Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mendorong para pelaku industri MICE (Meeting, Incentives, Conference, & Exhibition) agar mulai menerapkan pilar-pilar keberlanjutan dalam setiap penyelenggaraan kegiatannya sehingga menghadirkan layanan di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif yang semakin inklusif dan berkualitas.
semarak.co-Deputi Bidang Produk Wisata Dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kemenparekraf/Baparekraf Vinsensius Jemadu mengatakan, saat ini isu keberlanjutan menjadi perhatian para musisi dunia dan pihak manajemen dalam menggelar konser.
Bahkan artis-artis kelas dunia ini bisa juga tidak perlu dibayar dalam tur dunianya selama mereka mengetahui atau mereka bisa diyakinkan jika kita benar-benar menerapkan prinsip keberlanjutan. Karena isu lingkungan sudah menjadi concern global.
“Salah satu contohnya konser yang digelar di Afrika. Dimana tiket konser diberikan secara gratis dengan kompensasi para penonton diajak untuk bersama-sama membersihkan sampah yang ada di pantai,” ungkap Vinsensius pada acara Workshop Manajemen Kerumunan dan Keamanan pada Penyelenggaraan Event di Lido Lake Resort, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (7/6/2023).
Mungkin praktik-praktik seperti ini juga bisa kita terapkan di Indonesia. Karena isu soal sampah juga sekarang sudah sangat sensitif dan sangat kritis bagi negara kita. Jadi mudah-mudahan teman-teman pelaku industri event bisa mulai memikirkan bagaimana dalam setiap penyelenggaraan event ini betul-betul bisa menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan.
“Hal tersebut penting menjadi perhatian dari para pelaku karena kehadiran sebuah event sendiri memberikan dampak yang sangat dirasakan oleh masyarakat baik secara ekonomi maupun penciptaan lapangan pekerjaan,” vujar Vinsensius dirilis humas usai acara melalui WAGroup SiaranPers Kemenparekraf, Kamis (8/6/2023).
Sebagai contoh penyelenggaraan MotoGP yang digelar di Mandalika Nusa Tenggara Timur (NTT) beberapa waktu lalu. “Dari satu event tersebut dapat menghasilkan nilai tambah ekonomi di atas Rp4,5 triliun,” terang dia.
Juga event F12HO yang akan diselenggarakan di Danau Toba, Sumatra Utara yang terbukti mampu mendorong pengembangan infrastruktur hingga kesadaran masyarakat untuk memperbaiki kualitas dari bisnis mereka demi menyambut kehadiran wisatawan yang berpartisipasi dalam F1H20.
Dalam kesempatan itu, Vinsensius juga mengapresiasi para pelaku event yang hadir dalam “Workshop Manajemen Kerumunan dan Keamanan” pada Penyelenggaraan Event, yaitu ASPERAPI (Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia), Backstagers Indonesia, IVENDO (Industri Event Indonesia), dan APMI (Asosiasi Promotor Musik Indonesia).
Workshop yang diinisiasi Kemenparekraf/Baparekraf ini berlangsung selama tiga hari mulai 6 – 8 Juni 2023, di Lido Lake Resort, Jawa Barat. Dimana para peserta workshop akan diberikan pengetahuan dan pemahaman tentang mengelola kerumunan massa dengan aman dan efektif selama penyelenggaraan acara.
Workshop ini menghadirkan tiga sesi pembahasan yaitu sesi I “Pengembangan SDM dan Event Safety” yang disampaikan oleh pihak Event Safety Indonesia, Akhmad Hersapto dan IVENDO, Agustinus Kerneles Jcob.
Sesi II “Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Event” oleh Direktur Standardisasi Kompetensi, Titik Lestari. Dan sesi III “Ekosistem Bisnis Konser: Potensi dan Tantangan” oleh APMI Dino Hamid.
Ditambahkan Vinsensius, “Saya sangat mengapresiasi narasumber hari ini yang memberikan insight bagi temen-temen supaya bisa memahami bagaimana crowd manajemen. Karena teman-teman sekalian ini adalah ujung tombak dari keberhasilan penyelenggaraan kegiatan.” (smr)