Oleh Alex Wibisono *
semarak.co-Layak dicontoh. Anies teladan yang baik. Lu inget Formula E? Pasti inget. Anies pencetusnya, Anies yang punya gagasan dan Anies yang memulai penyelenggraannya di Jakarta. Formula E di Indonesia, tahun 2022 kemarin, itu yang pertama. Ini terobosan yang cukup Ok. Keren dah.
Lu juga pasti tahu dahsyatnya upaya menggagalkan Formula E. Mulai dari sulitnya administrasi dalam pengiriman besi, hingga penganggaran dan kriminalisasi. Sponsor dan penonton pun ada yang menghalang-halangi. Berbagai isu dan serangan yang masif lewat media untuk menggagalkan Formula E kagak kalah dahsyatnya.
Lu googling lagi deh, siapa aja yang nyinyir dan rajin nyerang Formula E. Jejak digitalnya banyak banget. Sampai ada ketum partai turun langsung ke lapangan hanya untuk menghina Formula E. Ya…ya…ya…kurang kerjaan!
Jika ajang balap MotoGP di NTB disponsori banyak BUMN, Formula E tidak satupun BUMN yang mau taruh iklan. Sama-sama ajang internasional. Satu disponsori besar-besaran, satu lagi dihalangi sungguhan. Lu akan bilang ini diskriminatif.
Betul! Dan ini untuk kesekian kali. Sudah biasa Anies mengalaminya. Risiko orang pinter yang berintegritas. Formula E akhirnya sukses terselenggara. Sukses acaranya, pun sukses kalkulasi bisnisnya. Anies pun tidak kemudian bangga, karena ini kerja kolaborasi. Kerja oleh tangan-tangan dari banyak pihak.
Anies sebutkan tangan-tangan itu. Anies ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut berkontribusi. Tapi, ketika Anies diserang dan bahkan beberapa kali dipanggil KPK, Anies hadapi sendirian. Iya, sendirian. Ia bantu KPK untuk mendapatkan informasi yang lengkap tentang Formula E. Pantas diajungkan jempol!
Formula E, kini diwariskan kepada pemimpin Jakarta selanjutnya. Tanggal 3 Juni kemarin, Formula E terselenggara untuk yang kedua kali. Anies ikut nonton. Dengan berbesar hati Anies membeli tiket sendiri. Anies sadar bahwa ia warga negara biasa. Nonton, ya harus bayar. Beli tiket sendiri.
Lu pasti bertanya, kok Anies kagak dapat undangan dari panitia penyelenggara ya? Semua pun akan tanya begitu. Kok kebangetan ya? Penilaian masyarakat akan seperti itu. Lu juga pasti berpikir seperti itu. Masyarakat punya standar etika. Ini yang seringkali kagak dimiliki para elit kita. Mereka kagak peduli apa kata rakyat.
Kagak peduli apa kata lu. Mungkin ini ego. Kagak mau jejak Anies di Jakarta muncul kembali. Mungkin ada yang takut kalau Anies diundang, apalagi duduk di kursi depan. Sorot media menuju kepadanya dan Anies diwawancarai. Lalu ada yang teriak: presiden….presiden…presiden.
Para penonton berebut minta selfie sama Anies. Akan ada yang makin sewot. Atau ada yang takut dipecat kalau undang Anies. Semua serba mungkin. Namanya juga spekulasi. Spekulasi yang punya dasar dari banxak kasus dan pengalaman sebelumnya. Apapun itu, memang kagak etis memperlakukan Anies seperti itu.
Selayaknya memang Anies diundang dan duduk di depan bersama plt Gubernur. Bincang bersahabat dan akrab. Sambil membebaskan senyum dan tawa. Rakyat pun melihat keduanya akan sangat puas. Sambil Plt Gubernur berbisik: terima kasih Pak Anies, Formula E emang keren.
Tapi, sayangnya itu tidak terjadi. Ya, itu nasib Anies. Terlanjur pinter, ganteng dan berprestasi. Banyak orang takut kehilangan popularitas kalau dekat-dekat dengan Anies. Makanya, ada yang terus nerupaya keras untuk menjauhkan, menjegal dan menyingkirkan Anies. Picik bukan? Lu lebih tahu deh.
4/6/2023
sumber: WAGroup LASKAREVOLUSI (postMinggu4/6/2023/amiema)