Atas pemberitaan semarak.co dengan judul, Walau Balik Modal Kereta Cepat Capai Waktu 40 Tahun, China tetap Untung Besar yang tayang pada Jumat 4 Maret 2022, redaksi semarak.co siap memenuhi tanggapan dan hak jawab dari PT KCIC yang dikirim melalui email redaksi semarak.co, Sabtu (5/3/2022).
semarak.co-Atas ditayangkannya surat tanggapan dan hak jawab seperti apa adanya ini, maka redaksi menganggap sudah terpenuhinya kekeliruan berupa cover board side (berita berimbang) yang terjadi dan dengan demikian tanggapan dan hak jawab ini adalah sekaligus sebagai bentuk konfirmasi.
Di kemudian hari semoga bisa terbuka komunikasi seperti disampaikan pihak PT KCIC. Adapun surat tanggapan dan hak jawab tersebut sebagai berikut:
Jakarta, 4 Maret 2022
Nomor : 0519/SK/HPP/KCIC/03.2022
Lampiran : –
Perihal : Tanggapan dan Permintaan Hak Jawab
Kepada Yth.
Pimpinan Redaksi Semarak.co
di Tempat
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan adanya pemberitaan di situs berita Kompas Indonesia pada tanggal 1 Maret 2022 dengan judul Walau Balik Modal 40 Tahun, China Tetap Untung Besar, kami meminta hak jawab atas pemberitaan tersebut.
Judul dan isi pemberitaan tersebut kurang lengkap/tidak berimbang karena informasi hanya berfokus kepada sisi negara Tiongkok selaku mitra kerjasama pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).
Perlu diketahui bahwa KCJB dijalankan dengan Skema (business to business (B2B), dimana kedua belah pihak baik Indonesia maupun Tiongkok, masing-masing memiliki orientasi pada diperolehnya keuntungan dan manfaat jangka panjang.
Adapun fakta-fakta mengenai pendirian PT KCIC serta manfaat yang diperoleh oleh Indonesia dari pembangunan Proyek KCJB adalah sebagai berikut:
- Skema kerjasama yang ditawarkan oleh Tiongkok adalah B2B. Artinya BUMN Tiongkok telah berinvestasi (sebagai Pemegang Saham 40% di Joint Venture Company/PT KCIC) dan menanggung untung rugi dan resiko dari kerjasama yang terjalin. Jumlah setoran modal/capital investment yang ditanamkan oleh konsorsium dua negara sejumlah 25% (terdiri dari setoran modal Konsorsium BUMN Indonesia 60%, dan Beijing Yawan 40%, dan sisanya dipenuhi loan dari CDB (75%), sehingga komposisi equity dan loan dari Tiongkok untuk proyek KCJB mencapai 85%.
- Dalam skema kerja sama dengan Tiongkok, Pemerintah Indonesia tidak memberikan jaminan langsung ke proyek dan semua biaya di periode konstruksi dan operasional menjadi tanggung jawab Para Pemegang Saham PT KCIC / tidak dibebankan ke BUMN Indonesia semata.
Adapun hak konsensi selama 50 tahun diperlukan karena PT KCIC sebagai Badan Usaha Penyelenggara Perkeretaapian memerlukan kepastian pengembalian investasi proyek KCJB.
- Kaitannya dengan lahan Proyek KCJB dalam proses pembebasannya juga tidak dibiayai pemerintah namun dilakukan oleh perusahaan. Hal ini sangat berbeda dengan proyek jalan tol, dimana proses pembebasan lahan sepenuhnya dilakukan dan dibiayai Pemerintah.
Proses pembebasan lahan trase KCJB dilaksanakan dengan skema ganti untung sehingga warga pun dapat merasakan manfaat ekonomi secara langsung sejak proyek ini dimulai.
- Penyertaan Modal Negara (PMN) melalui PT KAI dilakukan untuk memenuhi kewajiban setoran modal dasar dikarenakan BUMN Sponsor Indonesia tidak bisa melakukan setoran modal akibat terdampak dari Pandemi Covid-19. Dengan demikian pelaksanaan proyek ini sebetulnya masih berjalan dengan skema B to B antara konsorsium BUMN Indonesia yaitu PSBI dengan konsorsium BUMN Tiongkok yaitu Beijing Yawan.
- Salah satu alasan dipilihnya Tiongkok, karena saat ini Tiongkok memimpin di dunia dalam hal pengembangan Kereta Cepat yang telah membangun dan mengoperasikan 37.900 km jalur kereta api cepat, juga adanya jaminan transfer teknologi dan knowledge kepada Putra Putri Indonesia melalui training dan internship sehingga KCIC dapat mengelola dan mengoperasikan KCJB. Proses Transfer teknologi dan knowledge selama periode konstruksi di antaranya pengalihan teknologi slab track dan fasilitas produksi dari Kontraktor Tiongkok (Sinohydro) ke Kontraktor lokal (Wika Beton).
- Dari sisi tenaga kerja keberadaan proyek KCJB juga menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional yang berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja lokal dalam jumlah besar. Menuju proses penyelesaian proyek, jumlah tenaga kerja asing di proyek KCJB saat ini telah berkurang, sehingga rasio tenaga kerja asing menyusut menjadi satu banding tujuh, hal ini terjadi karena proses alih teknologi selama masa kontruksi.
- Tidak hanya sisi tenaga kerja, pembelanjaan dalam negeri untuk proyek KCJB juga sangat tinggi, berdasarkan kajian pre-assessment oleh Sucofindo sebanyak 69% pembelanjaan (purchasing) dilakukan di dalam negeri (on shore) sehingga memberikan multiplier effect bagi perekonomian nasional.
Atas dasar hal itu, kami meminta Kompas untuk menayangkan hak jawab kami dengan porsi yang sama sebagai bentuk perwujudan asas keberimbangan (cover both side).
Ada pun PT KCIC membuka jalur komunikasi sekiranya di kemudian hari kepada Semarak.co membutuhkan informasi mengenai PT KCIC dan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Demikian surat ini kami sampaikan. Atas perhatian dan kerja samanya, kami ucapkan terima kasih.
Hormat Kami,
PT KCIC
Rahadian Ratry
Adapun link terkait: https://semarak.co/walau-balik-modal-kereta-cepat-capai-waktu-40-tahun-china-tetap-untung-besar/