Bambu Spa hadir untuk perawatan kecantikan luar dan dalam tubuh wanita Indonesia. Meski berangkat dari kebutuhan pribadi, tapi ketidaksengajaan membangun bisnis Slimming, Beauty Care and Spa membuahkan hasil. Masih terbayang dalam ingatan Trisya Suherman, ia menaiki tangga ruko yang disewa tahun 2008, setahun usai melahirkan putri sulungnya.
semarak.co-Saat itu, Trisya tengah membuka usaha baru setelah jatuh bangun mengelola berbagai jenis usaha. Dari bisnis restoran bersama ibu mertua, membuka kafe sampai berjualan pakaian.
“Waktu jualan pakaian, saya cari dagangan ke Pasar Tanah Abang sampai ke Bangkok,” ujar Trisya Suherman, CEO PT Louise & Chelsea Indonesia (LCI) ini kepada pelakubisnis.com di kantor Bambu Spa di wilayah Cengkareng, Jakarta Barat, February, 2020.
Dilanjutkan Trisya, “Awalnya lantai satu dan dua saya gunakan untuk usaha jasa titipan kilat, warnet dan jasa fotocopy semacam business center. Ternyata kurang menguntungkan belum bisa menutupi cost operational.”
Trisya memang terlahir dari orangtua yang memiliki latarbelakang pedagang. Boleh jadi passion berwirausaha yang menjadikannya sosok wanita mandiri. Sejatinya Trisya kalau mau, bisa saja ia sukses sebagai professional di perusahaan besar.
Lulusan Universitas Bina Nusantara (Binus) jurusan Ekonomi Manajemen ini pernah bergabung dengan Divisi Customer Service Bank Lippo. Tapi ia memilih mundur ketika dipromosikan mengikuti pendidikan MDP (Management Development Program) yang bisa membawanya ke jenjang karir lebih tinggi.
Pasalnya, ia tak dapat memenuhi syarat yang diminta, salah satunya, tidak boleh menikah selama pendidikan. Sementara saat itu Trisya sudah berencana mau menikah. Singkat cerita ia menemukan bisnis yang tak jauh dengan kebiasaannya sebagai wanita yang gemar merawat tubuh.
Trisya yang masa kecilnya tomboy dan cuek ini mulai mengenal perawatan tubuh ketika duduk di bangku SMA. Ditambah lagi ia melihat, saat itu tempat-tempat perawatan kecantikan wajah dan tubuh mulai diminati kaum perempuan khususnya. Dari situ terbersit ide terjun ke bisnis perawatan kecantikan dengan merek Bambu Spa.
Berbekal modal pinjaman bank senilai Rp30 juta, ia merenovasi rukonya menjadi layaknya ruang interior tempat perawatan kecantikan salon dan spa yang kemudian ia bangun positioning tempat usahanya sebagai tempat threatment slimming, beauty care and spa.
Dengan kata lain tempat perawatan relaksasi tubuh dengan therapy menggunakan medium bambu. Kenapa Bambu? Ternyata, selain terinspirasi dari keramik kamar mandi di rumah, menurutnya bambu bermanfaat sebagai media pemijat dan dipercaya memberi manfaat untuk mengurangi keletihan, membantu menghancurkan lemak hingga dapat menipiskan selulit.
Bahkan disinyalir bambu merupakan penghantar panas yang baik dan mengandung ion-ion positif yang bermanfaat bagi tubuh. Itu alasan kenapa Trisya menggunakan medium bambu untuk memijat. Tak heran bila Bambu Spa memiliki treatment unggulan seperti Bust Treatment yang berguna bagi perawatan payudara dengan menggunakan minyak bulus yang dapat mengencangkan payudara dan bagian tubuh yang lain.
Lalu ada Slimming Treatment dengan menggunakan slimming machine yang bukan hanya berfungsi mengencangkan juga menyusutkan bagian-bagian tubuh tertentu. “Best seller product kami berupa kapsul pelangsing tubuh atau slimming capsul,” kata wanita yang memiliki panggilan akrab Icha ini, pemilik gelar SE, Dipl.Cidesco SPA.
Dari outlet salon dan spa ini Trisya mulai banyak melihat peluang yang menarik. Kali ini langkah yang ia ambil membuahkan hasil. Karena tipikal bisnis salon dan spa adalah menjual jasa, biaya tidak tinggi, dan produk-produk yang digunakan memiliki kadaluarsa yang lebih lama, maka dari situ ia merasakan mulai bisa menabung.
Tak perlu waktu lama untuk Bambu Spa tumbuh dan berkembang. Tak sedikit orang suka treatment di Bambu Spa dan promosi ketok tular (word of mouth-red) pun terjadi, promosi dari mulut ke mulut. “Akhirnya yang di lantai 1 saya jadikan salon perawatan rambut. Lantai dua untuk spa dan lantai 3 jadi tempat tinggal,” aku ibu tiga anak ini.
Lalu, suatu hari Trisya bertemu dengan teman pramugari dan mengajaknya kerjasama membangun outlet kedua Bambu Spa di Modern Land. Kerjasama terjalin dan waktu itu belum menggunakan sistem franchise. “Kami join venture bertiga. Kalau ada untung, keuntungannya dibagi masing-masing mendapatkan 30%, sedangkan 10% nya untuk perusahaan,” ungkap Ketua Umum Komunitas CEO Indonesia.
Seiring dengan tren industri kecantikan yang kian bertumbuh, peraih Best Franchise Spa 2018 di Turki ini mulai mengembangkan Bambu Spa ke sistem waralaba. Dan berkat kepandaiannya dalam bersosialiasi ditambah jiwa bisnis dan skill ilmu marketing yang dimiliki, kini ia sukses mewaralabakan bisnis spa nya yang kini mencapai 19 gerai.
Dimana 5 diantaranya gerai own store, dan selebihnya gerai waralaba. Puluhan penghargaan bergengsi pun diperoleh bagi bisnis spa Trisya yang membawa brand equity Bambu Spa semakin kuat. Sebut saja Business Challenges Award 2017 as The Best Reliable Company of the Year, The Best Spa and Customer Satisfaction 2017 by Indonesia Business Development Award 2017.
Dan Indonesia Franchise Marketing Awards (IFMA) 2016 as The Best Marketing Campaigns 2016 for Beauty & Spa Business dari Asosiasi Franchise Indonesia dan Majalah Franchise Indonesia (kategori total investasi kurang dari Rp 1 miliar).
Yang terpenting, kata Trisya, dalam mengelola bisnis salon dan spa, kunci utamanya adalah menjaga kualitas produk dan jasa. Tapi untuk keseluruhan yang mencakup dalam organisasi perusahaan itu sendiri adalah komitmen, terus berinovasi dan jaga nama baik brand.
“Kami adakan talkshow dan kegiatan-kegiatan kreatif untuk membangun brand image dan menjaga komitmen, menjaga reputasi dan integritas sebagai pengusaha. Itu penting dalam mengelola bisnis apapun jenis usahanya!” tegas wanita kelahiran Jakarta, 28 April 1980.
Tak hanya itu, Trisya terkenal pandai bersosialisasi dan piawai membangun jaringan. Menurutnya, kalau ingin brand kita cepat dikenal orang, memang harus banyak hadir di komunitas-komunitas bisnis. “Jangan sampai monoton. Brand Bambu Spa makanya cepat naik karena saya bangun jaringan dengan komunitas bisnis,” tuturnya yang hingga sekarang dipercaya menjadi Ketua CEO Indonesia.
“Pesertanya di CEO Forum itu para direktur dan komisaris. Sahabat saya jadi banyak dan baik-baik. Kalau bicara bisnis, jangan kaget dengan situasi up and down. Kata Trisya perlu dua kata kunci, yakni tekad dan nekad! Ini berguna daripada tidak sama sekali,” tuturnya.
Tekad menjadi pengusaha sudah sejak awal terjun dan saat itu ia cuma punya mental berani. Ditambah dengan pribadi mandiri yang terbiasa cari uang sendiri. “Kalau sudah punya ambisi, saya akan terus jalani. Dulu ada yang bilang, ngapain buat PT? Kalau saya dengarkan waktu itu, mungkin usaha ini tak jadi apa-apa,” imbuhnya.
Namanya pengusaha, lanjut dia, dirinya harus urus semuanya sendiri. Wanita yang mengaku lebih suka dunia marketing ketimbang dunia akunting yang banyak menghitung. Di awal berbisnis semua hal ia dikerjakan sendiri.
Pada titik tertentu barulah ia mulai merekrut karyawan karena menurutnya pada akhirnya kita perlu orang lain membantu usaha kita. “Saya lebih banyak ke bidang marketing, bertemu dengan banyak orang namun tetap solid bekerja dalam teamwork. Kita perlu maintain dengan reputasi yang baik, berkomitmen dan berintegritas,” ucapnya.
Kalau sudah komit harus bayar orang yah harus komit bayar orang itu. Karena bisnis kita bukan hanya perlu membangun brand image untuk produk kita, melainkan kita sendiri yang memiliki produk itu harus bisa menjaga reputasi.
Ingat, pesan Trisya, image terbentuk dari orang lain yang lihat kita. Bicara persaingan, Trisya mengungkapkan, sebaiknya kita fokus membenahi diri sendiri agar esthablised. Karena saat ini spa Indonesia sudah diakui dunia terutama untuk produk-produk spa seperti Bali Spa dan Javaness Spa.
Therapis terbaik juga dari Indonesia yang bersaing dengan banyak therapis terampil dari negara-negara seperti China, Jepang, Singapure, Malaysia dan Thailand. “Indonesia punya men power, tinggal maintain untuk layanan dan kebersihan,” imbuh anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Bambang Suherman dan Yayah.
Kata Trisya, industri kecantikan akan semakin bertumbuh di tanah air mengingat bisnisnya tidak musiman. Untuk persaingan tentu semua berlomba-lomba menjadi yang terbaik. Kehadiran pesaing disini justru memicu pebisnisnya bekerja lebih baik.
Lantas, bagaimana pengusaha cantik ini melihat industri kosmetik di tanah dengan maraknya bermunculan brand-brand baru? Menurut Trisya pemicunya adalah karena cantik itu bagi masyarakat sekarang sudah menjadi satu kebutuhan.
Semua wanita sekarang ingin tampil cantik dan menarik, selain untuk pasangan juga untuk di dunia luar rumah. Maraknya bermunculan brand-brand baru menurut Trisya rata-rata produk maklon buatan pabrik. Sedangkan untuk jaringan bisnis perawatan kecantikan miliknya, diakuinya ia memesan home made yang terdiri dari rempah-rempah buatan home industri.
Menggunakan bahan-bahan organic dengan basis produksi di Bali. Ia melanjutkan, sekarang tak punya pabrik juga bisa membangun brand di industri kosmetik. Tidak usah pusing dengan urusan produksi. Sekarang semakin banyak perusahaan kosmetik besar menawarkan maklon.
Beberapa artis sebut saja Ivan Gunawan, Saskia Adhy Mecca dengan brand ZAM nya, lalu ada Prilly Latuconsina yang juga terjun ke bisnis kosmetika bahkan sudah memproduksi produknya sendiri dengan menggunakan bahan-bahan natural.
Anak perusahaan Martha Tilaar Group, PT Cedefindo sudah menawarkan kerjasama maklon sejak lama. Masuk akal kalau sekarang semakin marak bermunculan merek-merek baru. “Sekarang tinggal pintar-pintarnya membangun strategi branding dan marketing yang lebih terintegrasi,” ujarnya.
Hingga hari ini untuk packaging produk-produk kosmetik itu setahu Trisya masih banyak impor dari China. Bambu Spa yang dibesutnya boleh jadi didukung oleh kemampuannya membangun jaringan dengan banyak komunitas. Selain itu Trisya juga membangun Bambu Spa Loyalty Program dan menyelenggarakan talkshow-talkshow.
Bahkan membuat program membuka lapangan pekerjaan melalui pelatihan Bambu Beauty & Spa Academy. “Kami punya program CSR yang melibatkan ibu-ibu bahkan yang buta huruf, yang mau kerja, mau dididik, dilatih menjadi therapist yang terampil.
Gratis! Selain mendapat pembelajaran tentang spa, mereka juga kita bekali dua sertikat setelah melalui uji kompetensi Lsk Program Spa Therapist & Tata Kecantikan Rambut dan Kecantikan Kulit. Setelah itu mereka kontrak kerja 2 tahun di cabang-cabang Bambu Spa,” terang wanita tinggi semampai ini seraya mengungkapkan bila tidak melalui program ini dikenai biaya pelatihan berkisar Rp1,5-5 juta/paket.
Dan tahun ini Trisya mengembangkan sayapnya melakukan diversifikasi usaha membangun klinik kecantikan dengan nama Ministry Cliniq, yang akhir Maret mendatang outlet pertama nya akan dibuka di Jl H Samanhudi Jakarta.
Ministry Cliniq memiliki fungsi berbeda dengan Bambu Spa, Bila di Bambu Spa lebih kepada perawatan kecantikan perempuan, seperti slimming, mengencangkan payudara dan perawatan tubuh lainnya. Sedangkan Ministry Cliniq diposisikan sebagai klinik instan melayani customer yang memiliki waktu sempit dan tak bisa melakukan serangkaian proses perawatan kecantikan yang lama.
Jika Bambu Spa untuk lebih ke perawatan wanita, slimming, V spa, whitening, medicure pedicure dan perawatan payudara dengan konsumen 80% wanita, 10% pria dan 10% anak-anak. Sedangkan Ministry Clinique diperuntukkan 50:50 untuk pria dan wanita dengan menggunakan produk-produk 100% dari Eropa dan organic.
“Seperti waxing kami ambil produk dari Italia dan Jerman. Untuk body dari Paris. Treatment sekitar Rp 300 ribu sudah bisa melakukan perawatan wajah. Harganya sangat terjangkau bila dilihat produk dan alat canggih yang digunakan. Disini sasarannya adalah B+,” jelas Trisya.
Menyusul satu brand lagi yang lahir dari LCI yakni, Jamu Body Wellness yang melayani jasa refleksi, body massage dan totok wajah. “Kami juga siap meluncurkan platform online shopping April mendatang. Disitu menjual brand-brand produk local,” imbuhnya.
Businesswoman Terfavorit 2015 versi Majalah Franchise Indonesia menambahkan, ada paket perawatan kecantikan seperti totok wajah, ada voucher treatment dan sebagainya, pokoknya menjual banyak produk kecantikan dan paket treatment perawatan kecantikan.
Menurutnya kalau mau ‘kece’ harus secara holistic baik dari luar maupun dalam tubuh harus tetap kece! Trisya pribadi sebelumnya bukan termasuk perempuan yang hobby melakukan perawatan wajah dan tubuh apalagi suntik.
Karena dari kecil sebenarnya ia sosok yang tomboy, namun seiring dengan waktu ia tumbuh menjadi gadis remaja yang selalu ingin tampil cantik. Makanya ia coba melengkapi unit-unit bisnisnya yang terkait dengan kecantikan, dengan harapan ia ingin wanita Indonesia bisa tampil cantik dan sehat luar dalam. (net/pbc/smr)