Program Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar sidang terbuka Promosi Doktor Ilmu Bahasa dan Sastra Islam oleh Muhammad Wildan, di gedung UIN, Ciputat, Selasa (23/10). Desertasi Wildan berjudul Kontestasi Islam di Facebook Study Sosiolinguistik pun dinyatakan lulus dengan sangat memuaskan dan berhak menyandang gelar Doktor yang ke 1076 dengan nilai IPK 3,58.
“Dengan hasil yang telah ditetapkan ini, maka promovendus dengan segala hak kehormatan dan kewajiban yang telah ditetapkan, Anda adalah doctor yang ke 1076. Walau ijazah belum dikeluarkan. Anda berkewajiban memperbaiki kesalahan-kesalahan dari masukan data-data tambahan sesuai pertanyaan yang diajukan para penguji,” ujar Prof Masykuri Abdillah menjelang penutupan sidang yang didampingi promoter Prof Sukron Kamil, Prof Andi Faisal Bakti, sekretaris sidang Prof Didin Saefuddin, dan tiga penguji Prof Mashadi Said, Prof Ahmad Thib Raya, dan Prof Zulkifli.
Selain itu, lanjut Masykuri, disertasi y ang telah diperbaiki wajib diterbitkan oleh penerbit yang credible dan sebagai anggota SBN. “Terakhir, desertasi harus diserahkan ke bagian perpustakaan. Selanjutnya silahkan para undangan untuk memberi ucapan selamat kepada Doktor Wildan,” ujar Masykuri dan kemudian mengetuk palu sidang tanda berakhir sidang terbuka promosi doctor.
Proses jalannya sidang relatif cepat. Walaupun banyak pertanyaan, kritikan, dan masukkan dari para penguji, tapi karena Wilda mampu menjawab semua pertanyaan penguji, akhirnya sidang para penguji di ruang tertutup untuk menentukan apakah promopembus lulus atau tidak berlangsung singkat. Tak kurang dari 10 menit, ketua bersama enam penguji keluar dari ruangannya dan sidang dibuka kembali untuk menyatakan Wildan lulus.
Wilda sempat meneteskan air mata saat diminta memberikan sambutan atas kelulusanya. Sehingga tak banyak yang diucapkan Wilda. Di temani ibunya Fuadiyah dan istri Yuli Suryani dan kedua anaknya, Wafie Kenzie Samawie dan Abdurrahman Sudais Samawie, dan petinggi Universitas Pamulang tempat Wilda bekerja selama ini, Wilda mengatakan, harusnya ayahnya ikut mendengar kebahagiannya itu. Tapi karena 12 hari sebelum tanggal sidang promosi itu, ayahnya meninggal dunia, maka tinggal ibunya saja menemani.
“Saya sudah berusaha keras mengobati ayah saya ke Rumah Sakit Fatmawati Jakarta, tapi Allah berkehendak lain. Tadinya kebahagiaan ini ingin saya persembahkan untuk ayah saya. Tapi hari ini hanya ibu saya yang jadi saksi sekaligus ikut merasakan kebahagiaan saya ini,” ujar Wildan tanpa melanjutkan lagi karena sudah berlinang air mata.
Berkat kematangan dan penguasaan terhadap materi disertasi, Wildan mampu menjawab semua pertanyaan penguji. Ini diakui Sukron Kamil. “Setiap tulisan pasti ada kekurangan, tapi justru pertanyaan-pertanyaan dalam ujian itu tujuannya untuk melengkapi. Namanya test atau ujian, jadi harus ada yang ditanya-tanya kan?” ujar Sukron, penguji yang juga promotor usai sidang.
Menurut Sukron, apakah haknya orang yang mengelompokkan dirinya pada fundamentalis? “Saya sempat bercanda tadi, apakah Pak Thib (penguji lain,red) digolongkan radikal karena setiap ada orang yang cantik menulis di akunnya, lantas diblokir orang. Karena Pak Thib ini pendakwah atau orang saleh?. Ini harus jelas,” ujarnya.
Padahal lanjut dia, ada orang yang memang awalnya mau merayu sesuai tujuannya, tapi dalam perjalannya berubah menjadi dakwah. Ambil contoh, seorang kiai kondang di Jawa Timur yang konon mobilnya distop wanita cantik di tengah jalan menuju pengajian. Kiai dengan sorban dan jubahnya serba putih itu, lantas menerima wanita itu naik ke mobilnya. “Nah di dalam mobil, wanita cantik ini diceramahi dan diajak ikut masuk tempat pengajian. Karena pakaiannya serba seksi, maka kiai meminta panitia membawakan mukena. Setelah pakai mukena dan sarung, wanita cantik itu ikut turun bersama kiai. Tak diduganya, para jamaah pengajian ikut menyalami bahkan ada yang mencium tangannya. Bisa jadi dikira kerabat atau keponakan kiai, karena jalan bersama. Ini bikin wanita itu terenyuh dan terharu. Akhirnya dia pun berhenti jadi wanita murahan bahkan rajin ibadah. Jadi inilah yang harus hati-hati dalam melakukan kategorisasi fundamentalis, moderat maupun liberal,” ulas Sukron.
Lebih jauh Sukron mengakui, para penguji umumnya memberi nilai 91,6 karena puas atas jawaban pertanyaan yang diajukan para penguji. Maka sidang promosi ini menunjuk dan menetapkan bahwa promovendus dinyatakan lulus dengan nilai sangat memuaskan. “Jadi komparasi banyak pertanyaan, kritikan, dan masukan penguji itu, pertama melihat dari nilai-nilai yang lalu, dari proses belajar hingga waktu proposal. Kemudian proses bimbingan dimana membuat perbandingan pembimbing memberi penekanan, dan terakhir jawaban-jawaban promovendus. Karena akan ketahuan kalau dia yang menulis sendiri atau bukan dia alias dibuatkan orang,” ungkapnya.
Itu, lanjut dia, aspek positif yang luar biasa dan kalau salah diakui oleh promovendus. “Dia tidak ngotot. Selalu ada yang sudah salah, tapi ngotot tidak mau mengakui kesalahan. Ini yang menambah nilainya sangat memuaskan,” pujinya.
Diakui, desertasi ini terbilang sensitif di tengah masyarakat. “Ke depan setelah menjadi buku atau konsumsi publik, maka namanya pro kontra itu bisa saja. Apalagi ini tentang kontestasi. Jadi nanti ada yang dukung fundamentalis, moderat, maupun liberal. Itu biarkan jadi isu bersama,” tutupnya.
Sementara Wildan mengatakan, disertasi ini menunjukkan bahwa bahasa menjadi penggerak kontestasi Islam di ruang facebook. “Melalui bahasa, aktifitas facebook berlatarbelakang perseorangan, kelompok, dan institusi menggulirkan isu-isu Islam fundamentalis, moderat, dan liberal. Sehingga bermetamorfosis menjadi kesalehan masyarakat bahasa sebagai cerminan kesalehan masyarakat siber,” ungkap Wildan, yang Kaprodi Sastra Indonesia Universitas Pamulang (Unpam).
Disertasi ini, lanjut Wildan, mengemukan dua masalah. Bagaimana Islamisasi facebook sebagai ruang publik daring jika dilihat dari kontestasi Islam, dan bagaimana tinjauan masyarakat bahasa dalam perdebatan konstestasi di facebook? “Sejatinya studi sosiolinguistik mengamati fenomena pemakaian bahasa secara holistik. Bahkan melalui studi ini pemahaman keagamaan aktifis facebook tercermin dalam bentuk lingualnya,” tuntas lulusan Bahasa dan Sastra Arab UIN (2007) dan lulusan S2 UGM (2010). (lin)