Oleh Ahmad Khozinudin *
semarak.co-Isu kudeta militer China, dikabarkan merebak usai sejumlah netizen membincangkan rumor Xi Jinping telah dicopot sebagai kepala Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China dan telah ditempatkan di bawah tahanan rumah. Jenderal Li Qiaoming disebut ada dibalik kudeta yang menerpa rezim komunis China.
Sejauh ini, baik Partai Komunis China (PKC) yang berkuasa di negara itu maupun media pemerintah China belum memberikan konfirmasi resmi. Sementara itu, sejumlah penerbangan dari dan menuju Beijing pada Sabtu (24/9) dibatalkan.
Sebagai rezim yang totaliter yang berhaluan kiri, sepinya pemberitaan atau tidak adanya keterangan resmi dari pemerintah China maupun partai berkuasa, bukan berarti isu kudeta hanya isapan jempol semata. Justru, ketiadaan pemberitaan itu boleh jadi konfirmasi sedang terjadi ‘ketegangan politik tingkat tinggi’ dikalangan elit politik dan petinggi partai berkuasa.
Otoritas China, bisa saja melakukan kontrol penuh terhadap media dan publik, sebelum situasi politik benar-benar terkendali, melalui terjadinya sejumlah kondisi, yaitu:
Pertama, kudeta sukses sehingga media baru akan dibuka dalam konteks mengabarkan peralihan kekuasaan dari Xi Jinping kepada otoritas yang mengkudeta. Pernyataan normalisasi aktivitas sipil di kalangan rakyat, termasuk menormalisasi hubungan luar negeri yang tetap terikat dengan berbagai komitmen yang telah disepakati.
Pengumuman ini jelas akan meminimalisasi resiko chaos antar elemen rakyat dan menurunkan citra China di mata internasional, ketimbang sejak dini mengabarkan proses kudeta yang belum tentu berhasil, sehingga keadaan ini dapat dimanfaatkan musuh China utamanya Amerika yang selama ini berusaha mengisolasi China dengan memobilisasi kekuatan negara kawasan.
Kedua Kudeta gagal sehingga otoritas China akan mengumumkan negara dalam keadaan baik-baik saja. China dapat mengumumkan rumor yang beredar hanya hoax semata.
Selanjutnya, rakyat dihimbau untuk melakukan aktivitas seperti biasa. Dan China segera menetralisir hubungan luar negeri dengan melakukan sejumlah kegiatan yang mengesankan tidak pernah terjadi apa-apa di China.
Ketiga, terjadi sejumlah kompromi politik. Kudeta tidak disebut berhasil, tidak juga gagal. China mampu mengkonsolidasi dinamika internal baik dengan berbagi kekuasaan, atau melakukan sejumlah perubahan kebijakan strategis baik dalam dan luar negeri.
Selanjutnya, bisa saja isu didiamkan, tidak perlu diklarifikasi dan dianggap tidak pernah ada. China, selanjutnya mengalihkan konsentrasi dunia dengan segera melakukan sejumlah kegiatan yang menormalisasi isu.
Kudeta dalam negara totaliter termasuk di rezim China adalah hal yang lumrah dan niscaya. Perubahan-perubahan dalam negara berhaluan sosialis komunis dengan ciri totaliarisme hanya mampu dicapai melalui konfrontasi, revolusi, baik menggunakan kekuatan rakyat (people power) maupun militer (kudeta).
Dalam sistem sosialisme komunisme, Pemilu hanya dijadikan landasan legitimasi formil saja. Partai penguasa sejatinya yang memiliki otoritas penuh terhadap kekuasaan. Dan perubahan kepemimpinan partai dan negara, biasanya dicapai melalui jalan kudeta.
Bagaimana dengan kondisi China sesungguhnya ? []
*) Sastrawan Politik/youtu.be/wzNp85jgIrY
sumber: WAGroup WASPADAI KOMUNIS (postMinggu25/9/2022/udin)