Dinilai tak Realistis, Dibalik Softbank Batal Investasi di Proyek Ibu Kota Negara Baru

Agustinus Edy Kristianto. Foto: profil m.facebook.com/story.php?story_fbid

Batalnya investasi Softbank membuktikan omong kosong pemerintah soal investor ibu kota negara (IKN) baru. Proyek ambisius Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu pada akhirnya bakal bergantung pada anggaran negara. Batalnya investasi Softbank seharusnya membangunkan Jokowi yang tengah terbuai mimpi tentang ibu kota baru.

semarak.co-Ini menunjukkan bahwa megaproyek IKN Nusantara tak menarik bagi investor yang rasional. Ujung-ujungnya, proyek senilai Rp510 triliun itu bakal bergantung pada anggaran negara dan utang. Jika itu yang terjadi, betapa besar beban negara akibat proyek impian Jokowi ini.

Bacaan Lainnya

Menurut kabar yang dilansir media Jepang, editorial tempo di Koran Tempo 14 Maret 2022 melaporkan, Nikkei, pada Jumat lalu, Softbank menyatakan tidak lagi berinvestasi dalam proyek IKN Nusantara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.

Investasi untuk Indonesia hanya akan disalurkan melalui skema Softbank Vision Fund yang membidik perusahaan rintisan atau start-up. Keputusan Softbank seolah-olah menampar wajah para pejabat pemerintah yang mengklaim perusahaan itu mau mendanai megaproyek IKN Nusantara.

Pada Januari dua tahun lalu, misalnya, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marvest) Luhut Pandjaitan menyatakan Softbank akan menyuntikkan dana US$100 miliar. Atau sekitar Rp1.430 triliun untuk proyek ibu kota baru.

Belakangan, klaim itu ia turunkan menjadi “hanya” US$ 25 miliar. Atau Rp357 triliun. Tapi itu pun tak menyurutkan niat Jokowi untuk menunjuk bos Softbank, Masayoshi Son, sebagai anggota dewan pengarah proyek IKN. Klaim kosong terjadi bukan hanya ihwal Softbank.

Pemerintah juga mengumbar kabar-kabur soal komitmen investor dari Timur Tengah. Pemodal dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) diklaim bakal menjadi penyandang dana proyek perkotaan modern hingga kawasan industri hijau bernilai ratusan triliun rupiah.

Namun, sampai kini, belum ada satu pun perjanjian investasi yang diteken. Di tengah krisis akibat pandemi seperti saat ini, sulit berharap investor mau masuk pada proyek raksasa seperti pembangunan IKN Nusantara.

Dalam kacamata pemodal, proyek jangka panjang semacam itu kalah menarik dibanding investasi langsung pada industri pertambangan, perkebunan, properti, atau sektor manufaktur yang imbal hasilnya lebih terukur.

Softbank saja memilih start-up digital yang potensi pertumbuhannya lebih kentara, meski keuntungannya tak bisa diraih dalam waktu singkat. Pengusaha mungkin lebih tertarik menjadi kontraktor, bukan penyandang dana pembangunan IKN Nusantara.

Di samping imbal hasil investasi yang tidak jelas, investor juga mencermati penyusunan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2022 tentang IKN Nusantara yang asal terabas. Belum lagi kerusakan hutan dan ekosistem yang menjadi ekses negatif proyek IKN.

Pemerintahan Jokowi seharusnya paham bahwa investor di negara maju semakin banyak yang peka terhadap aspek legalitas, keberlanjutan, serta dampak lingkungan sebuah megaproyek. Siapa yang mau merugi bila di kemudian hari proyek ini batal karena dasar hukumnya dianulir, atau proyeknya dipersoalkan lantaran merusak lingkungan.

Agaknya sulit membangunkan Jokowi yang kini sedang menggelar kenduri “Kendi Nusantara” di lokasi calon ibu kota baru. Alih-alih menghitung ulang risiko proyek mercusuar itu, Jokowi malah meminta para gubernur membawa puluhan kendi berisi tanah dan air dari seluruh penjuru negeri ke tempat kenduri. Jika sudah begini, silakan saja berharap bahwa kendi-kendi itu bertuah mendatangkan investasi. (tpc)

Mengutip m.facebook.com/story.php?story_fbid Agustinus Edy Kristianto yang memposting terkait mundurnya Softbank dari akun facebook pribadinya, tulisan Edy diberi judul: Softbank pintar. Pejabat kita—maaf—sebaliknya! Investasi US$100 miliar di Ibu Kota Negara (IKN) itu cuma janji manis. Seharusnya sudah tahu dari dulu!

Lagipula duit US$100 miliar (kira-kira Rp1.430 triliun) itu duit apa? Itu bukan duit yang mau dikasih ke Indonesia seperti kata Menko Investasi (Luhut). Asal tahu, itu duit yang terkumpul di Vision Fund (Venture Capital Softbank). Hasil keliling-keliling Masayoshi Son dan Rajeev Misra (CEO Vision Fund, bekas trader di Deutsche Bank) tahun 2016.

US$45 miliarnya dari Mohammed bin Salman (Putra Mahkota Arab Saudi). Kenapa dikasih, karena Son menjanjikan keuntungan US$1 triliun kalau putra mahkota mau setor US$100 miliar. Akhirnya cuma dikasih segitu US$45 miliar itu.

Sisanya saweran dari Apple, Qualcomm, Foxconn, Sharp, Mubadala (Abu Dhabi). Tahun 2017 Vision Fund US$100 miliar diluncurkan. Itu terbesar bagi sejarah Softbank. Jadi mitra utama Vision Fund Softbank itu Arab Saudi!

Jangan dipikir Softbank itu akan kasih dana ke Indonesia sebagai investasi, lalu kita membayangkan pembangunan massif yang menyerap lapangan kerja. Bukan! Bisnis utama Softbank ini awalnya Bank of Software (distributor software).

Selanjutnya menjadi usaha modal ventura yang menanamkan investasi di start-up. Misalnya, Yahoo Japan dan Alibaba (kini ikut diinvestigasi pemerintah China). Tapi, sebenarnya bisnis utamanya adalah STORYTELLING. Jualan kecap sana-sini.

Son memang jago pidato bin ngoceh. Visinya 300 tahun untuk masa depan. Kecerdasan buatan akan berkuasa. Siapa menguasai data, menguasai dunia. Makanya tak ada gunanya Softbank kasih ke IKN yang sarat kontroversi, risiko politik, ribet, belum lagi urusan dengan birokrasi yang makan waktu dan biaya.

Buat apa susah-susah dapat profit dari IKN kalau dari Tokopedia saja bisa. Akhirnya dia investasi di situ. Namanya GoTo sekarang. Nanti mau cari uang dari IPO di bursa. Itu tujuannya. Sesuai dengan visinya: dapat profit, dapat data. Data manusia Indonesia dengan segala perilaku belanja dan segalanya yang ada di aplikasi. Big data!

Mungkin, saya pikir, Softbank ketawa-ketawa sambil menulis siaran pers pembatalan investasi IKN. Ya, iyalah! Tujuan sudah tercapai. 29 Juli 2019, Presiden Jokowi ketemu Son. Salah satu yang ikut Wishnutama Kusubandio. Waktu itu masih Komisaris Utama Net TV. Wishnutama diangkat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 23 Oktober 2019.

Lalu 37 hari kemudian didapuk jadi Komisaris Tokopedia. Suatu rangkap jabatan yang saya ulang-ulang sejak lama tapi tak pernah dihukum sesuai UU Kementerian. Lalu ia direshuffle. Lantas menjabat Komisaris Utama Telkomsel sejak Februari 2021. Ya, cakep kalau begitu.

