Bank Mayora berupaya memaksimalkan teknologi dalam aktivitas bisnisnya di 2018 ini. Hal itu dilakukan lantaran Bank Mayora berpendapat digital sudah mulai merambah lini-lini kehidupan termasuk aspek bisnis perbankan yang menginginkan pelayanan lebih baik bagi para nasabah.
Direktur Utama Bank Mayora Irfanto Oeij mengatakan, perkembangan teknologi sekarang ini harus diikuti dan mengaplikasikannya. Untuk itu, Bank Mayora mengajukan izin ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait internet banking dan mobile banking. Bisnis digital sudah harus digunakan agar nasabah tidak lari ke bank lain, kata dia, termasuk upaya meningkatkan kemudahan dalam bertransaksi bagi nasabah.
“Bank Mayora di 2017 mengajukan izin di internet banking, mobile banking, masuk ke sms banking juga. Kita juga mengubah EDC yang lebih mobile agar bisa dibawa ke mana-mana,” kata Irfanto, dalam ‘Year End Media Gathering Bank Mayora 2017’, di Cisarua, Jumat malam, 15 Desember 2017 lalu.
Guna membangun bisnis digital itu, Irfanto mengaku, dana belanja modal atau capital expendicture (capex) yang dianggarkan sekitar Rp30 -35 miliar. Diharapkan investasi yang dikeluarkan ini sejalan dengan optimalisasi bisnis di masa mendatang, termasuk meningkatkan daya saing.
“Anggaran digital dari 2017 menyambung ke 2018 sebagian besar dana belanja modal untuk elektronik dan IT investasinya Rp30 sampai 35 miliar. Untuk bank BUKU III dan IV mungkin kecil, tapi kami memiliki kemampuan, maka bertahap dengan memberi manfaat seperti di internet banking dan mobile banking,” ujarnya.
Untuk internet banking, lanjut dia, pihaknya sudah mengajukan ke OJK termasuk laku pandai. Diharapkan segala sesuatunya bisa berjalan sesuai harapan dan nantinya bisa memperkuat lini bisnis Bank Mayora. Hal ini seiring dengan langkah Bank Mayora yang memfokuskan diri untuk meningkatkan kinerja neraca keuangan di akhir tahun ini.
“Jadi yang kami ajukan itu internet banking, laku pandai malah sudah duluan. Semuanya yang di 2017 itu ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dan akan dimajukkan di 2018. Memang harus dipersiapkan digital ini,” imbuhnya.
Dagian lain Ifranto mengaku, banyak perbankan yang terus berupaya untuk meningkatkan saluran kredit guna mencapai target akhir tahun. Salah satu kiat yang diambilnya melakuan take over kredit kepada bank kecil dengan tawaran yang lebih menarik.
“Ini merupakan bentuk persaingan antara bank-bank yang ada. Hal seperti ini pasti terjadi di dalam dunia usaha. Untuk mengantisipasi hal tersebut tentunya kita harus lebih memperhatikan nasabah-nasabah dari sisi pelayanan dan juga dari suku bunga kredit. Kita sesuaikan dengan kondisi saat ini,” ujarnya.
Jumlah kredit yang di take over bank besar, kutip dia, kurang lebih sekitar diatas Rp 150- 250 miliar. Akibatnya, Bank Mayora hanya mencatat kenaikan kredit 3,56% atau senilai Rp 3,49 triliun di Oktober 2017. “Sebagai gambaran, saluran kredit Bank Mayora per Oktober 2017 sebesar Rp 3,49 triliun, tumbuh tipis 3,56% dibanding setahun sebelumnya sebesar Rp 3,37 triliun (year on year),” ungkapnya.
Praktik pencaplokan kredit dari bank kecil ke bank besar merupakan bentuk persaingan dari bank-bank yang ada. Menurutnya, kondisi ini pasti terjadi di dalam dunia usaha. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Bank Mayora lebih memperhatikan kebutuhan para nasabah. Misalnya, dari sisi layanan perbankan maupun penawaran suku bunga kredit. (lin)