Puasa Arafah termasuk salah satu amalan dahsyat yang bisa dikerjakan umat Islam di bulan Dzulhijjah. Di balik keutamaan yang besar, tidak sedikit masih bingung terkait kapan pelaksanaan puasa Arafah. Ada yang meyakini puasa arafah harus ikut waktu wukuf di Arab Saudi. Atau ada yang menganggap yang penting sudah tanggal 9 Dzulhijjah di daerah setempat.
semarak.co-Karena bukan tidak mungkin adanya perbedaan penetapan tanggal 9 Dzulhijjah antara pemerintah Arab Saudi dengan pemerintah Indonesia, lantas harus ikut yang mana jika ingin puasa arafah? Seperti dilansir tvonenews.com, Senin, 26 Juni 2023 – 08:36 WIB dari kanal YouTube Ustaz Adi Hidayat Official, berikut penjelasan tentang waktu puasa arafah.
Ustaz Adi Hidayat (UAH) mengungkapkan bahwa ada keutamaan besar bagi siapa pun yang ingin mengerjakan puasa arafah di tanggal 9 Dzulhijjah nanti. Yaitu akan mendapatkan ampunan dosa selama 2 tahun, tepatnya satu tahun ke belakang dan satu tahun ke depan.
Dengan begitu, sangat disayangkan jika sampai melewatkan kesempatan emas mendapatkan ampunan dosa hanya dengan puasa satu hari. Sampai Ustaz Adi Hidayat mengingatkan bahwa ada perbedaan yang mendasar antara puasa arafah dengan puasa sunnah lainnya.
“Beda puasa arafah dengan puasa biasa, bukan sekedar menahan lapar dan haus. Kalau sekedar menahan lapar dan haus, anda enggak usah nunggu arafah, senin puasa, kamis puasa, ayyamul bidh puasa,” lanjut UAH dikutip tvonenews.com yang dikutip dari laman pencarian google.co.id.
Ustaz Adi Hidayat berpesan, ketika melaksanakan puasa arafah sebaiknya dibarengi dengan intropeksi diri terkait dosa-dosa yang selama ini telah dilakukan. Lantas, bagaimana jika terjadi perbedaan tanggal antara pemerintah Indonesia dengan Saudi?
Misalnya, pemerintah Saudi menetapkan wukuf di Arafah atau 9 Dzulhijjah jatuh pada hari ini Senin (26/6/2023), sementara pemerintah Indonesia menyatakan besok waktunya, yaitu Selasa (27/6/2023). Kapankan puasa arafah dilakukan jika terjadi perbedaan antara waktu wukuf di Saudi dan pemerintah Indonesia?
Terkait permasaahan ini, Ustaz Adi Hidayat menjelaskan secara sederhana dengan merujuk pada penggunaan kata yaum yang digunakan dalam menjelaskan puasa arafah di dalam hadis Rasulullah. “Maksudnya apa, hadis ini ingin menegaskan puasa ini dilakukan bukan mengikuti momentumnya, tapi mengikuti waktunya,” ulasnya.
Oleh karena itu, Ustaz Adi Hidayat menganggap tak masalah jika ada perbedaan penentuan waktu kapan tanggal 9 Dzulhijjah tiba. Sehingga untuk melaksanakan puasa arafah adalah mengikuti penetapan dari pemerintah atau pihak berwenang setempat kapan jatuhnya tanggal 9 Dzulhijjah, bukan melihat pada kapan wukuf di Saudi.
“Artinya, kalau di suatu tempat, suatu daerah, suatu negara, sudah masuk ke tanggal 9 Dzulhijjah sekalipun tidak sama dengan waktu orang wukuf di Saudi, maka itu sudah harus menunaikan puasanya. Jadi jatuh puasanya pada waktunya, bukan pada momentum wukufnya,” sambungnya. Wallahua’lam. (net/tvo/smr)