Wakil Presiden (Wapres) RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK) mengenang tragedi tsunami Aceh yang terjadi 17 tahun lalu. JK bercerita saat mendengar kabar adanya gempa dan tsunami di Aceh langsung menghubungi sejumlah pejabat tapi pejabat tersebut belum mengetahui adanya bencana tersebut.
semarak.co-Hal itu disampaikan JK dalam acara Diaspora Global Aceh mengusung tema 17 Years of Tsunami Aceh: Global Solidarity For Humanity and Sustainable Development-An Aceh Model. Mulanya, JK menuturkan, pada 26 Desember 2004, dirinya mendapat laporan awal bahwa ada peristiwa gempa di Aceh dan belum tahu terkait perkembangannya.
“Pak ada peristiwa di Aceh, ada gempa, kita tidak tahu sampai di mana,” kata JK melalui rekaman video yang disiarkan di Kantor Kementerian ATR/BPN, Jakarta Selatan, seperti dilansir detikNews.com/Minggu, 26 Des 2021 21:21 WIB.
JK saat itu pun langsung menelepon Gubernur Aceh, Panglima TNI, Kapolda hingga Gubernur Sumatera Utara. Namun, kata JK, semua pejabat yang dihubunginya tidak tahu mengenai bencana yang melanda negeri serambi Mekah itu. JK pun bertanya-tanya.
“Saya langsung mengatakan telepon gubernur, ternyata waktu itu yang menjabat Gubernur Pak Azwar Abubakar sedang di Jakarta juga menghadiri acara. Saya minta telepon panglima, kapolda semuanya tidak ada. Jadi ini pertanyaan ada apa ini? sampai saya telepon Gubernur Sumatera Utara juga tidak tahu, walaupun terasa sampai ke Medan,” kenangnya.
JK mengatakan dirinya menerima laporan ada 80 orang korban jiwa dalam musibah tsunami Aceh itu. Kemudian bertambah 10 ribu orang, lalu bertambah lagi hingga mencapai lebih dari 200 ribu orang meninggal dunia.
“Nah kita ketahuilah, mula-mula siangnya dikatakan korban 80 orang, sore 200 orang dan besoknya saya berangkat ke sana ternyata diperkirakan 10 ribu orang. Saya laporkan ke pak presiden (Susilo Bambang Yudhoyono/SBY) yang saat itu di Papua bahwa korban kurang lebih 10 ribu orang. Padahal kemudian kita tahu jumlahnya lebih 200 ribu,” ungkap yang menangis saat meninjau langsung ke lokasi.
Dia melihat banyak mayat manusia bergelimpangan akibat hantaman tsunami itu. “Tapi bagaimanapun, waktu itu di mana mana mayat bergelimpangan dan saya menangis melihat suasana seperti itu,” ucap JK.
Seperti diketahui, Diaspora Global Aceh mengenang 17 tahun bencana gempa dan tsunami yang meluluhlantakkan wilayah Aceh. Dewan Pengurus Pusat Diaspora Global Aceh Mustafa Abu Bakar menerangkan, forum Diaspora Global Aceh ini menghadirkan tokoh dalam negeri dan luar negeri yang telah terlibat langsung mendukung sampai pasca-bencana.
Diaspora Global Aceh mengusung tema 17 Years of Tsunami Aceh: Global Solidarity For Humanity and Sustainable Development- An Aceh Model. Hadir secara fisik dalam acara ini Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofyan Djalil beserta Staf Khusus dan Juru Bicara Kementerian ATR/BPN Teuku Taufiqulhadi.
“Kami laporkan kepada menteri bahwa untuk acara ini, kami juga telah mengundang tokoh-tokoh dunia yang terlibat langsung dalam memberikan dukungan pada masa pasca tsunami yaitu yang mulia Presiden Erdogan, Presiden Republik Turki yang sebentar lagi dapat kita ikuti rekaman videonya yang telah dipersiapkan kepada kita,” kata Mustafa di Kantor Kementerian ATR/BPN, Jalan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan, Minggu (26/12/2021).
Mustafa menerangkan tokoh dunia yang diundang dari beberapa negara adalah mereka yang membantu proses pemulihan Aceh. Para tokoh dunia itu akan memberikan testimoni rehabilitasi Aceh pasca tsunami melalui rekaman video.
“Selain tokoh dunia tersebut, Presiden Erdogan, perwakilan dari beberapa negara yang juga turun dalam proses pemulihan Aceh telah menyatakan rekaman testimoni rehabilitasi Aceh pasca tsunami yang di antaranya adalah Singapura, Jerman, Australia, Jepang, dan Venezuela,” ujarnya.
Mustafa mengungkapkan peristiwa 17 tahun lalu menjadi kenangan pahit yang dirasakan rakyat di Aceh. Betapa tidak, bencana tsunami itu telah meluluhlantakkan wilayah Aceh dan Nias serta merenggut ratusan ribu nyawa manusia.
“Kita mengingat mengenang, merenung dan mengambil hikmah terhadap bencana-bencana tersebut yang telah meluluhlantakkan wilayah Aceh dan Nias, baru bergerak ke kawasan lainnya. Bencana tersebut kita rasakan sangat pahit, kita kehilangan banyak saudara,” kata Mustafa.
Tak hanya itu, bencana tsunami juga telah mengakibatkan kerusakan infrastruktur di Aceh yang sangat parah dan merusak tatanan sosial. Peristiwa itu, kata Mustafa, menjadi memori bangsa yang tidak akan pernah dilupakan selamanya.
“Kerusakan infrastruktur yang parah, bergesernya beberapa struktur geografinya, kerusakan yang ditimbulkan tidak hanya berupa fisik, namun juga perubahan tatanan sosial dan berbagai dimensi kemanusiaan lainnya itu lah sebuah memori bangsa yang tidak akan mungkin kita lupakan selamanya,” ungkapnya.
Mustafa mengatakan forum Diaspora Global Aceh ini bukan hanya untuk mengingat dan merenung peristiwa tsunami Aceh saja. Akan tetapi, kata Mustafa, forum ini juga untuk mengambil hikmah tentang bagaimana mengantisipasi dan memitigasi bencana dengan sebaik-baiknya.
“Untuk itulah kita berkumpul pada hari ini, tentu tidak terbatas dengan mengingat, mengenal dan merenung, utamanya kita mengambil hikmah yang dalam pembelajaran yang sangat luas, agar dengan peristiwa tersebut kita dapat mengantisipasi dan memitigasi dengan sebaik-baiknya ke depan,” ungkap Mustafa.
Mustafa menyadari semua rakyat Indonesia terkhusus di Aceh, tidak ingin peristiwa itu terjadi lagi. Namun, kata Mustafa, bencana alam apa pun bentuknya selalu menjadi bagian dari sejarah kehidupan manusia.
“Tentu kita semua tidak ingin peristiwa itu terjadi lagi, namun kita pun menyadari sebuah bencana alam apapun bentuknya selalu menjadi bagian dari sejarah kehidupan manusia baik di masa lalu, masa sekarang dan masa depan,” tuturnya.
“Di sinilah pentingnya hikmah dan pembelajaran tersebut penting akan generasi sekarang dan masa yg akan datang lebih siap dan cerdas dalam mengantisipasi dan mendedikasi sebuah bencana. Forum Diaspora Global Aceh ini berperan mengambil hikmah dan pembelajaran atas peristiwa besar tsunami Aceh,” terang dia.
Dia mengingatkan bahwa seluruh elemen masyarakat akan terus saling mendukung dalam situasi apa pun. “Pada titik ini lah, Diaspora Global Aceh ingin berperan dengan mengambil momentum mengenang peristiwa tsunami 17 tahun yang lalu tentunya dengan mengambil hikmah dan pembelajaran yang besar atas kejadian peristiwa tsunami tersebut bahwa kita bersaudara dan kita saling mendukung dalam situasi apa pun,” katanya.
Lebih lanjut, Mustafa mengatakan pihaknya sangat berterima kasih kepada seluruh masyarakat dan para tokoh yang ada dalam negeri maupun di luar negeri. Dia pun menyebut saat ini, peringatan mengenang 17 tahun tsunami Aceh juga dilakukan di beberapa daerah di Aceh oleh kelompok masyarakat.
“Kita pun berterima kasih secara tulus atas dukungan berbagai elemen masyarakat, baik dari dunia internasional, bangsa-bangsa dan lembaga internasional terutama dari dalam negeri yang datang dari berbagai provinsi ketika itu,” imbuhnya.
“Saat ini kita juga mengetahui di Aceh pada hari ini, banyak tempat menyelenggarakan peringatan 17 tahun tsunami baik yang dilakukan rekan-rekan daerah maupun oleh kelompok masyarakat di berbagai tempat di Aceh,” tambahnya. (dtc/net/smr)
sumber: detik.com di WAGroup Forum Mitra ATR/BPN (postMinggu26/12/2021/indragunawan)