PT Bank Tabungan Negara (BTN) optimistis bisa menembus posisi lima besar perbankan nasional dari sisi aset pada akhir 2017. Pasalnya, kinerja bank pelat merah ini tahun ini mencatatkan pertumbuhan aset, kredit maupun Dana Pihak Ketiga (DPK) di atas 18%. Sementara perbankan nasional hanya tumbuh di kisaran 10%.
Direktur Utama BTN Maryono mengatakan, kinerja yang positif tahun ini membuat perseroan menaikkan target pertumbuhan pada tahun depan. Berdasarkan Rencana Bisnis Bank (RBB), BTN membidik pertumbuhan kredit mencapai 24% pada tahun 2018. Angka tersebut jauh di atas rata-rata target industri perbankan yang dihimpun OJK yang hanya sebesar 13-14%.
“Saya tidak tahu mengenai pencapaian bank lain. Tetapi target kami tahun ini tumbuh di atas rata-rata. Dengan pencapaian tersebut, kami optimistis pada akhir tahun ini Bank BTN bisa menembus peringkat lima besar perbankan nasional,” ujar Maryono usai RUPSLB BTN di gedung BTN Pusat, kawasan Duta Merlin, Jakarta Pusat, Kamis (28/12).
Dilatarbelakangi kinerja yang apik tahun 2017, lanjut Maryono, BTN mematok target pertumbuhan moderat pada 2018. Konsisten dengan misi dan visi bank, target jangka pendek dan menengah BTN adalah memperkuat posisinyanya di bidang perumahan dengan mendukung realisasi Program Sejuta Rumah.
“Untuk mencapai target tersebut sejumlah strategi dilakukan. Untuk pertumbuhan kredit, BTN fokus pada penyaluran kredit perumahan dengan menyasar segmen mass (masyarakat banyak) dan perluasan pada segmen affluent serta emerging affluent,” ujar Maryono,.
Program sejuta rumah, nilai dia, masih menjadi pendorong utama kredit BTN, karena itu perseroan akan optimal mendukung pemerintah dalam program KPR subsidi baik Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Subsidi Selisih Bunga (SSB) dan Bantuan Uang Muka maupun Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT). Sementara untuk strategi pendanaan masih diintensifkan mengejar dana murah.
Adapun Target DPK bank yang core bisnisnya di kredit perumahan ini, tahun 2018 sebesar 24% dengan porsi dana murah sebesar 48-49% dari total DPK. Angka tersebut juga di atas rata-rata target perbankan secara umum sebesar 14%.
“Persaingan perebutan DPK akan sangat ketat pada tahun 2018, kami akan melakukan sejumlah strategi di antaranya meningkatkan CASA, meningkatkan DPK komersil berbasis construction value chain, dan pendanaan institusi berbasis KPR dan memperluas wholesale funding, penerbitan surat utang, (obligasi), pinjaman, Negotiable Certificate Deposit (NCD), ataupun pinjaman luar negeri,” katanya.
Direktur BTN Adi Setianto mengatakan, dalam menghadapi era digital banking, perseroan akan memperkuat infrastruktur sistem informasi teknologi (IT). Penguatan sistem IT juga dalam mendukung target perseroan masuk dalam posisi 5 bank terbesar di Indonesia. “Sistem operasional IT sangat penting bagi perbankan. Apalagi BTN menargetkan menjadi bank 5 besar dari sisi IT harus mendukung langkah tersebut,” tegas Adi.
Dalam menghadapi sistem cashless payments, Adi mengaku, sangat diperlukan sistem keamanan yang handal dan up to date dalam menangkal serangan dari hacker yang memiliki tujuan jahat. Mengingat sistem cashless payments berbasis server dan database, maka sistem ini sangat rentan terhadap pencurian dari hacker.
“Bank sebagai lembaga yang menyimpan uang memiliki sistem security yang dapat dihandalkan, namun bagaimana dengan layanan pembayaran non tunai dari non bank? Hal inilah yang perlu mendapat perhatian seluruh pemangku kepentingan agar sistem cashless payments berjalan dengan baik di Indonesia,” katanya.
Sementara RUPSLB memutuskan untuk mengangkat Dasuki Amsir sebagai Direktur BTN menggantikan Handayani yang menjadi direktur di PT Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dasuki, saat ini masih menjabat sebagai Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III dan sebelumnya pernah berkarir di Bank BNI. “Di BTN, Pak Dasuki akan menjabat sebagai Managing Director Distribution Network. Karena pernah di Bank BNI, kami yakin kehadiran Pak Dasuki akan bermanfaat untuk BTN,” tutupnya. (lin)