Sebab, Telkomsel (anak usaha Telkom) yang mengucuri Rp6,4 triliun ke GoTo dalam wujud obligasi tanpa bunga. Ini juga hal yang sering saya ulang-ulang, karena di dalam GoTo terdapat nama kakak Menteri BUMN sebagai komisaris dan pemegang saham. Akta terakhir, si kakak itu pegang 1 miliaran lembar saham GoTo di harga Rp1/lembar.

Jadi kalau nanti harga IPO GoTo Rp500/lembar, kekayaan kakak menjadi Rp500 miliar. Dugaan korupsi dan konflik kepentingan ini sudah saya laporkan ke KPK, tapi tidak ditindaklanjuti. Mungkin KPK sedang sibuk menghafal lagu Hymne KPK karangan istri ketuanya itu.

Kepemilikan Softbank di GoTo tercatat di laporan keuangan terakhirnya (per 31 Desember 2021). Bunyinya: “In the first quarter, SVF1 exchanged all of its shares in PT Tokopedia (Tokopedia) for shares in GoTo, a newly formed company as a result of merger between Tokopedia and PT Aplikasi Karya Anak Bangsa.

This share exchange is treated as a full exit (entire sale) from the investment and an acquisition of a new investment, with the sale price and acquisition cost being recorded in gross, respectively, and with the difference between the acquisition cost of shares initially held and sale price (acquisition cost of the exchanged shares) being recorded as realized gain and loss on the investments.”

Besar kemungkinan dugaan saya, Softbank menjanjikan investasi di IKN dengan segala tetek-bengek Smart City dsb (yang mana akhirnya Jokowi angkat Son sebagai Komite Pengarah IKN) supaya urusan GoTo lancar, tujuan utamanya. Lucu nanpandir, kan?

Per 31 Desember 2021, Softbank loss (rugi) 551 miliar Yen (kira-kira Rp60-an triliun). Kerugian (unrealized) terbesar di saham T-Mobile dan Deutsche Telekom. Bagaimana mau kasih ke Indonesia kalau mereka pusing begitu. Belum lagi kalau putra mahkota Arab Saudi menagih janji US$1 triliun itu. Ya, beginilah bisnis kecap.

Yang kasihan rakyat Indonesia. Ada yang meninggal karena antre minyak goreng, sembako mahal, ditipu affiliator trading palsu, kejerat utang pinjol, nyangkut disuntik modal (sunmod), dikejar-kejar debt collector, PHK yang semakin banyak.

Geregetan lihat Crazy Rich (di mana putra bungsu Presiden juga ikut menjadi pengurus perusahaan hiburan yang rutin menayangkan konten flexing); yang kaya dari batu bara makin kaya, masih terima gaji dan fasilitas negara pula sebagai pejabat.

Yang anaknya 10 orang terkaya pun masih digaji Rp51 juta/bulan sebagai staf khusus Presiden, yang kata Jokowi sendiri tugasnya sebagai teman diskusi. Mahal sekali bertemannya!

Harusnya, inilah saat yang tepat untuk masuk gorong-gorong lagi. Menyembunyikan muka, malu, melihat rakyat susah. Negara tidak bisa dipimpin model begini, oleh orang yang kualitasnya, ya begitulah. Tahu sendiri. Ini aneh dan menjengkelkan.

Terakhir, Pemerintah Bengkulu diminta kirim air di tempat pengasingan Presiden Soekarno ke IKN. Lalu para gubernur diajak berkemah di situ. Sebagian besar gubernur tidak menginap.

Saya pun sadar mengapa pemilu 2024 mau ditunda (mungkin dihilangkan sama sekali). Pantas. Sebab, bersama Presiden Jokowi, kita hendak membangun kerajaan. Buat apa ada pemilu! (aek)

Salam.

 

sumber: WAGroup PAMEKASAN GERBANG SALAM (postSelasa15/3/2022/rwrln)/WAGroup Forum Mitra ATR/BPN (postSelasa15/3/2022/alirarpani)/ m.facebook.com/story.php?story_fbid Agustinus Edy Kristianto

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *