Janjikan Renovasi Masjid Al Mansyur, Anies Minta Warga Isi Kegiatan yang Produktif

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dikerumuni warga dari mulai turun mobil hingga memasuki masjid. Antusiasme mereka menciumi tangan Anies baik datang maupun pulangnya

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi magnet besar bagi kalangan umat Islam. Itu terlihat saat Anies menghadiri acara peringatan haul ke-50 KH Muhammad Mansyur, dan 300 tahun berdirinya Masjid Jami Al Mansyur di Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, Minggu pagi (22/10). Ini membuktikan Anies tidak mengenal kata hari libur dalam bertugas melayani warga. Karena sepulang dari Jembatan Lima, gubernur pasangan Sandiaga Uno ini meluncur ke Galeri Nasional, Gambir Jakarta pada acara acara “Santri of The Year”

Anies memuji Masjid Jami Al Mansyur karena tak banyak bangunan atau masjid yang bisa mencapai umur 300 tahun. Bahkan, ia menyebut Masjid Jami Al Mansur merupakan cagar budaya yang dimiliki Pemprov DKI Jakarta. Karena bangunan sudah cukup tua, Anies berjanji akan merenovasi bangunan cagar budaya tersebut. Masjid Jami Al Mansur sudah mulai tua sehingga perlu perawatan. Bangunan ini sudah menjadi cagar budaya sejak tahun 1988. Insya Allah, Pemprov DKI akan memprioritaskan renovasi masjid ini.

“Saya hadir di Masjid Al Mansur memperingati 300 tahun berdirinya masjid ini. Tidak banyak bangunan, juga masjid yang berusia sampai 300 tahun. Ini adalah cagar budaya yang sudah diakui sejak tahun 1988. Kita ingin masjid Jami Al Mansur dirawat lagi dan dipastikan jika saat ini sudah berusia ratusan tahun, insya Allah akan bisa lewat 300 tahun yang akan datang,” kata Anies.

Melihat kondisi masjid yang sudah tua, Anies menuturkan, pihaknya ingin agar masjid ini menjadi salah satu tempat untuk bisa diprioritaskan dalam renovasi. “Karena tanda-tanda ketuaan sudah makin tampak. Apalagi kalau lihat kayu-kayunya sudah tidak bisa dinaiki. Kalau kita liat tangga-tangganya ke atas sudah berbahaya. Sementara ini adalah sebuah warisan budaya bukan sekadar bangunan. Pemda DKI akan memprioritaskan untuk merenovasi tempat ini,” ucap Anies yang ditemani cicit pendiri Masjid Ustad Yusuf Mansyur dan Ketua ICMI Jimly Assyidiqie, serta sejumlah ulama nasional.

Namun, mantan menteri pendidikan ini belum menjelaskan berapa anggaran yang digelontorkan untuk merenovasi masjid ini. “Belum sampai anggaran. Kami akan liat apakah bisa dimasukkan di APBD 2018, kalau masih bisa kita lakukan, kalau tidak akan kita lakukan di berikutnya,” katanya.

Anies mengatakan, banyaknya bangunan dan masjid tua di Jakarta dapat menjadi potensi pertumbuhan perekonomian. Salah satunya adalah dengan menjadikan bangunan dan masjid tua tersebut menjadi tempat wisata. “Jakarta ini banyak bangunan tua. Di sini ada sekolah yang berdiri tahun 1900, ada gedung Masjid yang 300 tahun. Kita ingin di Jakarta ini bisa dimanfaatkan untuk tujuan wisata saja itu potensinya besar sekali,” kata gubernur yang baru menjabat tujuh hari pada Sabtu ini.

Untuk mencapai tujuan tersebut, mantan rektor Universitas Paramadina ini mengatakan, masjid harus dapat dikelola dengan baik. “Kalau negara dan tempat lain belum tentu punya koleksi sebanyak kita. Tinggal diatur sehingga menjadi tempat yang nyaman, mudah dijangkau dan Insya Allah akan memberikan dampak ekonomi juga,” katanya.

Banyak bangunan tua di Jakarta yang merupakan peninggalan Belanda. Namun, masjid Jami Al dibangun melalui keringat umat Islam di Ibukota. Anies pun mengajak warga Jembatan Lima untuk memakmurkan Masjid Jami Al Mansur, bukan saja melihat sebagai bangunan tapi sebagai pusat kegiatan masyarakat. “Ini jadi amal jariyah bukan saja bagi para pendiri, maka saya berharap jamaah terus merawat agar tetap lestari. Kembalikan anak anak kita dari Maghrib hingga Isya kembali berada ke masjid. Ajak kegiatan warga kampung juga berada di masjid. Ini bagian dari ikthiatir kita semua untuk menjadikan tempat tempat yang bisa bermanfaat untuk kegiatan masyarakat yang produktif,” ajaknya.

