Oleh Geisz Chalifah *)
semarak.co-Sebagai host pemberitaan di berbagai stasiun tv, Agustin Ramli tentu saja memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Terbiasa menggali segala sesuatu dengan lebih dalam. Berbincang dengan Agustin Ramli adalah perbincangan yang tak mengingat waktu.
Teramat banyak topik yang dia pahami, dari jurnalisme sampai bisnis yang digelutinya. Belum lagi consernnya kepada masalah pendidikan. Mantan Putri Indonesia ini dengan segala kesibukannya tetap tak bisa lepas dari kegiatan sosial. di berbagai pelosok Indonesia.
Ada banyak anak yang dia tangani untuk memberikan pendidikan gratis melalui yayasan yang dia sebagai pengelolanya.. Ada beberapa event yang saya berkolaborasi dengan Agustin dari Pengembangan Pariwisata di Pulau Seribu sampai dengan perhelatan Formula E diantaranya.
Tahun lalu saya mengajaknya untuk terlibat di Jakarta Melayu Festival, namun Agustin telah punya jadwal untuk bertugas ke Korea dan di tahun ini Agustin langsung mengagendakan jadwalnya dalam pergelaran Jakarta Melayu Festival (JMF). Dia menunaikan janjinya.
Siang sampai sore entah berapa jam kami bertemu untuk persiapan JMF, namun berbincang dengan manusia seperti Agustin tak hanya menguras beragam referensi namun juga lupa waktu. Event JMF 11 yang digelar 26 Agustus, tak hanya menghadirkan artis papan atas, namun pemandu acaranya juga seorang perempuan yang entah kecerdasannya dia beli di mana?
Mesin Jahit, Radio Transistor dan Ikke Nurjanah
Rabu 23 Agustus 2023, adalah hari terakhir latihan di studio menjelang Jakarta Melayu Festival. Di bilangan Tebet sebuah studio meniadi tempat latihan dan jadwal hari ini adalah Jadwalnya Ikke Nurjanah & Cici Faramida.
Saya sampai di studio ketika teman-teman Seroja Band dan Ikke sudah mulai latihan. Membawakan lagu yang akan dinyanyikan oleh Ikke diacara Jakarta Melayu Festival tanggal 26 Agustus. Tiga lagu yang akan dibawakan tuntas sudah dan Ikke bersiap meninggalkan Studio.
Tiba – tiba Tom Salmin denganĀ gitarnya memainkan melodi lagu lama berjudul Ditinggal Pergi, lagunya Juhana Satar. Ikke pun spontan melantunkan nada lagu tersebut. Butong dengan Accordionnya lalu mengikuti tetiba secara serempak para musisi itu kembali memainkan alat musik mereka, mengiringi Ikke menyanyikan lagu yang tak ada dalam lis, tak ada dalam rundown acara.
Ikke melantunkannya bukan saja hafal tapi juga bertenaga. Ingatan saya melayang ke masa lalu, ketika alm Ibu saya dengan sebuah mesin jahit (beliau selalu menjahit bajunya sendiri) dan sebuah radio transistor merk national dengan stasiun radio Cendrawasih yang sering memutar lagu melayu di masa itu.
Lagu yang dibawakan oleh Ikke itu adalah salah satunya yang sering terdengar ditelinga saya di masa kecil. Selesai Ikke bernyanyi, Butong berkata ini lagu yang paling banyak disukai bila mereka bermain di sebuah cafe di Menteng. Ikke menyambutnya dengan berkata: Ayah ku juga sangat suka lagu itu.
Ikke tak jadi meninggalkan studio tapi kembali berlatih dengan sungguh – sungguh karena lagu yang tak sengaja dibawakan itu masuk kedalam list konser Jakarta Melayu Festival. Dibalik riauhnya suara musik dan lantunan nada yang mendayu, bayangan tentang mesin jahit & radio transistor yang menemani alm Ibu saya sehari – hari menyapa dengan terang di pelupuk mata.
Melayu adalah keindahan dan dalam keindahan sebuah lagu itu ada banyak kenangan yang dimiliki jutaan orang.
*) penulis adalah produser Jakarta Melayu Festival
sumber: WAGroup KAHMI Nasional (postKamis24/8/2023/geiszchalifah)