang,” tutur Taufiq dilansir antaranews.com, Jumat, 27 Mei 2016 20:54 WIB.

“Walau begitu, ideologi ini diam-diam bergerak terus atas dasar dendam. Oleh sebab itu, mari kita bersama membasmi kebodohan, memberantas kemiskinan, menghabisi korupsi, meredam kekerasan dan anarkhi demi tegaknya hukum dan keadilan di negeri kita,” kata Taufiq.

Kebiadaban Komunisme

Sejarah mencatat ideologi ini melakukan pemberontakan/kudeta di 75 negara, negara bagian, pulau, dan kota sepanjang masa 69 tahun (1918-1987); berhasil 28, gagal di 47 tempat. Marxisme-Leninisme-Stalinisme-Maoisme-Hoisme-Aiditisme-PolPotisme ini mendapat kesempatan berkuasa di dunia selama 74 tahun (1917-1991) di 28 negara.

Pemberontakan di 75 negara itu umumnya satu kali saja. Komunis Indonesia pegang rekor dunia: tiga kali berontak dan kudeta, 1926, 1948, dan 1965. Ketiga-tiganya gagal. Pemberontakan terpanjang berlangsung di Malaysia: 40 tahun, dan setiap tahun makan korban dari kedua pihak 200 orang.

Dasar ideologi ini diletakkan oleh dua anak muda, Karl Marx (30) dan Friedrich Engels (28) dalam buku Manifesto Komunis (1848). Tujuan ideologinya, “Merebut kekuasaan dengan kekerasan, menggulingkan seluruh kekuatan sosial yang ada.”

Tujuan ideologi yang digariskan pada abad 19 itu tetap berlaku, tidak pernah diralat sampai abad 21 ini. Dalam perebutan kekuasaan dengan kekerasan itu apa pedoman praktisnya? Untuk bisa berhasil (Colegrove: 1957, Schwarz: 1972, Zagladin: 1973, Conquest: 1990, Nihan: 1991) ada 18 butir patokan yang menjadi tuntunan praktis.

Yaitu berdusta, memutar balik fakta, memalsukan dokumen, memfitnah, memeras, menipu, menghasut, menyuap, intimidasi, bersikap keras, membenci, mencaci maki, menyiksa, memerkosa, merusak-menyabot, membumi hangus, membunuh sampai membantai.

Aktivis partai mulai dilatih berdusta sampai ahli, akhirnya membunuh dan membantai. Bagi orang komunis berdusta itu bukan dosa. Ringkasnya, dalam satu kalimat pegangan aktivis partai adalah tujuan menghalalkan cara. Apa saja cara adalah halal, asal tujuan bisa tercapai.

Angka 18 di atas belum total mencakup semua cara bisa yang dilakukan aktivis partai. Dalil tujuan menghalalkan cara ini dipatuhi aktivis partai dan sangat memudahkan kerja mereka. Dengan tujuan begitu jelas dan teknis cara mencapainya terperinci, Marxis-Leninis bergerak dengan semangat tinggi.

Selama kurun 1917-1991 itu Partai Komunis membantai 120 juta manusia di 76 negara sehingga rata-rata 4.500 orang sehari selama 74 tahun (Courtois: 2000, Chang & Halliday: 2006). Dua jenis sebab kematian itu, pertama, kegagalan program ekonomi yang  menyebabkan rakyat secara massal mati kelaparan (terutama Rusia Soviet dan RRC).

Dan kedua, pembantaian partai terhadap rakyat antikomunis, yang dibunuh itu bukan bangsa lain, tapi bangsanya sendiri, yang tidak seideologi. Dalam sejarah dunia, ideologi yang menjagal jutaan manusia adalah Nazisme.

Ideologi Partai Nazi yang dipimpin Adolf Hitler (1934-1945) ini membunuh 11 juta orang, terutama orang Yahudi dari berbagai negara. Kejahatan dahsyat ideologi Nazisme ini ternyata cuma 1/10 kebiadaban ideologi komunisme. Musnahnya manusia dalam jumlah besar, antara lain, karena penyakit menular.

Tapi dalam sejarah dunia tak ada penyakit menular yang pernah membunuh manusia 4.500 orang sehari selama 74 tahun berturut-turut. Kini orang-orang KGB (Komunis Gaya Baru) sebagai penerus PKI yang sudah bubar, dengan dalih hak asasi manusia, gigih mengusung ideologi bangkrut yang lebih ganas ketimbang penyakit menular itu.

Sesudah sekitar 70 tahun komunisme berkuasa di 28 negara, ternyata mereka gagal memenuhi janji memakmurkan rakyat dengan ideologi Marxisme-Leninisme itu. Pemimpin partai, setelah memegang kekuasaan, ternyata lebih korup dan menindas rakyat ketimbang pimpinan negara nonkomunis.

Seperti rumah-rumahan kartu domino ditiup kipas angin, negara-negara komunis itu runtuh bergeletakan. Mereka menyatakan meninggalkan ideologi itu. Puncaknya pada Desember 1991 ketika Presiden Soviet Rusia Boris Yeltsin membubarkan Partai Komunis Soviet Rusia, partai komunis tertua di dunia.

Dunia gempar. Diumumkan bahwa mereka tidak lagi memakai ideologi itu sebagai asas negara yang dinyatakan sebagai ideologi bangkrut. Presiden Boris Yeltsin (dulu ketua partai) telah menyelamatkan 200 juta rakyatnya dari cengkeraman ideologi ganas itu.

RRC, Vietnam, Korea Utara, dan Kuba terguncang. Tapi RRC dan Vietnam licik. Mereka terang-terangan mengkhianati ekonomi sosialis-komunis dan mempraktikkan ekonomi kapitalistik, tapi merek kantornya tetap merek kantor komunis.

Kedua negara ini gigih tak malu menyebut diri sebagai negara komunis, walaupun pengkhianat besar dasar ideologinya. Akibatnya, RRC dan Vietnam jadi makmur. Korea Utara dan Kuba tidak berkhianat sehingga tetap sengsara.

Bagaimana Komunis Gaya Baru di Indonesia? Kita 25 tahun lebih cepat bertindak. Muak dengan tiga kali berontak dan kudeta berdarah (1926, 1948, 1965), PKI dibubarkan dan terlarang pada 1966. Dibanding dengan apa yang dilakukan Boris Yeltsin pada 1991, kita 25 tahun lebih sigap bertindak.

Diukur dari cara mendendam, KGB membuat Indonesia jadi bangsa kecil. KGB tahu bahwa Marxisme-Leninisme-Aiditisme sudah bangkrut total, tapi mereka bergerak terus karena ingin membalas dendam. Ini yang mereka latihkan-ajarkan kepada generasi muda yang dikaburkan matanya terhadap fakta sejarah.

Gembar-gembor KGB adalah mereka dizalimi, tiba-tiba dibunuhi pada Oktober-November-Desember 1965 tanpa sebab. Lebih dahulu Aidit (1923-1965) melakukan taktik mengatakan PKI dizalimi dengan “provokasi Hatta” tentang pemberontakan Madiun September 1948. Apa yang dilakukan KGB dan Aidit berbentuk taktik serupa, yaitu dusta sangat besar.

Aidit menghapus/mengaburkan sejarah pembantaian oleh Moeso pada Oktober-November-Desember 1948 di Madiun, Soco, Cigrok, di 24 kota dan desa di sekitar Madiun, dengan sasaran ratusan kiai, santri, pamong praja, dan rakyat non-PKI. Kenapa Moeso menjadi begitu kejam?

Moeso melakukan pembantaian itu meniru Stalin (1925-1953). Moeso melarikan diri ke Rusia selama 21 tahun (1927-1948), sesudah gagal berontak 1927. Apa yang di Rusia diajarkan Stalin kepada Moeso, dipraktikkannya sesudah dia memproklamasikan Republik Soviet di Madiun, 18 September 1948.

Algojo PKI merentangkan tangga membelintang sumur, lalu Bupati Magetan dibaringkan di atasnya. Ketika telentang terikat itu algojo PKI menggergaji badannya sampai putus dua, bergelimang darah-usus-daging, langsung dijatuhkan ke dalam sumur.

Dubur warga desa di Pati dan Wirosari ditusuk bambu runcing dan mayat mereka ditancapkan berdiri di tengah sawah sehingga mereka kelihatan seperti pengusir burung pemakan padi. Yel-yel PKI di Madiun: “Pondok bobrok, langgar bubar, santri mati! Pondok bobrok, langgar bubar, santri mati!”

Meniru PKUS yang di Rusia Soviet menghancurkan gereja dan masjid, PKI membakar dua masjid di kawasan Kembang Kuning, Surabaya (Masjid Rahmat, 1948), dan Masjid Agung Trenggalek (berumur 205 tahun, Maret 1949).

Kebiadaban PKI 1948, kemudian teror 1963-1965 tercatat dalam memori umat non-PKI. Sehingga ketika pembunuhan enam jenderal (Gestapu PKI) yang disusul dengan Kudeta 1 Oktober 1965 Dewan Revolusi pimpinan DN Aidit, perebutan kekuasaan yang gagal dan melarikan diri itu, umat bereaksi keras, didukung TNI AD. Terjadilah masaker itu.

Dalil sejarah yang sangat pahit adalah di mana pun bila Partai Komunis sukses merebut kekuasaan, mereka menjagal rakyat antikomunis. Tapi bila gagal kudeta, merekalah yang dijagal. Di Indonesia, secara pahit, PKI yang dimasaker.

Jumlah korban masaker paling banyak 400 ribu orang (Matthew White: 2012). Tapi dalam berbagai publikasi dilebih-lebihkan sampai 1-2 juta korban. Hal inilah yang dieksploitasi KGB terus-menerus. Rumus yang mereka gunakan adalah tiba-tiba, “ujug-ujug”, dizalimi, dibunuhi tanpa sebab.

Tentu ini tak masuk akal sehat. PKI yang memulai semua itu, awal sekali pada 1926, kemudian pada 1948 (September-November) dan 1963-1964-1965. PKI yang memulai rangkaian teror, yang menjadi sebab masaker itu.

Gerakan preemtif rakyat anti-PKI disebabkan dan dimulai oleh PKI sendiri. Pelanggaran terhadap hak asasi manusia disebabkan dan dimulai oleh PKI sendiri. Ini dielakkan dan dengan semangat berdusta besar, bahkan tidak disebut sama sekali. (net/ant/smr)

 

sumber: WAGroup PEJUANG SEJATI (postSabtu30/9/2023/hilmanu). Note: artikel ini memang telah tayang tahun 2016, namun kembali beredar secara berantai di media sosial berbagai WAGroup, redaksi meng-copas sebagai bagian peringatan G 30 S PKI.

Pos terkait