PT Adhi Karya mengumumkan baru mengantongi kontrak baru sebesar Rp 10,3 triliun hingga akhir September 2017. Jumlah tersebut setara 49% dari total target tahun ini yakni Rp 21 triliun. Namun perolehan tersebut turun tipis dari pencapaian periode sama 2016, yakni 11 triliun. Namun sebetulnya, kontrak baru Adhi ini di luar proyek light rail transit (LRT) Jabodetabek tahap I sebesar Rp 19,7 triliun.
Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Ki Syahgolang Permata mengatakan, Adhi tidak memasukkan proyek LRT dalam target 2017, karena bukan proyek berulang. Dalam arti hanya diperoleh sekali. Jika digabung dengan kontrak dari proyek LRT, Adhi sudah mengantongi kontrak anyar mencapai Rp 30 triliun sampai triwulan ketiga 2017. Jadi, kata Syahgolang, intinya perolehan kontrak baru tersebut tumbuh 11,9% dibanding perolehan kontrak baru, Agustus sebesar Rp 28,6 triliun.
“Kontribusi per lini bisnis pada perolehan kontrak baru pada September 2017 didominasi lini bisnis konstruksi dan energi sebesar 96,3% dan sisanya merupakan lini bisnis lainnya,” kata Kiki, sapaan akrab Ki Syahgolang dalam rilisnya, Rabu (11/10).
Berdasarkan segmentasi sumber dana, rinci Kiki, realisasi kontrak baru ini terdiri dari proyek pemerintah tercatat 76,9%, BUMN sebesar 11,4%, dan swasta/lainnya sebanyak 11,7%. Sedangkan pada tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri dari proyek jalan, jembatan & LRT sebanyak 71,9%, proyek gedung sebanyak 21,3%, serta proyek infrastruktur lainnya sebesar 6,8%.
Realisasi perolehan kontrak baru kontraktor pelat merah ini, di September 2017, rinci dia, antara lain Jalan Tol Pasuruan-Grati (Rp 429,3 miliar), Air Baku Sambas Kalbar (Rp 135,6 miliar) dan Pembangunan Penahan Tanah dan Dermaga IKD3 Belawan (Rp 131,1 miliar).
Terkait progres LRT Jabodebek Fase I, Kiki mengemukakan, sesuai penugasan Adhi pada Peraturan Presiden No. 98 Tahun 2015 beserta perubahannya, telah dilaksanakan pembangunan prasarana kereta api ringan (light rail transit/LRT) wilayah Jabodebek tahap I sejak September 2015 dengan nilai pekerjaan sebesar Rp21,7 triliun. “Pengerjaan itu meliputi lintas pelayanan Cawang-Cibubur, Cawang-Kuningan-Dukuh Atas, dan Cawang-Bekasi Timur,” paparnya.
Sampai saat ini progress pelaksanaan pembangunan prasarana kereta api ringan wilayah Jabodebek telah mencapai 21,9%. Progres lintas pelayanan Cawang-Cibubur mencapai 40,4 persen, Cawang-Kuningan-Dukuh Atas (7,6 persen), dan Cawang-Bekasi Timur (23,6%). “Progress pelaksanaan pembangunan prasarana kereta api ringan wilayah Jabodebek direncanakan selesai pada tahun 2019,” tulisnya.
Direktur Utama Adhi Karya Budi Harto menyatakan, Adhi berencana menyiapkan dana sebesar Rp 2 triliun guna mendanai proyek kereta api ringan (light rail transit/LRT) sebelum akhir 2017. Dengan demikian, sepanjang tahun ini perseroan mengucurkan investasi total Rp 7 triliun untuk mendukung proyek LRT.
“Secara bertahap Adhi sudah mengucurkan dana sebesar Rp 5 triliun untuk proyek LRT. Namun guna membawa proses pembangunan proyek LRT hingga dapat menyentuh 35% lebih, Adhi akan kembali mengucurkan dana tambahan sebelum akhir tahun. Nanti akan kami penuhi dengan kas internal, dan pinjaman dari perbankan. Soalnya, pada akhir 2017 perseroan ingin progress proyek LRT dapat lebih dari 35%,” ujar Budi di Jakarta, belum lama ini.
Dalam waktu dekat, klaim Budi, PT Kereta Api Indonesia (KAI) juga akan membayarkan piutang usaha sebesar Rp 2 triliun kepada Adhi Karya. Untuk itu, ia mengaku optimistis dengan ketersediaan dana dan kelanjutan proyek LRT ke depan. Adapun, dalam proyek LRT, Adhi Karya bertinda sebagai kontraktor. Sedangkan, KAI merupakan pihak yang menjadi investor atas proyek tersebut. (lin)