Keberadaan masjid bersejarah ini sekaligus menjadi salah satu saksi perjalanan umat Islam di Indonesia, khususnya Jakarta lebih dari 300 tahun. Masjid merupakan simbol kemenangan dan perjuangan muslim. Karena itu perbaikan masjid harus, seperti bangunan di kawasan Kota Tua yang selama ini selalu mendapat banyak perhatian. Masjid Jami Al-Mansyur dibangun pada 1717. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan SK Gubernur DKI Jakarta tahun 1988, masjid tersebut terdaftar sebagai benda cagar budaya. Masjid itu kini tampak usang dan lusuh.

Menurut Anies, Guru Mansyur sekarang dapat amanat dengan tersematnya nama Mansyur di belakang keluarga hingga cicitnya. Menjaga nama baik adalah tanggungjawab untuk bisa meneruskan perjuangan di masa sekarang dan ke depan. Sekarang banyak murid insya Allah, maka banyak guru-guru baru Manyur nantinya. “Seperti masalah di Jakarta ini bukan besar jadi ukurannya, tapi berat. Berat itu tanggungjawabnya. Makanya jadi berat kalau tidak ada ridho Allah. Mohon doakan saya bersama Wakil Gubernur Sandiaga Uno bisa temukan solusi-solusi dari masalah. Doakan kami dekat dengan istikomah, amanah, dan jauh dari fitnah. Maka, kami yakin dalam membangun Jakarta bisa tuntas,” pintanya.

Diakui, kedatangannya di masjid bersejarah itu yang pertama. Tapi dari sisi persahabatan sebenarnya cukup lama. Karena Anies mengaku bersahabat dengan Ustad Yusuf Mansyur, cicir pendiri masjid. “Meskipun waktu itu, hanya sahabat bukan pejabat, sekarang terus dijaga persahabatan. Insya Allah bisa kembali ke masjid ini dalam kondisi yang sudah baik (pasca renovasi). Mari semua terlibat dalam kegiatan warga. Jangan jadi warga pasif. Jangan sekali-sekali menganggap orang lain sedang menyelesaikan masalah. Ini malah jadi masalah besar. Catat itu. Misalnya, ada kegiatan bersih-bersih, ayo semua ikut terlibat,” ajaknya.

Sementara Jimly mengatakan, Anies sekarang sudah jadi milik semua warga Jakarta. Walaupun waktu Pilkada Anies milik sebagian besar umat Islam, terutama warga masjid Al Mansyur. “Ciri umat Islam di Indonesia, selalu menjaga masjid seperti menjaga Indonesia,” ujarnya.

Ketua ICMI ini memuji masjid Al Mansyur yang mandiri dalam memakmurkan masjid. Ciri memakmurkan masjid adalah ibadah sholat dan menunaikan zakatnya. Sedangkan karakter jamaah adalah tidak takut kecuali pada Allah. “Indonesia jarang sekali ada gerakan ekonomi umat. Semua gerakannya pada politik, seperti dulu ada sejarah Syarikat Dagang Islam. Tapi kemudian berubah menjadi syarikat Islam sebagai organisasi politik. Nah, saya bangga menemukan cicit KH Muhammad Mansyur, Ustad Mansyur yang selain berdakwah tapi juga melakukan gerakan bisnis umat. Jadi saya berharap 100 pengusaha kaya yang sekarang di Indonesia, kelak jumlahnya dikuasai pengusaha muslim. Sekarang masih 10 orang saja,” sindirnya.

Bangsa Indonesia yang plural dengan mayoritas Islam terbesar di dunia, tapi Islam memberikan rasa keadilan dan toleransi. Tidak memaksakan pada keadilan social. “Kami dukung gerakan ekonomi Islam jadi gerkana nasional ekonomi Islam. Selain terus berdakwah,” ujarnya.

Peranan Islam jangan dipisahkan dari Indonesia. Islam menetukan perannya di semua aspek kehidupan. Sebuah negera muslim di dunia akan jadi bangsa yang maju sesuai jumlah penduduknya. “Jadi kalau Indonesia jumlahnya penduduknya terbesar ke 4 di dunia, seharusnya negaranya pun jadi terbesar ke empat di dunia sehingga jadi pemimpin di Asia Pasifik,” ujarnya. (lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *