Gelaran Bamboo Lighting Festival di Ketep Pass Magelang meraih sukses. Upaya menghidupkan wisata malam di kawasan sejuk Lereng Merapi itu berhasil dengan baik. Terbukti selama tiga hari festival digelar, 20-22 Oktober 2017, pengunjung tercatat mencapai 5.432 orang.
“Alhamdulillah. Pengunjung membludak. Melebihi target yang kami tetapkan,” ujar Edward Alfian,Kepala Bidang Promosi dan Pemasaran Ketep Pass, Senin (23/10).
Pengunjung Festival Bambu yang baru pertama digelar di Indonesia ini tidak hanya datang dari Magelang. Dari plat mobil yang terparkir, beberapa datang dari luar kota seperti Semarang, Salatiga, Solo, Yogya dan sekitarnya. Bahkan ada yang datang dari Samarinda, Kalimantan Timur.
“Saya penasaran dengan event ini. Bambu yang dibuat lampu dengan berbagai ukiran dan ukuran, pasti keren. Ternyata benar-benar keren,” ujar Fatah yang tinggal di Samarinda dan datang bersama anak dan istrinya. Fatah datang Sabtu malam saat bintang tamunya Uyau Moris.
Ya, festival Ketep ini memang tidak hanya menyuguhkan keindahan bambu ukir yang dijadikan lighting dan menerangi gelapnya Puncak Ketep. Serangkaian kegiatan seni budaya pun menyertai. Mulai dari kirab kesenian tradisional sejumlah Desa Wisata Kabupaten Magelang, stand pameran produksi Bamboo Lighting, Gunungan, pameran Tosan Aji ( Keris Sejarah) dan pentas musik.
Tidak hanya musik jazz, berbagai aliran musik pun tampil dalam gelaran di ketinggian 1.200 mdpl ini. Uyau Moris, yang tampil pada malam Minggu, memang tampil spesial. Musisi dengan alat musik Sape (khas Dayak) ini mampu menghangatkan dinginnya Ketep Pass. Kabut yang sempat turun, membuat panggung tampak seperti menggunakan smoke dry ice. Kabut putih itu diterpa sorot lampu warna-warni menjadi indah sekali.
Sejumlah lagu hits mengalun. Pengunjung pun turut melantunkan syair lagu yang musiknya dimainkan Uyau Moris. Di akhir pertunjukan yang dihadiri Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang dan Ketua DPRD Kabupaten Magelang ini, Uyau Moris mengajak pengunjung menyanyikan ‘Rayuan Pulau Kelapa’.
Lampu panggung dimatikan. Dengan penerangan lilin bambu dan lampu hape yang dinyalakan, suasana malam pun menjadi syahdu dan khidmat. Usai pentas malam itu selesai, pengunjung banyak yang tak beranjak dari sekitar panggung. Ada yang berebut foto bersama Uyau Moris. Ada yang berfoto di spot lampu Lighting Bamboo.
Pengunjung baru benar-benar bersih saat Pengelola Ketep Pass menyampaikan pengumuman lewat pengeras suara bahwa pukul 23.00 lokasi akan ditutup untuk persiapan kegiatan Minggu pagi. Yakni pameran Tosan Aji (keris tradisional).
Kegiatan yang digelar Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Magelang bersama warga dan Pengelola Ketep Pass ini akan dijadikan kalender wisata rutin tahunan. “Kami akan lakukan evaluasi demi perbaikan penyelenggaraan tahun depan. Berbagai masukan kami terima untuk penyempurnaan,” tandas Edward Alfian.
Apresiasi juga datang dari Menpar Arief Yahya yang terus memperhatikan perkembangan Borobudur sebagai ikon destinasi prioritas Joglosemar. Jogja Solo Semarang adalah segitiga yang dikembangkan bersama, dengan ikon Borobudur, yang sudah mendunia. “Events pendukung atraksi di destinasi Joglosemar itu menjadi sangat penting dan harus dipromosikan,” kata Arief Yahya.
Event itu, lanjut dia, rumusnya 50% untuk operasional, sisanya yang 50% dimanfaatkan untuk media. Hampir semua daerah, bahkan juga di pusat, komposisi ini selalu sulit dicapai. Yang terjadi, hanya berkonsentrasi di event, tanpa memakai media publishing-nya. “Karena itu, Kemenpar selalu inisiatif untuk membesarkan informasi event melalui convergent media, yakni menggabungkan Paid Media, Own Media, Social Media dan Endorser,” jelas Arief Yahya. (webtorial/viv/lin)