Pengamat BRIN Nilai Pengganggu Anies dari Pendukung Pemerintah, Demokrat Klaim Banyak Tokoh Cemas Bila Jadi Presiden

Peneliti Pusat Riset Politik BRIN Firman Noor. Foto: heryanto/semarak.co

Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Demokrat Benny K Harman mengklaim banyak tokoh sangat cemas apabila mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi presiden. Benny mengatakan kecemasan para tokoh dan pemimpin politik ini sudah terlihat setelah muncul berbagai isu yang ditujukan kepada Anies.

semarak.co-Benny menilai Anies merupakan sosok pemimpin yang memiliki komitmen kuat untuk memberantas korupsi. Selain itu, Anies Baswedan juga dinilai berkomitmen untuk melawan oligarki yang merusak tatanan negara Indonesia.

Bacaan Lainnya

“Banyaklah tokoh, banyak pemimpin yang cemas bahkan sangat cemas apabila Anies jadi presiden. Mengapa cemas? tadi itu, karena ya semua orang tahu Anies itu tokoh yang punya integritas bagus dan komitmen yang kuat tentang pluralisme,” kata Benny di Kompleks Parlemen, Selasa (7/2/2023) dilansir abwnews dari cnnindonesia.com.

Mereka tahu, sambung Benny, karena itu mereka yang tidak menginginkan ini terjadi. “Mulai cemas dan mulai menjagokan boneka-bonekanya ya kan? Sudah muncul narasi-narasi yang isinya mendiskreditkan Anies,” papar Benny yang juga anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat.

Seperti, lanjut Benny, membangun image Anies korupsi hingga Anies gagal membangun DKI Jakarta selama lima tahun menjabat sebagai gubernur. Kemudian Anies orang Arab hingga terbaru isu utang piutang yang membawa-bawa Anies dan Sandiaga Uno.

Benny juga menilai isu utang piutang itu tak perlu lagi dibesar-besarkan ke publik. “Saya pribadi melihat ini semua bagian dari agenda-agenda politik kontestasi lah ya. Persaingan-persaingan yang tentu saja menjadi suatu keniscayaan dalam demokrasi elektoral kayak kita ini,” katanya.

Anies Baswedan menjadi salah satu calon presiden yang telah mendapat dukungan dari NasDem dengan deklarasi sebagai calon presiden (capres) 2024, pada Oktober 2022. Kemudian didukung Demokrat dan PKS. Ketiga partai ini telah mencapai sepakat untuk memenuhi ambang batas pencalonan presiden dan tinggal tunggu waktu deklarasi bersama.

Di sisi lain, muncul isu perjanjian politik antara Ketum Gerindra Prabowo Subianto dengan Anies pada Pilkada DKI Jakarta 2017 yang dilontarkan Sandiaga Uno. Terbaru, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Erwin Aksa menyebut perjanjian jelang Pilkada DKI Jakarta 2017 yang diungkap Sandi berkaitan dengan utang Anies ke Sandi.

Sebelumnya diberitakan republika.co.id, Peneliti Pusat Riset Politik-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor menilai, banyak gangguan yang terjadi sebelum Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) secara resmi mengusung Anies Baswedan sebagai capres.

Banyak pihak yang menyebut penggganggu Anies Baswedan datang dari Istana, yaitu pendukung pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) hingga kelompok Islamophobia. Pengamat sebut pengganggu Anies dari pendukung pemerintah hingga kelompok islamophobia.

Kendati demikian, ia melihat bahwa gangguan tersebut datang dari kesadaran demokratik masyarakat Indonesia yang belum menyeluruh dan kuat. Ia berkaca kepada negara dengan demokrasi yang kuat, sosok potensial pemimpin seharusnya tak perlu mendapatkan gangguan seperti yang terjadi pada Anies.

“Orang berbeda pendapat itu biasa, semakin tangguh pertarungan itu semakin dinikmati sebagai bentuk pengejawantahan adanya komitmen bersama untuk membangun kebaikan bagi bangsa dan negara,” ujar Firman dalam diskusi ‘Indonesia Leaders Talk’ yang dikutip Ahad (5/2/2023).

Gangguan yang terjadi kepada Anies dan partai politik pendukungnya, mengingatkannya pada buku How Democracies Die. Mengutip buku tersebut, demokrasi mati kalau perbedaan dianggap sebagai momok dan bencana.

Demokrasi juga akan semakin lemah jika mereka yang berkuasa menggunakan seluruh perangkatnya untuk membunuh kalangan yang berseberangan. Ia berharap hal tersebut tak terjadi di Indonesia, dengan menganggap perbedaan dipandang sebagai bagian demokrasi yang harus dipelihara.

“Ini sebetulnya akar dari mengapa gangguan-gangguan itu demikian besar, demikian terasa, kadang juga demikian kekanak-kanakan. Karena memang kesadaran demokrasi yang belum kuat atau lemah di Indonesia saat ini, yang sayangnya tidak hanya di level masyarakat, tapi juga di level elite,” ujar Firman yang juga peneliti LIPI.

Tantangan akan dihadapi Partai NasDem, Partai Demokrat, dan PKS yang sudah menyatakan dukungan kepada Anies. Mereka akan menghadapi suatu kelompok yang mengupayakan terbangunnya sistem politik pascareformasi.

Inti dari sistem politik pasca reformasi adalah post-democracy, yang terindikasi dari semakin turunnya indek demokrasi. Budaya politiknya permisif atau terbuka terhadap keinginan kekuasaan, yang seakan menjadikan perangkat pemerintahan sebagai alat menjegal lawan politiknya.

“Inilah tantangan yang dihadapi oleh Koalisi Perubahan saat ini, karena sedang tumbuh dan juga kalau menang pun, kekuatan yang sedang tumbuh ini tidak segera diredam, ini akan menjadi pekerjaan rumah,” ujar Firman. (net/cnn/rep/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *