Calon presiden (capres) dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KKP) Anies Baswedan menyinggung soal sikap berani yang belakangan ini diperbincangkan usai pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada acara Musyarawarah Rakyat (Musra) di Istora Senayan, Jakarta Selatan, Minggu (14/5/2023).
semarak.co-Capres Anies punya persepsi sendiri terkait hal itu. Pembicaraan Anies soal berani diungkapkannya dalam suatu acara bersama tokoh masyarakat dan tokoh perubahan. Tokoh yang hadir di antaranya Said Didu hingga Refly Harun. Anies awalnya menerima sejumlah masukan dari beberapa tokoh untuk menjaga demokrasi.
Anies pun merespons dan mengamini kalau semua pihak wajib menjaga demokrasi. Dia lantas menyinggung soal sikap berani. Anies menilai berani memang penting. Tapi, menurutnya, sebelum berani harus memiliki sikap benar.
“Soal harus jaga demokrasi, kita jaga sama-sama dan ini bukan soal berani,” terang Anies seperti dilihat di akun YouTube Refly Harun, Selasa (16/5/2023) dilansir detik.com, Selasa, 16 Mei 2023 11:12 WIB.
Sebenarnya berani dan tidak, kata Anies, walaupun akhir-akhir ini kan ada banyak yang penting berani, berani itu penting tapi sebelum berani harus benar. Capres Anies mengatakan sikap berani harus didasari dengan sikap benar. Sehingga urutan yang pas yakni benar dulu baru berani.
“Kenapa berani, karena benar. Tapi kalau tidak benar rasanya tidak berani. Jadi sebetulnya urutannya benar dulu baru berani, karena itulah sekuens yang paling logis, untuk benar harus ada gagasan, harus ada nilai, tak mungkin tanpa nilai tanpa gagasan bicara benar, benar salah itu ada unsur veluenya di situ,” ujarnya.
Diketahu sebelumnya Presiden Jokowi menegaskan Indonesia membutuhkan pemimpin yang dekat dengan rakyat dan berani demi kepentingan rakyat. “Negara ini adalah negara besar. Bangsa ini adalah bangsa besar. Penduduk kita sudah 280 juta, kurang lebih,” ujar Jokowi sampai berapi-api pidatonya.
Dilanjutkan Jokowi, “Rakyat kita butuh pemimpin yang tepat, butuh pemimpin yang bener. Yang dekat dengan rakyat. Yang paham hati rakyat, yang tahu kebutuhan rakyat. Yang mau bekerja keras untuk rakyat. Itu yang dibutuhkan.”
Selain itu, Jokowi mengatakan bahwa rakyat Indonesia membutuhkan pemimpin yang berani. Yakni pemberani demi kepentingan rakyat. “Dan pemberani. Yang berani, pemberani demi rakyat,” kata Jokowi dengan suara yang meninggi dan gestur tangan yang tegas.
Di bagian lain Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah menyoroti pernyataan Presiden Jokowi yang menyebut kriteria presiden selanjutnya haruslah sosok yang berani dan kuat. Menurut dia, kriteria Jokowi tersebut bukanlah sosok petugas partai.
Hal itu disampaikan Fahri Hamzah dalam akun Twitter pribadinya, pada Minggu 14 Mei 2023. “Wah kayaknya bukan petugas partai ini…,” ujar dia seperti dikutip dari WE NewsWorthy dilansir onlineindo.tv/5/15/2023 02:28:00 PM.
Sementara Ketua Relawan Jokowi Mania (JoMan) Immanuel Ebenezer atau Noel menyebut pidato Presiden Jokowi soal pemimpin pemberani di Musra kriterianya mengarah pada sosok Prabowo Subianto. Noel menyebut rakyat membutuhkan sosok pemimpin yang bernyali, cerdas, dan bukan pemimpin boneka yang bisa disetir.
“Kalau saya kan sudah mendukung Pak Prabowo. Yang harus kita baca itu soal ketika dia menyampaikan kriteria, dia menyampaikan sosok yang berani,” kata Immanuel Ebenezer dari kanal YouTube tvOneNews, dikutip pada Rabu (17/5/2023) dilansir onlineindo.tv/5/17/2023 11:16:00 AM dari sumber artikel asli di kontenjatim.com.
Dilanjutkan Noel, “Selama ini kan yang saya narasikan bahwa kita butuh pemimpin yang punya keberanian bukan yang tidak bernyali, apalagi yang boneka. Kita butuh pemimpin yang punya nyali. Pemimpin yang mengerti keinginan rakyat. Keinginan rakyat hari ini, pemimpin yang tidak pernah atau tidak suka nonton film porno gitu,” sindir Noel.
“Kita mau pemimpin yang suka baca buku karena ini mengedukasi rakyat. Dengan kriteria pemberani tersebut, kami mengharapkan pemimpin Indonesia nantinya bakal menunjukkan keberpihakan pada rakyat, punya keberanian dalam mengambil keputusan, serta visioner,” demikian Noel menambahkan.
“Kita mau nanti pemimpin itu yang visioner, bukan boneka. Yang ngerti bagaimana keinginan kehendak rakyat dan punya keberanian dalam mengambil sebuah keputusan, kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada rakyat, melawan korupsi, melawan oligarki dan sebagainya. Artinya ke depan itu kita punya kesepakatan bagaimana menguatkan demokrasi, persis apa yang disampaikan Pak Jokowi,” ucap Noel. (net/dtc/onl/smr)