PTKI Lebih Dulu Miliki SOP, Komnas Perempuan Apresiasi Komitmen Kemenag Cegah Kekerasan Seksual

Wakil Ketua Komnas Perempuan Olivia Ch Salampessy bertukar cenderamata saat audiensi dengan Menag Yaqut Cholil Qoumas di Kantor Kemenag, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Rabu (2/8/2023). Foto: humas Kemenag

Komisi Nasional Perempuan (Komnas Perempuan) mengapresiasi komitmen Kementerian Agama (Kemenag) dalam pencegahan kekerasan seksual. Hal ini dikatakan Wakil Ketua Komnas Perempuan Olivia Ch Salampessy saat audien dengan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas di Kantor Kemenag, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Rabu (2/8/2023).

semarak.co-Apresiasi ini, lanjut Olivia, diberikan kepada Kemenag yang telah menjadi pilot project dan contoh untuk kementerian/lembaga lain dalam komitmen dan perhatian khusus terhadap pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.

Bacaan Lainnya

“Kementerian Agama terdepan dalam komitmen dan memberikan perhatian khusus terhadap pencegahan dan penanganan kekerasan seksual,” ujar Olivia dirilis humas Kemenag usai acara melalui WAGroup Jurnalis Kemenag, Kamis (3/8/2023).

Ini, lanjut Olivia, patut apresiasi. Sebab banyak Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) yang lebih dulu memiliki SOP (standard operating procedure) pencegahan kekerasan seksual daripada perguruan tinggi umum.

“Kami berharap SOP pencegahan dan penanganan kekerasan seksual ini tidak hanya di lembaga pendidikan melainkan juga di Kemenag hingga ke level paling bawah,” sambung Wakil Walikota Ambon periode 2006-2011 ini.

Dalam kesempatan tersebut, Komnas Perempuan dan Kemenag juga membahas pembaruan perjanjian kerja sama atau MoU tentang Kawasan Bebas Kekerasan serta Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) di lingkungan pendidikan.

Menurut Olivia, perjanjian kerja sama antara Kemenag dan Komnas Perempuan sudah dilakukan sejak 2018, dan telah berakhir, 25 Mei 2023. Untuk itulah, pihaknya membincangkan kembali MoU yang sudah ditandatangani 5 tahun lalu. Apa yang akan diperbarui dan dikembangkan terkait dinamika yang terjadi saat ini.

Komisioner Komnas Perempuan Alimatul Qibtiyah mengatakan, sejak MoU ditandatangani tahun 2018 sudah banyak hal yang dilakukan Kemenag untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan pemenuhan hak-hak perempuan.

Program kawasan bebas kekerasan di perguruan tinggi keagamaan merupakan program prioritas nasional. Berawal dari SK Dirjen Pendis No 5494 tahun 2019 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual, dilanjutkan dengan PMA No 73 tahun 2022, KMA No 83 tahun 2023.

“Semuanya menunjukkan komitmen dari Kementerian Agama untuk mewujudkan kawasan bebas kekerasan di lembaga pendidikan sangat bagus dan penting. Dan ini harus kita kawal bersama,” tutur Alimatul, Guru Besar Bidang Ilmu Kajian Gender di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Dari 58 perguruan tinggi keagamaan negeri di bawah Kemenag sebanyak 33 sudah memiliki Kawasan Bebas Kekerasan dan Satgas PPKS. Pihaknya juga mendorong PTKN Katolik dan Kristen untuk juga membuat Kawasan Bebas Kekerasan di lembaga pendidikan keagamaan masing-masing.

“Kami akan terus mendorong komitmen yang ada di kampus. Ke depan tidak hanya mendorong, kami akan bekerja sama dalam peningkatan kapasitas tim Satgas PPKS,” ujar Alimatul.

Menag Yaqut mengatakan, Kemenag mengucap terima kasih atas apresiasi yang diberikan Komnas Perempuan. Menag Yaqut menyambut baik tujuan dari Komnas Perempuan. “Saya minta pembaruan MoU ini segera ditindaklanjuti mengingat pentingnya komitmen bersama dalam pencegahan dan penanganan kekerasan seksual,” ujar Menag.

Disampaikan Menag, sebelumnya Kementerian Agama dikenal dengan kementerian yang sangat maskulin. Jarang sekali perempuan memiliki kesempatan yang sama sebagaimana laki-laki memiliki kesempatan di Kementerian Agama.

“Jadi problem ini tidak hanya di lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi, pesantren dan madrasah melainkan juga di lingkungan Kantor Kementerian Agama. Saya buat terobosan yang bagi orang lain kecil namun menjadi gambaran bagaimana Kemenag berkomitmen terhadap kesetaraan gender dan perlindungan terhadap perempuan,” kata Menag.

“Saya menunjuk staf saya, Ibu Mariana Ariestyawati sebagai Juru Bicara Kementerian Agama. Sepanjang sejarah Kementerian Agama baru kali ini ada juru bicara perempuan. Dalam sejarah perhajian baru tahun ini ada Amirul Hajj perempuan karena ini adalah komitmen dan keberpihakan kami terhadap kesetaraan gender begitu juga dengan rektor, kanwil dan kakankemenag,” ujarnya.

Khusus untuk pesantren, Menag menyarankan Komnas Perempuan dapat terjun langsung ke pesantren untuk mengkampeyekan Kawasan Bebas Kekerasan serta Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual.

“Pesantren itu sangat otonom dan independen. Jadi kalau boleh kami menyarankan Komnas Perempuan masuk dan datang ke pesantren. Karena ini jantung pertahanan terhadap kesetaraan gender dan penanganan kekerasan terhadap perempuan,” saran Gus Men panggilan akrabnya.

“Khusus untuk Dirjen Kristen akan saya sampaikan langsung agar PTKN Kristen memiliki kawasan bebas kekerasan. Terima kasih atas apresiasi Komnas Perempuan terhadap Kementerian Agama. Kami tunggu draf MoU-nya, kalau bisa kita lakukan penandatanganan di kantor Komnas Perempuan dalam waktu dekat ini,” harap Gus Men. (smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *