Banyaknya peristiwa buruk yang terjadi akhir-akhir ini yang dikait-kaitkan dengan praktik agama oleh sekelompok orang, mendorong tokoh Tionghoa Lieus Sungkharisma minta tokoh-tokoh Islam mengimplementasikan ajaran nabi secara nyata.
semarak.co-Lieus yang dikenal pendiri lembaga Gemabudhi (Generasi Muda Buddhis Indonesia) mengatakan, kematian empat orang keluarga warga perumahan Citra Garden Kalideres yang dikait-kaitkan dengan ritual agama tertentu adalah contoh atas pengaitan kejadian buruk itu dengan agama.
Lebih parah lagi, ada mengaitkannya dengan ajaran Islam. Padahal yang mati empat warga Tionghoa, ketua RT pun orang Tionghoa, tinggal di kompleks perumahan yang mayoritas penghuninya orang Tionghoa, tapi malah ada media mengait-ngaitkan peristiwa kematian akibat kelaparan itu dengan ibadah haji dalam ajaran Islam.
“Jelas opini seperti itu sangat tendensius dan telah membuat agama disandera dan dijadikan kambing hitam untuk suatu peristiwa buruk yang tidak kita inginkan bersama,” sindir Lieus dalam rilis diterima redaksi semarak.co, Kamis malam ini (17/11/2022).
Risau melihat fenomena framing berita yang demikian serta pembentukan opini yang menyesatkan seperti itu, Lieus pun meminta kepada tokoh-tokoh Islam untuk lebih serius mengimplementasikan ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan nyata.
“Bukan tanpa alasan kalau saya meminta hal ini kepada tokoh-tokoh Islam. Sebab di Indonesia Islam itu adalah agama mayoritas. Jumlah umat Islam yang banyak di negeri ini pasti akan sangat berpengaruh besar terhadap pola pikir, prilaku dan tindakan warga bangsa ini, jika para pemimpin Islam secara bersama-sama dan kompak menerapkannya,” ujar Lieus dalam rilisnya.
Harus diingat, sambung Lieus, meski semua suku dan agama berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, namun umat Islam adalah yang paling significan perannya. “Karena apa? Karena pemeluk Islam adalah mayoritas di negeri ini,” ujar Lieus yang juga Koordinator Masyarakat Tionghoa Anti Korupsi (KomTak).
Karena itu pula, kata Lieus, permintaannya agar tokoh-tokoh Islam lebih serius mengimplementasikan ajaran Islam dalam kehidupan nyata itu bukan tanpa dasar. “Sebab ada banyak peristiwa dan kebijakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri yang mayoritas Islam ini, yang saya lihat justru bertentangan dengan ajaran Islam,” ujarnya.
Dilanjutkan Lieus lagi, “Dan anehnya, para tokoh agama Islam itu tak bereaksi alias diam saja atas semua ketimpangan tersebut. Kemudian adanya kepala sekolah yang justru disalahkan ketika meminta siswinya menggunakan jilbab.”
Atau adanya orang-orang yang meminta-minta sumbangan di jalan untuk membangun masjid atau pesantren, lanjut dia, padahal di negara yang mayoritas Islam ini ada lembaga-lembaga yang mengatur zakat, infaq dan sodaqoh seperti Baznas.
Bahkan, tambah Lieus, ada banyak tokoh agama Islam yang diam saja ketika agamanya dihinakan atau ulamanya atas nama pasal-pasal hukum, dikriminalisasi oleh seseorang atau sekelompok orang. “Situasi ini saya pikir sangat bertentangan dengan apa yang diajarkan Islam,” ujar Lieus sambil melanjutkan.
“Saya pernah mendengar seorang ulama dengan mengutip Al Quran Surah Ali Imran ayat 110, berkata bahwa; “Umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, karena Islam menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar,” kutip Lieus.
Tapi sepengalaman Lieus, umat Islam yang terbaik dan di Indonesia banyak jumlahnya ini, sebenarnya masih belum bisa memberi rasa nyaman dan damai kepada yang merasa minoritas. “Terus terang saja, sampai hari ini banyak orang Tionghoa yang beragama nonmuslim, masih suka was-was. Takut kalau peristiwa 1998 terjadi lagi,” tuturnya.
Dalam hal penegakan hukum dan keadilan, rinci dia, kondisi yang dirasakan juga sama. Penegakan hukum dan keadilan, ujar Lieus, belum sebagaimana yang diharapkan. “Hukum masih tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Apa yang dialami advokat Alvin Lim adalah contohnya,” ujar Lieus yang beragama agama Buddha.
Karena itulah Lieus sangat berharap para tokoh Islam, apapun mazhab dan organisasinya mau duduk bersama dan mendiskusikan hal-hal paling mendasar dalam kehidupan berbangsa ini secara bersama-sama.
Sebagai umat terbaik dan menjadi penegak keadilan di muka bumi karena Allah yang berkasih sayang karena cinta pada sesama, pesan Lieus, sudah saatnya tokoh-tokoh Islam meluruskan kembali jalan bangsa ini dalam kehidupan bernegara.
“Bukan malah sebaliknya, hari ini kita justru melihat ajaran Islam selalu diejek dan selalu dijadikan kambing hitam,” tegas Lieus diakhir rilis yang diterima redaksi semarak.co.
Diketahui sebelumnya, Liues telah buka suara atas peristiwa yang dianggapnya buruk dengan meminta semua pihak terutama masyarakat luas tidak menyalahkan siapa pun. Menurut Lieus, malah kita semua yang bersalah dengan kabar meninggalnya empat orang dalam satu keluarga diduga akibat kelaparan pada Jumat (11/112022).
Ke empat orang itu adalah warga RT 07 RW 15 Perumahan Citra Garden, Kalideres. Mereka adalah dua lelaki dan dua perempuan. Yakni RG berusia (71 tahun), RM (68 tahun), DF (42 tahun), dan BG (68 tahun). Posisi mereka ketika ditemukan masing-masing berbeda. Ada yang di depan, ada yang di kamar tengah dan ruang tamu.
Lieus mengaku prihatin atas reaksi dari berbagai pihak. Ada yang prihatin, ada yang menyesalkan Gubernur DKI Jakarta, dan tak sedikit pula yang menyalahkan pemerintah pusat. “Pasti ada yang salah dalam sistem sosial kita. Tapi kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa atas peristiwa ini. Sebab yang salah adalah kita semua,” ujar Lieus.
Terlepas dari apapun komentar dari aparat dan para nitizen atas kematian ke empat orang itu, Lieus menyebut, kematian warga negara di sebuah negara yang sudah 77 tahun merdeka disebabkan karena kelaparan adalah suatu yang sangat menyedihkan.
Ditambahkan Lieus, apapun status mereka, miskin atau tidak, penerima Bansos atau tidak, semua kita, terlebih lagi warga di perumahan Citra Garden tersebut, bertanggungjawab atas setiap warga yang ada di lingkungan itu.
“Itulah pentingnya menumbuhkan kepedulian. Jangan kita baru membantu orang, baru peduli pada sesama kalau diminta. Kalau saja kita semua punya perhatian dan kepedulian terhadap orang-orang di sekitar kita, saya yakin peristiwa seperti ini tidak akan terjadi,” ujar Lieus.
Dalam ajaran Islam, kata Lieus sebagaimana yang disampaikan oleh salah seorang temannya yang muslim, bahwa Rasulullah Muhammad Sallallahu Alaihi Wassalam sangat marah dan menganggap orang yang tak peduli kepada tetangganya yang kelaparan sebagai orang yang tidak beriman.
Dalam hal ini, ujar Lieus, temannya itu menyampaikan sebuah hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh At-Thabrani bahwa: “Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang semalaman sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya, padahal ia mengetahuinya.”
Karena itulah tambah Lieus, dalam ajaran sebagaimana yang disampaikan Rasulullah Muhammad SAW, Islam mengharuskan adanya alokasi dana khusus dengan jumlah tertentu dari harta orang-orang kaya baik berupa zakat, infaq maupun sedekah.
Seperti disebutkan oleh temannya yang muslim itu, Lieus menyebut Rasulullah dalam hadits riwayat Imam Bukhari bersabda: “Zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka, adalah untuk didistribusikan kepada kaum miskin di antara mereka.”
Lebih jauh Lieus menyebut, makan dan minum adalah kebutuhan pokok setiap manusia. Karena itulah semua agama di muka bumi ini mengajarkan pada umatnya untuk berbagi makanan pada siapapun bagaimanapun keadaannya. Ajaran berbagi makanan ini, tambah Lieus, bahkan tidak dibeda-bedakan apakah seseorang itu kaya atau miskin.
“Dalam Islam diajarkan agar kita selalu berbagai kepedulian, termasuk berbagi makanan pada 40 orang tetangga di depan, di belakang, di samping kiri dan kanan rumah kita. Saya pikir ini ajaran kepedulian yang sangat baik,” tuturnya.
Sebab, lanjut dia, dalam beberapa beberapa kondisi, orang apapun statusnya bisa saja kesulitan mendapatkan makanan. Misalnya disebabkan keadaan ekonomi atau penyakit. “Karena itulah mengapa kita dituntut untuk peduli pada tetangga di sekitar kita. Setidak-tidaknya dengan berbagi makanan,” sindirnya.
Dengan begitu, pinta dia, kita bisa saling mengetahui keadaan orang-orang yang ada di sekitar kita. Atas rasa kepedulian dan berbagi makanan itu jugalah Lieus dan kawan-kawan bersama Warung Makar miliknya yang ada di Jalan Gajah Mada 16 B Jakarta Pusat melaksanakan bakti sosial berbagi makanan ke kelurahan Krukut, Taman Sari, Jakarta Pusat.
Kegiatan berbagi makanan yang disiapkan oleh ibu-ibu PKK itu dipusatkan di Pos RW 05 Kelurahan Krukut. “Yah, sekedar untuk berbagi saja. Daripada kita saling menyalahkan, lebih baik langsung bertindak. Iya toh? Sekalian untuk melihat kondisi tetangga saya di sini. Saya tak mau peristiwa di Kalideres terulang lagi,” pungkasnya. (smr)